Semua Bab Wanita Berhati Baja: Bab 31 - Bab 40
122 Bab
Dengar Kata Hati
31Kamu hanya perlu mendengar hatimu berbicara, karena tidak semua logika bisa masuk ke dalamnya.Debur ombak di pantai biru yang terhampar di bawah balkon Villa berlantai dua, cahaya senja yang temaram, kulit Mike yang kecokelatan, mata birunya yang terang, dadanya yang bidang, senyumnya yang menghanyutkan, tingginya yang menjulang, mana di antara itu semua yang menjadi celah untukku bisa melakukan penolakan? Pernikahanku yang berantakan, suami yang sering menghilang tanpa kabar, kehadiran istri siri yang menuntut dinikahi secara resmi, janin di perut wanita lain, atau malah debar jantung yang tak terkendali sehingga membuat hatiku lemah bagai istana pasir?Bila sudah kuminta padanya, jangan menggangguku, tetapi ia tetap saja menatap penuh harap, bukankah itu hanya seperti melihat cerminan diriku yang menanti di luar pintu hati untuk mengemis cinta yang terlanjur diberikan kepada orang lain?Mike sepertiku. Cerminan diriku. Berdiri tanpa ragu di luar pintu. Menunggu pemilik hati memb
Baca selengkapnya
Ketahuan
32“Aku tidak pada posisi bisa memilih, Mister. Tolong jangan mendorongku terlalu jauh!” Sejujurnya, aku tidak sedang mengatakan hal-hal kiasan. Aku sedang mengatakan kebenaran. Kami berada di balkon lantai dua yang menghadap pantai. Jika dia terus maju, aku takut terdesak ke belakang dan akhirnya terjungkal. Bagaimana jika orang melihat kami berdua seperti ini? Tinggal beberapa jengkal dan kepalaku akan bersentuhan dengan dadanya yang lapang.Buru-buru aku menghindar, melangkah pergi. Menyudahi percakapan yang lebih banyak menguras emosi dan energi.“Laras!” Mike memanggil keras.Aku berhenti melangkah. Dengan dada berdebar-debar, tak berani menoleh walau hanya satu derajat saja. Aduh bagaimana ini? Sekalipun kemungkinan besar ini skenario mertuaku, tapi efeknya bukan setingan. Aku sungguh tergoda. Semua padanya teramat memesona. Bagaimana jika aku benar-benar menyukainya lalu berulang merindukannya? Bagaimana jika kehadirannya meruntuhkan pertahananku untuk setia pada ikatan suci y
Baca selengkapnya
Sebuah Alasan
Menjadi bahan pembicaraan orang, dicap bodoh, disebut budak cinta, dianggap tak tahu diri, dipandang kampungan, dan masih banyak lagi stigma buruk yang dilekatkan orang padaku, membuatku tak kaget jika kali ini kembali jadi bahan pembicaraan mereka. Namun, sinyal Caca berbeda. Ia seperti mencurigai sesuatu yang lain.“Mas Danu enggak akan sengaja mencium Mbak di depan Mister Mike, di tempat umum pula, jika Mbak murni tak ada apa-apa dengan pria itu.” Kali ini senyum Caca terlihat sinis. “Berapa durasi ciuman kalian? Tiga menit, 40 detik. Benar?” Aku terbeliak kaget. Caca menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berdecak. “Jangan heran. Mbak berciuman di depan kantor. Banyak saksi mata. Dan semua saksi mata itu pegang hape lebih sering dibanding pegang Alquran. Tahu kan akibatnya? Semua orang bisa ikut merekam. Bahkan yang iseng malah ngasih backsound untuk adegan Mbak yang luar biasa. Judulnya pun bombastis, Cinderella diperebutkan dua pangeran bermobil mewah. Tak percaya, cek saja di a
Baca selengkapnya
Kejutan dari Mertua
Tidak! Aku bisa terseret pusara asmara jika begini. Sebaiknya, aku menghindari hiruk pikuk ini. Semua keceriaan dan kemewahan ini amat tak cocok bagiku.Menepi, duduk sendiri, jauh dari hiruk pikuk keramaian. Seseorang yang lancang, seperti punya radar untuk mengikuti ke mana pun aku pergi. Seseorang yang tampan dengan bajunya yang casual. Untuk gathering kali ini, perusahaan tak mewajibkan baju formal supaya semua kekakuan di perusahaan bisa sementara ditanggalkan. Pun aku demikian, hanya mengenakan gamis biasa dengan jilbab instan yang masih terlihat manis meski tanpa aksesoris.Ia mengangsurkan cake cokelat yang jadi sumber kemesraan Caca. Dari tangannya, aku langsung tahu bahwa dia sudah terlalu berani mengumbar peduli.Kenapa harus dia yang selalu datang menghampiri? Karena itu dia maka aku menahan diri untuk tidak mendongak menatap matanya. Teringat semua tuduhan Caca, membuatku lebih mawas diri. Bagaimana jika orang lain melihat
Baca selengkapnya
Utamakan Anak-Anak
Kuingin menempatkan anak-anakku di dekat kakek dan keluarga besar Wicaksono.Ladang yang subur akan menghasilkan tanaman unggul. Tak mungkin aku mundur dan membiarkan tunas-tunasku tercabut atau berada jauh dari jangkauanku. Bertahan! Hanya itu hal terbaik yang bisa kulakukan untuk mereka. Pendidikan mereka, baju mereka, makanan mereka, tempat tinggal mereka, semua terjamin dan kualitas nomor satu selama mereka dekat dengan kakeknya. Untuk mendukung mereka, yang bisa kulakukan sebagai ibu hanya mendoakan.“Saya tahu, kalian mencari putraku untuk menyempurnakan pesta malam ini,” sambutan dari bapak mertua membuat ingatanku kembali melayang pada sosok yang membuatku mengenal arti cinta, rindu dan cemburu, “tetapi dia tidak ada.” Bapak mertua memandang ke arahku. Membuat orang-orang ikut mengalihkan pandangannya padaku. Tegang, segera kubenahi ekspresi wajah agar tidak tampak menyedihkan.“Bangunan yang tua pada akhirnya harus dirobohkan untuk diganti dengan bangunan baru yang lebih koko
Baca selengkapnya
Telepon Misterius
“Aku mengerti, Mas. Aku memahamimu. Aku tak marah padamu dan berharap, Mas Danu bisa segera pulang. Aku dan anak-anak selalu merindukan dan mencintaimu,” bisikku sambil membelai wajah Hawa, buah hati kami. Pengikat jiwa. Setiap aku rindu padanya, kan kupandangi wajah putra-putri kami untuk mengalihkan rasa.Tiba-tiba terdengar isakan di sana. Lalu panggilan diakhiri. Membuatku bertanya-tanya, apa yang sedang terjadi.Hati merasa ada yang janggal. Hingga kutelepon kembali. Setelah panggilan pertama tak diangkat, panggilan kedua, akhirnya telepon diangkat.“Hallo,” sapa suara di sana. Hatiku meradang mendengar wanita itu yang mengangkatnya. Kenapa wanita itu begitu berani? Aku harap ia terus sembunyi. Sesuai statusnya sebagai istri simpanan.“Berikan teleponnya pada suamiku,” perintahku, berubah naik darah. Kubangkit dari ranjang dan mondar-mandir di kamar. Ada yang aneh, apakah wanita itu melarang Mas Danu meneleponku?“Mas Danu sedang istirahat, Mbak. Besok pagi saja,” aturnya. Tentu
Baca selengkapnya
Terkenang Masa Lalu
“Laras, kamu mau Ibu jodohkan sama anak Ibu?” tanya wanita terhormat yang menjadi langganan tempat laundry-ku itu.Tentu saja aku terkejut. Apa dia sedang menggodaku karena setiap mengantar baju mereka, aku selalu terkesima memandangi putranya? Apa wanita itu tahu bahwa diam-diam aku mengagumi anaknya? Menjodohkan kami, mungkinkah? Ah, itu terlalu ajaib.Keajaiban adalah suatu kejadian yang langka, yang sangat ganjil dan aneh sehingga mustahil terjadi. Keajaiban adalah suatu peristiwa yang sulit diterima akal, tetapi nyata adanya. Bagaimana aku bisa mengalami keajaiban?Berdoa memiliki suami tampan saja tak pernah! Apalagi ini tampan dan kaya! Sungguh kombinasi yang langka. Sekalipun ada, makhluk seperti itu tentu sudah ada yang punya. Tak mungkin bersanding denganku yang papa. “Bukan, ini bukan keajaiban, ini candaan!” Karena mengira, nyonya dermawan itu hanya bercanda, maka aku pun menjawab bercanda.“Siapa yang tidak mau, Bu. Bahkan wanita buta tak akan menolak keberuntungan itu,”
Baca selengkapnya
Kabar Buruk
Seseorang menggoyangkan tubuhku dengan halus. Aku menggeliat. Melihat sekeliling. Ah, ternyata aku ketiduran di kamar Mas Danu sambil memeluk fotonya. Mbok Minah melihatku dengan tatapan prihatin.“Ada apa, Mbok?”Ia mengangsurkan air putih. “Minum dulu ya, Bu.”Sikapnya membuatku heran dan bertanya-tanya. Ada apa sampai dia mencariku ke lantai atas? Bahkan menawarkan minum. Firasat buruk membuatku takut.“Ada apa, Mbok. Katakan?” Jangan-jangan Adam atau Hawa? “Anak-anak di mana?”“Mereka sudah tidur, Bu. Ditemani para nanny (pengasuh),” jelasnya.“Kenapa Mbok cemas begitu?” Kuperhatikan ia memilin-milin daster batiknya yang warnanya masih bagus. Meski sudah kepala lima, tetapi ia tergolong rajin beli daster setiap ke pasar. Atau jangan-jangan bapak mertuaku?“Saya disuruh ngasih tahu ibu kalau Pak Danu ... ia di rumah sakit.”Ha? Berita macam apa itu? “Siapa yang bilang, Mbok?” Aku masih sulit percaya. Sakit apa dia? Setahuku Mas Danu sangat sehat.“Tuan Besar, Bu. Barusan!”Tanpa me
Baca selengkapnya
Janji Suci
“Danu sudah beristri! Ia punya kewajiban untuk menjaga hati istrinya!”“Aku tidak peduli! Jika dia sadar nanti, aku tak ingin Anda atau siapa pun menghalangi kami untuk bersama!” tekad Sekar tak mau diganggu gugat.“Baiklah, serahkan itu padanya! Jika dia sadar nanti, aku tak akan ikut campur lagi! Terserah dia, asal dia selamat,” jawab mertuaku.Terkoyak-koyak mendengarnya. Lemas seluruh raga.Jika dia sadar nanti.Jika dia sadar nanti.Jika dia sadar nanti.Kalimat itu terus menggema di relung kalbu. Jika dia sadar nanti, apa yang akan terjadi?Tak punya keberanian untuk terlibat di sana, aku melangkah gontai ke ruang tunggu.Air mata terus meluncur jatuh. Orang-orang melihat dengan penasaran, tapi tak kuhiraukan. Mungkin mereka mengira, aku menangis karena mengidap penyakit berat, atau kerabat ada yang terserang penyakit ganas. Bukankah banyak orang yang menangis di rumah sakit? Aku hanya salah satunya.Biarlah kulepaskan tangis, karena aku tak bisa berhenti menangis. Sekeras apa p
Baca selengkapnya
Duka Mertua
Mata pria tua itu bagai kuburan. Hilang bintang-bintang yang kemarin terlihat terang. Tubuhnya bergetar. Terlihat bersandar di bangku dingin, menunggu ruang operasi terbuka dan seseorang berbaju putih di sana mengatakan bahwa anaknya baik-baik saja.Sedangkan wanita itu, ia melihatku dengan api permusuhan. Bisa kulihat kebencian yang menyorot tajam membakarku.“Ini semua gara-gara kamu!” bentaknya marah. Ia berdiri dan menarik bajuku. “Keegoisanmu mencelakakan orang! Masih berani kamu di sini. Hah!” Ia mengguncang-guncang tubuhku. Menolak kehadiranku di sini. Mike yang sedari tadi mengikutiku segera menarik tubuh Sekar menjauh.“Jaga perilakumu!” perintahnya pada Sekar yang masih memaki-maki seperti kerasukan, “atau aku akan menyeretmu menjauh dari sini.”“Siapa kamu, berani menyeretku, Hah!” Wanita itu balas memukul-mukul tubuh Mike. Akan tetapi, Mike tak bergeming. Mungkin baginya, pukulan wanita itu tak berasa apa-apa. Hingga Sekar sendiri yang kelelahan dan memegangi perutnya. “Ad
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status