All Chapters of Kami Tanpa Kamu : Chapter 91 - Chapter 100
105 Chapters
91. Harzan
Kak Afrizal duduk di ranjang, mengelus rambutku dengan lembut sampai aku bisa tidur. Dia memutar lagu relaksasi hingga membuatku ngantuk. Setelah makan dan minum obat, Kak Afrizal selalu menemani. Mengabaikan hal lain, fokus hanya padaku. Aku merasa sangat dicintai. Meskipun kehamilan ini jauh lebih berat dari pada sebelumnya, lewat Kak Afrizal aku merasa bahagia. Menikmati sisi romantis dari suami yang menjaga istrinya. Aku merasa semua penderitaan telah dibayar lunas. Dua kali hamil dan dua kali menanggung semua sendirian, aku dipaksa kuat oleh keadaan. Kini, aku tidak perlu melakukan hal itu lagi, tidak usah menahan diri ketika ngidam, bisa mengeluh ketika sakit. Kak Afrizal sangat memanjakan ku. Terkadang aku kasihan dengan Husna, dia merawat bayinya seorang diri tanpa suami. Kak Afrizal memang memperhatikan Husna selama kehamilan, tetapi tidak sama ketika bersamaku. Dia hanya memerhatikan sekedarnya dan masih menjaga jarak. Kalau bersamaku, Kak Afrizal menjadi suami yang siap
Read more
92. Rumah Untuk Kita
Ramaniya sama penasarannya seperti Cheril, wajah Ramaniya terpukau melihat bayi kecil yang sedang menyusu. Pipinya merah dengan jarinya yang kecil. Membuat kedua kakaknya gemas. "Kalau udah liat Dede Harzan, kalian pulang sama Ayah ya. Di rumah aja sama Bi Sarah, besok Ibu juga pulang."Mendengar itu mereka cemberut, masih ingin lebih lama bersama adik kecilnya. Besok Cheril harus sekolah, Ramaniya juga tidak boleh menginap di rumah sakit. Kasihan Kak Afrizal repot. "Aku mau di sini aja jagain Ibu, Dek Nia pulang sama Ayah. Aku kan udah besar." Aku hampir tertawa mendengar kalimat Cheril, bocah itu sudah merasa besar. Dari kecil Cheril memang dipaksa dewasa, tapi sekarang dia tidak harus seperti itu karena memiliki orang tua yang bisa menjaganya. "Nggak usah, Cheril pulang aja. Kalau mau bantu Ibu, urus aja Dek Nia ya." "Tapi--""Ayo pulang sama Ayah," ucap Kak Afrizal sembari meletakkan barang belanjaan di atas nakas. Cheril cemberut, walaupun pada akhirnya menurut. Setelah ruan
Read more
93. Cheril Tumbuh
Rasanya berat jika rumah di Bandar Lampung dijual. Katanya kan itu untuk Cheril, aku takut Cheril tidak tahu asal daerahnya karena sudah menjadi anak kota. "Kita bisa tinggal di rumah Kahfi, mereka pasti seneng kita dateng. Gantinya Yuno yang masih koma dan nggak bisa ngunjungin mereka."Aku mendesah berat, tapi pada akhirnya aku merelakan Kak Afrizal menjual rumah di Bandar Lampung. Kami akan segera memilih rumah yang nyaman dan cocok di daerah Pondok Indah. "Iya, lebih baik dijual. Lagian ke Banlam juga cuma setahun sekali. Nanti kalau Mas Malik udah keluar dari penjara, kita nggak usah ke Banlam lagi." "Kenapa gitu? Apa kamu takut Malik ketemu sama Nia?" "Dia nggak boleh ketemu Sam Nia, itu hukuman dari ku." "Tapi hukuman darimu bisa melukai Nia, gimanapun Nia harus tahu siapa ayah kandungnya." "Nggak! Nia nggak boleh tahu kalau ayahnya seorang bajingan." Kak Afrizal mendesah betah, dia tidak sependapat denganku. "Jangan gitu, suatu hari nanti saat Nia menikah, dia tetap memb
Read more
94. Yuno Bangun
Aku hanya mengamati mereka dari jauh, Harzan sedang minum susu. Lelah setelah bermain. Hal seperti itu sudah biasa, Luna selalu diejek tidak punya orang tua karena selalu dititipkan padaku. Cheril selalu maju, dia melindungi adik-adiknya. Lingkungan ini cukup keras karena berisi orang-orang elite. Bersyukur Cheril yang tumbuh di provinsi bisa cepat menyesuaikan diri. "Tante, Una gak da Papa?" pertanyaan dari Luna ketika kami sudah pulang ke rumah. Aku berjongkok, menyeimbangkan tubuh dengan Luna. Wajah cantik balita itu murung. Rupanya ucapan anak di taman bermain tadi melekat di hatinya. Aku pernah menegur Alex secara langsung supaya berhenti mengganggu Luna, akan tetapi anak yang merasa berkuasa itu mengadu aneh-aneh kepada ibunya. Keributan di taman bermain tidak terelakan, sejak itu Cheril yang berkata padaku bahwa tidak usah lagi ikut campur. Alex adalah lawannya, Cheril akan melindungi Luna.Benar saja, meskipun Cheril masih kecil, tetapi mulutnya itu sangat pedas jika suda
Read more
95. Anak-anak
Yuno memijit pelipis, ada tiga anak di depannya. Masing-masing membawa tas ransel. 5 menit lalu Hana dan Rizal meninggalkan mereka untuk liburan ke Rusia. Ketiga anak itu menelengkan kepala, menunggu perintah atau setidaknya aba-aba dari Yuno supaya mereka masuk. Dari ketiga anak itu dia hanya hafal Cheril, bocah itu jauh lebih besar dari terakhir dia lihat. Matanya sipit dengan alis tegas mirip ayahnya, wajahnya putih khas orang Lampung. Mirip Hana. Dia mencoba mengingat nama kedua anak Rizal yang lain, di kantor, Rizal sering bercerita tentang ketiga anaknya. "Harzan sudah bisa main sepak bola, anak laki-laki itu emang nyenengin." Dari cerita Rizal dia jadi tahu anak lelaki berusia tiga tahun itu bernama Harzan, selalu dibanggakan Rizal. Katanya dari masih di kandungan saja pintar menendang. Setiap mendengar itu Yuno hanya bisa menggelengkan kepalanya, Rizal berlebihan. Lalu gadis kecil dengan rambut sedikit keriting, berbeda dengan Rizal. Tidak ada kemiripan sedikitpun. Rizal b
Read more
96. Malik Di Penjara
"Om, Luna mana?" tanya Cheril. Menoleh kanan kiri mencari gadis kecil yang sudah dia anggap adik. "Lagi pergi sama Mamanya," jawab Yuno. Mereka menaiki tangga menuju lantai dua. "Cing!" Tunjuk Harzan, kucing oren bertubuh gemuk itu menoleh. Matanya waspada.Harzan minta turun dari gendongan, berlari mengambil ekor si kucing. Bocah itu terlihat sangat senang bisa memegang ekor kucing hingga kucing malang itu mengerang. Ramaniya ikut menghampiri kucing, dia mengusap bulu kucing gemuk tersebut. Musuh kucing adalah anak kecil, padahal Luna sudah menjadi penderitaan Cecet. Sekarang ditambah anak-anak lain. Yuno tidak bisa menyelematkan Cecet dan memilih melihat ke samping, menghadap Cheril yang terpaku. "Apa kamu bisa ngatur adik-adikmu?" tanya Yuno lirih. Cheril dengan yakin menggeleng, tidak bisa mengatur adik-adik. Hanya bisa menenangkan sedikit. Membuat Yuno mendesah. Di hari pertama, mereka membuat Cecet menjerit ala kucing. Rumah gaduh. Sore harinya Luna pulang bersama Husna, m
Read more
97. Kami Tanpa Kamu
Seminggu telah berlalu dan Rizal mengambil anak-anaknya. Bersama Hana memberikan oleh-oleh dari Rusia. Tidak banyak, tapi cukup membuat Yuno lega telah berhenti mengurus tiga bocilnya Rizal. "Aku nggak pingin ke luar negeri lagi, dingin banget. Nggak enak," komentar Hana. Dia tidak betah di udara yang dingin, selalu mengeluh ingin pulang. "Hahaha Bang Rizal aneh, honeymoon kok pas musim dingin." Celetuk Yuno. Menggelengkan kepala. "Sengaja, biar di kamar terus." Jawaban Rizal membuat Hana melotot, lalu memukul lengan suaminya. Tidak menyangka bahwa itu sengaja, selama di Rusia mereka hanya keluar vila tiga kali. Padahal fasilitas keluarga Bagaskara di Rusia bisa dimanfaatkan untuk bersenang-senang. Kalau hanya untuk berduaan di kamar, kenapa harus jauh-jauh ke Rusia? Hana sangat kesal. Perjalanan ke sana membuat badannya sakit semua. Di pesawat selama berjam-jam, ia tidak betah dan sempat mabuk di kelas bisnis. "Lain kali ogah aku ke sana lagi, capek." "Kalau ke tempat lain mau?
Read more
98. Malik Keluar Penjara
Langit di atas lapas mendung, padahal Malik harus segera menjemur pakaian. Hari ini yang memakai jasanya lebih banyak dari biasanya. 50 pakaian yang artinya 50 ribu. Angka yang sulit dia dapatkan dalam sehari. Selain untuk membeli mainan untuk Ramaniya, Malik juga mengirim uang untuk Ratih. Istrinya itu pasti kesulitan di penjara. Beberapa kali Ratih mengeluh tentang sulitnya di penjara, Malik hanya bisa menyemangati. Mereka saling mencintai dan tak terpisahkan sejak dulu, andai tidak terobsesi mendapatkan anak, pasti sekarang hidup mereka baik-baik saja. Setiap hari Malik menyesali perbuatannya dan berjanji akan memulai hidup baru dengan Ratih setelah keluar lapas. "Masih hujan, nanti aja jemurnya." Salah satu teman lapas lewat, menepuk pundak Malik. Badannya tinggi, penuh tato. Dialah premannya raja preman, masuk lapas dan langsung menjadi boss. Tidak ada yang berani membantah. "Kalau nggak kering nanti bau." Malik mencari akal lain, di sini tidak ada pengering. Dia harus membu
Read more
99. Suami Istri Setia
Hari pembebasan tiba, setelah delapan tahun akhirnya ia bisa menghirup udara bebas. Malik langsung menuju ke lapas tempat Ratih ditahan. Rasa rindu pada istrinya itu tak terbendung lagi. Cinta pertama, cinta sejati, mereka berdua berjanji sehidup semati. Benar kata orang, jodoh itu cerminan. Saat Malik jahat, Ratih pun sama jahatnya. Sekarang Malik tobat, Ratih juga sudah tobat. "Maaf aku baru bisa menemuimu," ucap Malik. Mereka berpelukan erat, Ratih menangis meraung tak menyangka bisa bertemu Malik lebih cepat dari perkiraan. "Aku sangat merindukanmu," ucap Ratih. Wanita itu terlihat sangat senang melihat wajah orang yang sangat dirindukan, sejak mereka masuk penjara, tidak ada kerabat yang mengunjungi. Semua membenci mereka. Karena Mereka juga Ihsan dan Tara terseret kasus ini, membuat Zila tidak memiliki orang tua dalam waktu yang lama. Anak itu sekarang ikut ibunya Malik pulang kampung. "Aku juga, sangat merindukanmu."Pelukan dilepaskan, Malik menghapus air mata di wajah R
Read more
100. Nazir
Setelah menikah dengan Kak Afrizal, kehidupanku berubah drastis, aku menjadi ibu sosialita, berkumpul dengan istri teman kantornya Kak Afrizal, arisan bersama wali murid teman sekolahnya Cheril dan aku juga kuliah online hingga memiliki pengetahuan yang sama seperti mereka. Aku tidak pernah lagi kesusahan uang dan dipermalukan seperti saat di Lampung, aku juga tidak pernah berhubungan dengan keluarga Bibi lagi. Hingga, sekarang ada Nazir di depanku, sepupu ku, anaknya Bibi yang bekerja di Jakarta dan aku abaikan selama beberapa tahun ini. "Kalau punya suami kaya, seharusnya kamu bisa bantu aku naik pangkat. Bukannya menikmati semua kemewahan sendirian, kamu sangat tidak tahu tidak tahu terima kasih." Nazir menyeringai, aku memutar bola mata jengah. Memangnya satpam bisa naik pangkat menjadi apa? Polisi? Heran. Terlebih dia juga tidak bekerja di WterSun Group. Lebih heran lagi dia bisa menemukan keberadaanku, ternyata dia pindah bekerja tak jauh dari restoran milik Husna. Aku tida
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status