Semua Bab Iparku yang Menyebalkan, Ternyata?: Bab 11 - Bab 20
24 Bab
Bab 11 mencari Teh Ira
Kulihat nama yang tertera dilayar handphoneku. Ibu.."Ya halo Bu, belum Bu nih Dewi masih nyari-nyari. Iya iya Bu tunggu ya ,Dewi mau cari lagi. " Ucapku pada Ibu deseberang telefon sana.Apa aku menghubungi petugas aja ya? Saat kakiku hendak melangkah menuju tempat pengumuman, aku melihat Idan . Nangis dibawah pohon beringin , bajunya basah kuyup, tanganya memeluk ban karet. Segera aku berlari menuju Idan.''Idaaan....???!!" Seruku padanya. Aku mendekat. Idan mendongak padaku. "Bibiiii..." Dia menangis menghamburkan dirinya dipelukanku."Kok Idan disini sendirian. Emakmu mana? Iis mana ?" Tanyaku pada Idan seraya melepaskan pelukannya, aku bicara dengan nada panik. Idan masih terus menangis. Aku mencoba menenangkannya. "Idan coba tenang dulu ya, disini ada Bibi,sekarang Idan bilang sama Bi Dewi, Emakmu sama Iis mana kok bisa Idan sendirian?" Tanyaku penuh penasaran. "Tadi kan Idan lagi berenang sama Emak sama Teh Iis, terus Idan liat ada orang pake baju sama kaya Emak. Jalan ke
Baca selengkapnya
bab 12 Teh Ira ketemu
"Idan ada sama Ibu. Lagian Teteh gimana sih, anak gak ada disamping kok gak ngeh? Iis juga gak ingetin ke Emak apa, kalo Idan gak ada ?" Aku mengomel pada Kakak Ipar dan ponakanku ini. "Iis gak tau Bi." Hanya itu yang keluar dari mulut Iis. Kulihat wajah anak Ini nampak sudah lelah. Namum ke-norak-an Emaknya lah yang membuat mereka masih bertahan ditempat ini hingga sesore ini. "Kenapa gak bilang dari tadi Dewi,?" Teh Ira menghentikan tangisnya dan berbicara padaku ,nadanya seperti orang kesal. Aku yang lebih kesal harusnya. "Yaudah hayuk buruan kesana. Kita udah mau pulang. Semua udah nungguin. Capek tau Dewi muter-muter kesemua tempat nyari kalian,kalian malah enak-enak duduk disini." Ajakku ketus pada mereka.Mas Abduh berjalan lebih dulu didepan kami. "Teh, lain kali kalo apa-apa itu inget waktu." Aku berkata pada Teh Ira saat kami berjalan bersama menuju gazebo. Kakiku lelah setelah tadi berjalan kesana kemari nyari Teh Ira dan Iis. Yang dicari malah santai."Tadi tuh Tete
Baca selengkapnya
bab 13 Mau HP
Seusai menunaikan sholat Maghrib, aku merebahkan tubuhku diatas kasur empuk. Tak lama Bang Zaki juga menyusulku rebahan. Sedangkan diruang TV, Ibu, Teh Siti dan Iqbal sedang ngobrol. Mas Abduh dan Bapak belum pulang dari masjid seusai menjalankan sholat Maghrib. "Gimana tadi Neng jalan-jalanya. Seru?" Tanya suamiku, matanya tetap memandang langit-langit kamar. "Seru, ketemu semua sama keluarga Wa Amin. " Jawabku singkat, aku merasa badanku lelah sekali,ingin tidur lebih awal rasanya. Tiba-tiba aku teringat kejadian tadi. "Eh Bang, masa' ya, tadi Teh Ira tuh bikin ulah di kolam renang." ucapku pada Bang Zaki, aku membetulkan posisi tidurku,kumiringkan badan menghadap suamiku, tangan kananku menopang kepala. Kini wajahku menghadap kearah Bang Zaki. Suamiku nampak antusias, Ia pun membetulkan posisinya sama sepertiku. "Apa Neng, apa?." Tanyanya penuh penasaran. "Tadi Teh Ira ngilang gitu aja. Ninggalin Idan sendirian demi mencoba wahana baru. Kesel deh Neng, Neng cape nyari muter-
Baca selengkapnya
bab 14 Pelajaran pertama untuk Teh Ira
Pagi ini kami semua melepas kepulangan Teh Siti ke Bogor, mobil yang ditumpangi Teh Siti perlahan menjauh meninggalkan rumah Ibu. Setelah itu Bapak, Bang Zaki dan Kang Jaya suami Teh Ira pamit untuk pergi kerja masing-masing. Dirumah hanya tinggal aku, Ibu dan Teh Ira. Ibu hari ini gak ikut keladang. Anak-anak Teh Ira sudah berangkat ke sekolah diantar Kang Jaya tadi pagi . "Dewi..Dewi..ajarin Teteh main pesbuk sinih. "Teh Ira menarik lenganku hingga aku nyaris jatuh, membawaku duduk di kursi ruang tamu Ibu."Appaan sih Teh, narik-narik. Dewi mau nyuci baju , nanti aja kalo Dewi udah selesai semua pekerjaan rumah. Nanti Dewi buatin Facebook, Instagram, WhatsApp semua yang Teteh minta nanti Dewi buatin deh. Dewi ajarin juga cara mainya." Ucapku panjang lebar. Ibu melihat kami terheran-heran."Loh, emang Ira punya hp baru? Kapan belinya?"Tanya Ibu pada kami."Ini HP dikasih Siti Bu, kan Siti hp nya banyak. "Ucap Teh Ira sambil mencoba mengutak-atik layar hp berukuran 5 inch itu."D
Baca selengkapnya
bab 15 assisten gratis
Aku melanjutkan kegiatanku mencuci baju hingga selesai. Kemudian merendamnya sebentar dengan pewangi . Menunggu pewangi ini meresap dibaju-baju yang telah kucuci, aku menyambi mencuci piring bekas sarapan tadi. Setelah cuci piring selesai, aku mengambil baju yang kurendam untuk segera aku jemur. Sesekali aku melihat Teh Ira, dia ngos -ngosan ngepel lantai .hihii.Lumayan, hari ini ada assiten gratisan. Aku tertawa lagi dalam hati. "Semangat Teh, abis ini jangan lupa siram taneman ya. Dewi mau jemur baju dulu. " Ucapku pada Teh Ira yang lagi asyik ngepel lantai dapur, aku melewatinya saat hendak mengambil hanger yang kusimpan diruang khusus setrika samping dapur. Teh Ira hanya menjawab dengan anggukan , keringatnya mengalir deras dari pelipisnya. Kulihat Teh Ira mengelapnya dengan lengan daster panjangnya."Abis ini nimbang ya Teh, turun berapa kilo tuh BB nya. Heheheh" . Ucapku ngeledek sambil berlalu.Teh Ira hanya melotot. Aku hanya terkekeh melihatnya. Kugantung satu persatu h
Baca selengkapnya
bab 16 POV ira
POV Ira.Pagi ini, adiku Siti akan kembali ke kota tempat tinggalnya, Bogor. Setelah 3 hari singgah di rumah Ibu . Kami semua melepas kepulangan Siti, setiap tahun Siti dan suaminya biasa mengunjungi Ibu 2-3 kali. Setiap kali datang, Siti selalu memberiku kenang-kenangan, bukan memberi tapi lebih tepatnya aku yang minta. Ya karena kulihat Siti itu orang kaya jadi wajar dong aku kan kakaknya.Apapun yang aku minta Siti selalu memberikan, karena aku adalah kakak satu-satunya. Dari baju, jilbab, make up, tas, parfum apapun yang kuminta Siti selalu kasih, dan kali ini aku meminta handphone milik Iqbal ,ya karena handphone itu hanya digunakan untuk main game. Aku ingin sekali punya fesbuk seperti Lilis tetanggaku, dia saja yang hanya tukang sayur bisa eksis setiap hari berfoto ria dan mempostingnya di dunia Maya. Hari ini, aku minta diajari main fesbuk pada Dewi, adik Iparku . Dewi bersedia mengajariku main fesbuk dengan syarat aku membantunya membereskan rumah. Sedangkan Dewi mencuci
Baca selengkapnya
bab 17 di kondangan
Sore ini, ada undangan akikah anak pak Ustadz. Ibu mewakilkanya padaku,tentu saja Teh Ira juga turut hadir dalam undangan ini. Aku sudah bersiap-siap , memakai gamis terusan warna hitam dengan hiasan bordir benang emas dibagian dada dan pergelangan tangan, aku mengenakan jilbab segi empat warna mocca yang kurasa cocok aku padu padankan dengan gamisku. Kuraih sendal berbentuk selop dari rak sepatu, ah melihat jajaran sendalku ada yang membuat hatiku sebel seketika. Melihat sendal merk batu ku yang putus dipakai Teh Ira waktu itu. Walau kini sendalnya sudah di perbaiki oleh Bapak , tapi tetap saja sendalnya tak kembali seperti semula. Hengghhh aku mendengus.Nampaknya, didepan sudah ada Wak Enin dan Wak Zenab yang sudah menungguku. Kami memang janjian untuk pergi bersama. "Ih,, Dewi geulis pisan atuh . " Ujar Wak Zenab memuji penampilanku. "Iya nih, menantu Bu Dedeh cantik pisan ." Wak Enin menimpali. Aku hanya tersenyum tersipu malu. "Wak, kita tunggu Teh Ira bentar ya. Tadi ka
Baca selengkapnya
bab 18 POV ira
POV IraSore ini ada undangan dirumah Pak Ustadz, undangan aqiqah kelahiran anak keduanya. Tentu saja aku bersemangat untuk hadir, hiyaaa aku mau tunjukan ke orang-orang kalo Ira sekarang punya hp canggih. "Kang bagi duit donk, buat ngamplop ke rumah pak Ustadz. "Pintaku pada Kang Jaya yang baru saja pulang bekerja, dan sedang menikmati secangkir kopi dengan sebatang rokok menyala disela jarinya . "Emang hari ini undangannya?, Nih. Amplopin semua. " Kang Jaya menyerahkan selembar uang pecahan limapuluh ribu rupiah. Aku segera menyautnya dan berlalu ke kamar akan segera memasukannya dalam amplop. Kulirik Kang Jaya dari pintu kamar, ah dia sedang asyik melepas lelahnya." Enak saja , giliran kondangan aja amplopnya harus gede, kemarin aku minta duit untuk beli paket data gak dikasih. Huh dasar Kang Jaya ini, kalau untuk orang lain royal. Untuk istri sendiri pelit. Liat aja, emangnya aku ini bisa di bodoh-bodohin apa. Hemmm." Aku menggerutu sendiri seraya memasukan uang pecahan duap
Baca selengkapnya
bab 19 korupsi
Sepulang dari rumah pak Ustadz , Teh Ira memintaku untuk menemani beli kartu dan paket data. "Dew, nanti mampir ke konter ya. Anterin Teteh beli kartu sama paket data . " Ajaknya seraya mendekat kepadaku. "Boleh aja nanti Dewi temenin ya. " Ucapku datar. "Tapi nanti ajarin Teteh main fesbuk ya sesuai janji kamu kemarin. " Ucap Teh Ira lagi,menagih janjinya padaku. "Ashiaaaap. " Seruku menirukan gaya Atta Halilintar. "Beli di konter depan aja Teh. " Lanjutku. "Wak Enin sama Wak Zenab duluan aja ya. Dewi mau Anter Teh Ira beli kartu dikonter depan. "Ucapku pada Wak Enin dan Wak Zenab."Ohh yaa sok atuh, kalau begitu Uwak duluan ya Dew. "Ucap Wak Zenab berpamit padaku dan Teh Ira. "Iya Wak. ''Setelah Wak Zenab dan Wak Enin berlalu, aku dan Teh Ira belok ke konter yang dituju. "Kang, kalo kartu perdana sama berikut paket datanya ada. ? " Tanyaku pada Kang Agus si empunya konter. "Ada Dew. Mau kartu apa ?" "Teh, mau kartu apa?" Tanyaku lirih membisik pada Teh Ira.''Yang kaya pun
Baca selengkapnya
bab 20 hadeeeh Iraaaa
Jam dinding sudah menunjukan pukul 17.15. Sebentar lagi Bang Zaki dan Bapak pulang. Kubiarkan Teh Ira yang masih menangis , didepan meja makan. Lebih baik aku siap-siap menyambut Bang Zaki. Aku segera mengganti pakaian dengan home dress yang biasa ku kenakan sehari-hari. Idan dan Iis masih bermain diruang TV. Terdengar suara Kang Jaya dari luar. "Idan, Iis , mana Emak kamu?. Kondangan kok lama banget. Bapak laper ini belum makan. " Tanya Kang Jaya pada kedua anaknya. Dari nada bicaranya, sepertinya Kang Jaya kesal sama Teh Ira. "Emak nangis Pak, didapur. " Jawab Iis. Kang Jaya langsung menemui Teh Ira yang kini tangisnya mulai pelan.''Heh. Kenapa kamu nangis disini? Pergi kondangan bukanya masak dulu, malah ninggalin lauk sisa tadi pagi. Mau dikasih makan apa suami kamu ini Ra?'' Tanya Kang Jaya pada Teh Ira dengan nada kesal yang tak menghiraukan tangisnya. Tanganya meraih gelas diatas rak kecil,menuangkannya air putih dan meminumnya hingga tandas. Yang ditanya tak menjawab
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status