All Chapters of Suami Kontrak Pura-Pura Miskin: Chapter 11 - Chapter 20
184 Chapters
Bab 11
Akhirnya pagi Jumat itu Karina dan beberapa tetangga sibuk memasak di rumah Karina, Nadin menelpon Zaki tentang obrolannya dengan Karina dan lelaki itu meminta Karina tidak perlu meminta sumbangan RT, dia memberi Karina uang dua juta untuk memasak dan mengundang tetangga sekitar untuk syukuran. Nadin merasa heran darimana lelaki itu mendapatkan uang, dia dengan mudah mengeluarkan uang untuk acara pernikahan ini, tetapi kenapa tidak mampu bayar kontrakan yang hanya sejuta setengah. Namun Nadin tidak memiliki kesempatan untuk menanyakan semua itu, barangkali setelah selesai acara pernikahan ini, ada kesempatan setelah satu rumah untuk berbincang dan membahas semua itu. Pagi harinya Nadin datang ke rumah Karina untuk bantu-bantu, namun ibu-ibu di sana melarangnya, mereka sungguh pengertian, bahkan mereka menyarankan agar Nadin istirahat untuk menyambut acara tersebut. "Mbak Nadin pulang saja, istirahat di rumah, biar nanti kalau saat ijab qobul terlihat fresh." "Betul, Mbak. Supaya n
Read more
Bab 12
"Loh, kenapa ini memasang tenda segala?" tanya Zaki yang baru ngeh terhadap alam sekitarnya."Nanti tamunya cukup banyak, jadi kalau ditampung di dalam rumah gak cukup," jawab Nadin."Terus kamu dapat uang darimana nyewa tenda ini?""Aku yang menyewakan, itung-itung untuk kado pernikahan kalian," jawab Shintia.Zaki tidak bisa berkata-kata lagi, sebenarnya dia termasuk orang yang gengsinya selangit, pantang menerima bantuan dari orang secara cuma-cuma, namun kali ini dia menekan egonya, sungguh sulit rasanya, hingga kulit wajahnya yang berwarna madu itu memerah menahan malu."Ayo, masuk mobil!" Akhirnya dia bisa mengendalikan dirinya dengan susah payah. Lelaki itu berjalan duluan dengan elegan, tubuhnya yang tinggi, dengan pakaian ngepas seperti itu terlihat jelas lekuk tubuhnya, bahunya yang lebar dengan pinggang yang langsing, kaki panjangnya berjalan seperti seorang model terlihat dari belakang."Dari mana sih, kamu Nemu makhluk indah seperti itu, Din?" bisik Asyifa."Makhluk inda
Read more
Bab 13
Belum selesai Nadin memikirkan keluarganya, sebuah mobil Innova putih yang juga masih berplat putih, berhenti tepat di depan teras kantor di mana mereka masih berdiri menunggu panggilan panitia pernikahan. Suhendri menjadi orang yang turun duluan dari mobil tersebut. Setelah Suhendri turun dari bangku depan, menyusul di belakangnya Mala, Chika dan Kayla. Nadin sempat shock melihat Mala, Chika dan Kayla berdandan dengan pakaian kebaya ketat, dengan bahan mewah dan dandanan heboh melebihi pengantinnya, rambut mereka disanggul dengan sanggul masa kini sepertinya mereka ke salon dulu sebelum datang ke kantor KUA ini, dandanan mereka seperti mau kondangan ke hotel bintang lima, sementara Suhendri memakai batik mewah, dengan celana bahan berwarna hitam dan sepatu pantofel. "Eh ... Eh ... Eh ..., Siapa ini? Kok ada orang desa yang sudah sampai sini?" ujar Mala dengan heboh menatap pasangan Mang Karta dan Bi Sumi yang berpenampilan sederhana. "Kamu kok ke sini juga, Karta?" tanya Suhendr
Read more
Bab 14
Tepat jam 2 siang, ijab qobul dilaksanakan di ruangan khusus yang sudah disediakan oleh pihak KUA, sebuah ruangan yang sudah didekorasi dengan indah seperti dekorasi pengantin pada umumnya. Lantainya dipasang ambal permadani kualitas bagus, dindingnya dipasang kain dekorasi dengan warna perpaduan ungu putih dan hijau, dengan hiasan bunga-bunga cantik. Di lantai di sediakan meja kecil berbentuk segiempat dengan tepak meja warna putih berenda. "Silahkan mempelai pria duduk di sini, mempelai wanitanya boleh mendampingi boleh tidak, senyamannya saja," ujar petugas KUA tersebut."Siapa wali nikah dari pihak wanita?" tanyanya lagi."Saya, Ayahnya.""Silahkan duduk di sini, Pak. Sebentar lagi Pak penghulu akan ke mari."Semua orang memasuki ruangan, mereka harus menanggalkan alas kaki dan duduk di lantai dengan khidmat. Nadin duduk di depan didampingi oleh Shintia dan Assyifa, dia bersyukur Assyifa datang ke pernikahannya ini, sehingga tidak perlu didampingi Mala, Chika atau Kayla.Mala, Ch
Read more
Bab 15
Dear Istriku, Nadin Hanaya PutriMataku sekalipun tak pernah Melihat wanita sepertimu Yang selalu menjaga kehormatan Dan fitrah kewanitaanmu Kau laksana cahaya terbit di waktu fajar Tapi tak ada satu orangpun yang pernah melihatmu,Kau tercipta memang untukku Tuk menyempurnakan setengah agamaku Suamimu, Zaki Nur IkhsanNadin terbelalak membaca goresan pena yang terpampang di bingkai foto itu, goresan tangan dengan huruf yang begitu indah, di tulis di atas kertas warna kuning emas. Benarkah yang menulis bait kalimat ini lelaki di hadapannya? Ini sungguh romantis, tidak bisa dipercaya! Bukankah ini hanya pernikahan kontrak? Kalau ada kata-kata romantis seperti ini kan membuat Nadin menjadi baper.Tak terasa mata Nadin mulai berkaca-kaca, dengan mantap dia mengulurkan tangannya dan mencium punggung tangan suaminya dengan penuh perasaan, sehingga punggung tangan lelaki itupun basah terkena air mata
Read more
Bab 16
"Selamat, kalau sudah cerai dengan lelaki miskin ini, hubungi aku. Aku tidak keberatan menjadikanmu istri keduaku," bisik Adam pada telinga Nadin Nadin berjingkat mendengar mantan kekasihnya itu berkata demikian, berani benar dia bicara seperti itu? Tentu saja dia tidak menyangka jika Adam memiliki pemikiran demikian, apa katanya? Menjadi istri keduanya? Maksudnya dia akan menjadi madu dari Chika si kakak tiri laknat itu? Biarpun dia memang bakalan jadi janda, lebih baik Nadin mati daripada menjadi istri keduanya, senyuman sinis tersungging di bibir gadis itu."Apa kau bilang? Menjadi istri keduamu? Najis! Jangan ngimpi kau, Adam. Walaupun seandainya aku menjadi janda, lebih baik aku mati daripada disentuh olehmu, Brengsek!" balas Nadin dengan berbisik, namun suaranya sarat dengan kebencian.Zaki yang mendengar nada suara Nadin terlihat emosi, walaupun tidak jelas apa yang dibicarakan, menoleh ke arah gadis itu, dia cukup terkejut melihat istrinya menatap marah pada lelaki itu, Zaki
Read more
Bab 17
"Jadi pernikahan ini dirayakan juga, ya?" cibir Chika "Sepertinya begitu, ya boleh jugalah," ujar Mala. Mereka turun dari mobil dengan antusias, hanya Adam yang tidak semangat. Acara apa ini? Tendanya bahkan seperti itu, harusnya Nadin menikah denganku, maka acaranya akan kubuat seperti di negeri dongeng, keluh lelaki itu. Keluarga Nadin berjalan dengan angkuh, Pak Salim mengenalkan semua keluarga Nadin pada warga setempat. Nadin sendiri cukup terkejut ketika melihat menu makan hari itu, ayam kecap, sambal udang kentang, acar mentimun dan sambal nanas. Ada es sirup, pempek dan tekwan. Menu ini sungguh mewah dengan budget hanya dua juta. Nadin dan Zaki didudukan di sofa yang sudah diletakkan di teras rumah, keluarga Nadin di tempatkan di dalam rumah. Setelah mempelai datang, Pak RT memberi kata sambutan, seorang Ustaz membacakan doa, setalahnya semua hadirin makan bersama. Setalah seluruh tokoh masyarakat dan keluarga mempelai, seluruh warga mengantre di stand makanan yang disajik
Read more
Bab 18
Lama Nadin memikirkan usia suami kontraknya itu, tetapi wajah Zaki tidak terlihat tua, bahkan lebih terlihat dewasa Adam yang usianya baru dua puluh lima tahun. Sekarang Nadin berusia dua puluh dua tahun, selisih enam tahun sebenarnya tidak terlalu jauh sih, masih pantaslah. Yang jadi masalah bagi Nadin adalah pengakuan suaminya yang masih kuliah tingkat akhir di ekonomi manajemen, memang perkenalannya tergolong sangat kilat, sehingga belum mengenal siapa pasangan mereka sebenarnya. "Assalamualaikum," ujar Zaki yang baru pulang dari masjid. Nadin yang melihat suaminya baru pulang tersadar dari lamunannya. "Walaikumsalam," jawab gadis itu yang masih duduk di atas sofa. "Mas mau makan?" tanya Nadin berusaha bersikap baik pada suaminya. "Aku masih kenyang, buatin kopi saja," jawab lelaki itu. Zaki menghempaskan tubuhnya di sofa, dia asyik bermain ponsel, membuka beberapa email dari koleganya dan beberapa pengajuan kontrak kerja. Lelaki itu jarang sekali membuka aplikasi sosial medi
Read more
Bab 19
"Siapa juga yang bilang, kalau aku mahasiswa semester akhir yang mengejar gelar sarjana?""Terus? Mengejar apa, dong?" Mata Nadin membulat merasa tidak paham dengan apa yang sedang dikatakan oleh suaminya itu."Aku kini tengah mengejar gelar megister," jawab lelaki itu dengan senyum yang terlihat sinis."Ha? Jadi Mas Zaki mahasiswa S2? Pantasan wajah Mas benar-benar asing, itu karena memang kita tidak satu kampus, mahasiswa pascasarjana kan kuliahnya di kampus pasar."Zaki kembali memainkan ponselnya tanpa menghiraukan lagi ucapan Nadin, walau begitu Nadin tidak ambil pusing, dia akan terus bertanya untuk membuang unek-unek di kepalanya."Mas Zaki kan kuliahnya di pasar, apa gak terlalu jauh kalau dari sini?" "Aku ini mahasiswa semester akhir, tidak ada lagi tatap muka, aku tinggal konsultasi dengan dosen pembimbing untuk mengerjakan thesis.""Oh, gitu ya? Jadi sama dong ya? Bedanya Mas Zaki sedang menggarap thesis sedang aku menggarap skripsi. Oh ya, Mas ... Tapi kenapa Mas Zaki bil
Read more
Bab 20
"Kau mau sarapan itu, Mas?" tanya Nadin sambil menunjuk roti.Perasaannya cukup jengkel, capek-capek dia memasak nasi goreng ini dengan sepenuh hati, lelaki ini malah makan roti tawar."Aku biasa sarapan yang ringan-ringan seperti ini, rendah lemak sama rendah kalori serta bebas minyak," jawab lelaki itu acuh.Dia dengan santai mengoleskan selai nanas di atas roti, menangkupnya dan menggigit secara perlahan sambil menyesap kopi buatan Nadin yang memanjakan lidahnya.Nadin yang melihat itu hanya tersenyum kecut, tahu gitu dia tidak perlu memasak banyak, besok-besok dia akan memasak sarapan secukupnya untuk dia saja, gadis itu cukup sedih melihat nasi goreng yang masih mengepul itu di mangkuk besar, dia terpikir untuk membawanya nanti ke kampus daripada tidak habis, biasanya Shintia sangat menyukai nasi goreng buatannya.Nadin tersenyum smirk melihat lelaki di hadapannya menggigit rotinya kembali, jadi dia tidak mau memakan nasi goreng buatannya? Syukurlah kalau begitu, nasi goreng ini
Read more
PREV
123456
...
19
DMCA.com Protection Status