All Chapters of Atasanku, Suami Keduaku: Chapter 161 - Chapter 170
188 Chapters
ASK-161
Dalam sebuah ranjang kecil yang bahkan bagian bawahnya tidak dilengkapi dipan atau penyangga, Arsya tidur nyenyak untuk pertama kalinya sejak keributan yang disebabkan Riri. Ia membenarkan ucapan sang ayah yang belum lama ini mengatakan bahwa ketenangan ketenangan yang ia cari sudah bergantung pada kebahagiaan Indah. Awalnya ia tidak mengerti, tapi kemudian sang ayah sedikit menjelaskan.“Tanda bahwa kamu mencintai seorang wanita dengan tulus adalah ketika kamu merasa gelisah dan merasa bersalah kalau wanita itu terlihat tidak bahagia.”*****Barang-barang yang akan dibawa kembali pindah ke rumah Arsya ternyata cukup banyak meski sebagian besar sudar disortir. Bu Anum berdiri dengan dua koper besar dan sebuah koper kecil milik Indah. Galih sudah tiba pagi-pagi sekali untuk mengerjakan pesan Arsya. “Apa sudah semuanya, Bu?” Galih memastikan sebelum menutup pintu mobil.“Sudah semuanya, Pak,” kata Bu Anum. “Sebentar saya ke dalam buat pamitan ke Pak Arsya.” Bu Anum meninggalkan Galih ya
Read more
ASK-162
“Sarah, ada apa di sana? Baru hari Senin dan hanya mencari vendor es krim bisa seberisik itu.” Arsya mendengar keributan di seberang telepon.“Oke, sebentar, Pak. Saya akan menyelesaikan urusan dengan Yeni lebih dulu.” Sarah menekan tombol mute di ponselnya dan meraih kertas dari tangan Yeni. “Saya akan melanjutkan urusan sama Bapak. Kamu bisa keluar dan lanjut kerja.” Sarah menunggu sampai pintu ruangannya benar-benar tertutup baru kemudian kembali mengaktifkan panggilan Arsya.“Bagaimana? Sudah? Kenapa berisik sekali? Yeni bertengkar lagi dengan rekannya?” Arsya kadang bingung mau marah atau tertawa karena kekonyolan yang terjadi akhir-akhir ini di lantai di mana ruangannya terletak.“Yeni awalnya tidak terlalu menjengkelkan sampai meja kerjanya digeser sedikit ke dekat dinding. Ia semakin murka dengan keberadaan Lisa. Dan Lisa selalu punya tenaga meladeni Yeni. Mungkin sudah ratusan kali mengatakan kalau ia lebih menginginkan Indah menjadi rekannya ketimbang Lisa yang cerewet. Dan
Read more
ASK-163
“Semua juga boleh nyicipin, kok. Nggak mungkin semua ini bisa aku habisin. Abang juga harus nyobain.” Indah meletakkan mangkuk kecil berisi es krim yang tinggal sedikit, lalu ikut menyusul Titin ke balik display gelato. “Buat Bapak biar saya aja yang buatin, Mbak. Sekalian saya mau minta tolong panggil Bu Ratmi dan cucunya di belakang. Biar ikut nyobain juga.”Belum lagi Titin melangkahkan kakinya ke belakang, juru masak bernama Ratmi dan cucu perempuan yang sering dibawanya setiap hari datang mendekat bersama Bu Anum.“Nyari Leni, Mbak?” Bu Anum menggandeng Leni ke dekat Indah. “Bu Ratmi bilang ini cucunya yang paling kecil. Belum sekolah dan di rumah nggak ada yang jaga. Makanya sering dibawa. Pasti asyik ya punya cucu bisa dibawa-bawa begini. Anak saya laki-laki cuma satu yang kalau punya anak pasti dekatnya ke besan karena tinggal serumah sama besan.” “Cucunya Bu Ratmi juga tenang banget. Kalau neneknya di dapur dia cuma duduk di kursi sambil main sendirian.” Indah bicara seraya
Read more
ASK-164
“Takut wanita itu melukai dirinya sendiri kalau tahu Abang pergi dengan wanita lain yang tidak dia kenal.” Arsya kembali meringis. Ia bicara sangat hati-hati.“Melukai diri sendiri? Aku…nggak ngerti. Apa maksudnya ancaman bunuh diri atau tindakan seperti melukai diri sendiri gitu? Menyayat tangan? Atau lompat dari gedung?” Indah mendeskripsikan semua hal yang terlintas di benaknya. Andai semua yang dikatakannya benar ia tidak mengerti pria cerdas seperti Arsya bisa terlibat dalam hubungan seperti itu.“Hampir seperti itu. Kadang dia mengancam akan mendatangi kantor dan berbuat keributan. Awalnya Abang heran kenapa dia selalu tahu apa yang terjadi di kantor. Jam berapa Abang keluar kantor dan pergi dengan siapa. Sekarang Abang sudah mengerti semuanya.” Arsya mengulas senyum tipis agar Indah yang terlihat tegang kembali santai dalam obrolan ranjang mereka. Sepintas tadi ia juga mengingat Tio yang pernah kedapatan membuntutinya mulai dari depan gedung perkantoran.“Aku nggak nyangka,” gu
Read more
ASK-165
Indah bergeming selama beberapa detik sebelum tersadar karena belaian tangan Arsya di pipinya. “Yakin mau ketemu Mayang?” tanya Arsya lembut. Dahi Indah mengernyit. “Nggak terlalu yakin tapi aku penasaran dengan keperluannya. Jauh-jauh ke sini dan yang paling penting dia udah usaha banget buat nyari alamat Abang. Nanya sama siapa dia?” Indah menoleh ke arah suara samar-samar Deden yang sedang bicara dari arah depan. “Boleh ketemu Mayang kalau kamu habiskan mangga ini lebih dulu. Abang juga harus temani kamu. Istri Abang sedang hamil,” kata Arsya dengan nada ringan. Ia ingin menghalau kilat emosi yang terlihat di sepasang mata Indah.“Apa boleh aku ketemu Mayang berdua aja lima belas menit pertama? Mungkin Mayang bakal sungkan kalau ada Abang.” Indah tersenyum untuk meyakinkan Arsya. Ia memang ingin Mayang menjadi dirinya sendiri saat mereka bicara. Terlebih ia ingin melihat Mayang yang pernah bercinta dengan suaminya di ruang keluarga. Mayang yang garang dan angkuh.Ketika Arsya men
Read more
ASK-166
Tadinya Indah merasa telinganya salah menangkap perkataan Arsya. Tapi melihat bagaimana senyum Mayang melengkung, ternyata ia tidak salah. Mayang bahagia dan tujuannya datang ke rumah mereka pagi itu sudah terpenuhi. Wanita itu mau Panca keluar tahanan untuk menunggui persalinan ia dan bayinya. Diamnya Indah membuat Arsya cepat melirik ke arahnya. Ia sadar kalau wajahnya saat itu pasti menyiratkan ketidaksukaan yang amat jelas. “Ini serius, Pak? Bisa?” ulang Mayang karena tak yakin dengan reaksi kaku Indah. “Kalau istri saya menyetujuinya, hal itu bisa diwujudkan. Tapi karena melihat ekspresi istri saya seperti ini, saya jadi sedikit ragu. Sebelum saya meminta Anda keluar dari sini karena sedikit mengacaukan pagi kami, sepertinya Anda dan suami Anda harus mengingat-ingat hal apa yang harusnya kalian lakukan untuk istri saya. Hal yang sudah sepantasnya kalian lakukan dari dulu. Bagaimana?” Karena wajah Indah berubah menegang, Arsya mengkhawatirkan perubahan suasana hati yang begitu
Read more
ASK-167
Indah menajamkan ingatannya soal Mika. Tidak mungkin dia salah orang. Wanita yang omongannya selalu ceplas-ceplos dan terakhir kali bertemu di kediaman keluarga Subianto. Mika yang mendorong stroller bayi ke kolam renang? Perempuan yang ia rasa punya angry issue dan naksir Arsya dari dulu? Indah masih berjalan pelan sambil menunggu Mika menghilang ke dalam lift. Setelah memastikan hal itu, Indah bergegas ke depan lift untuk melihat lantai yang dituju Mika. Lantai lima? Lantai lima cuma ada PT. Pelita Sentosa. Mau ke mana Mika? Apa Mika memang kerja di sana? Apa ini yang dimaksud Mika kemarin? Pindah ke Indonesia karena mendapat tawaran pekerjaan?Banyak pertanyaan muncul di kepala Indah. Ada rasa takut saat pintu lift kemudian terbuka dan kakinya melangkah ke dalam. Bagaimana kalau Mika mengenali dan mengulitinya di depan direksi perusahaan itu. Hari itu ia memang mau berpamitan. Tapi tetap saja tidak nyaman bertemu Mika di sana. Tapi … apa yang dilakukan Mika di perusahaan Eric?
Read more
ASK-168
Indah membutuhkan waktu beberapa detik untuk mencerna semua apa yang baru saja diucapkan oleh Mika. Ternyata wanita yang disebut-sebut supel dan berhati baik sudah menjelma menjadi sosok berbeda sekembalinya ke tanah air. Tapi kenapa semua bisa sangat kebetulan seperti itu. Kalau Mika mengatakan ia baru-baru ini kembali ke tanah air, apa itu berarti sebelumnya ia memang tidak mengenal Zhang Ma? Genggamannya semakin terasa basah. Indah mundur dua langkah dari pintu ruangan yang sedikit terbuka. Susah payah ia menenangkan detak jantungnya yang berdegup kencang. Saat sedang mempertimbangkan untuk langsung meninggalkan tempat itu dengan sebuntalan berisi hasil kerja Mika di Halmahera, Indah menemukan kesadarannya. SB Industrial Energy bisa menjadi tertuduh dan Arsya bisa dipenjara kalau ia langsung membawa semua kertas itu. CCTV ada di mana-mana. Sepenggal kesadaran membuat Indah kembali bertindak hati-hati dan mengatur perencanaan pelan-pelan. Kalau bisa, tidak perlu seorang pun tahu
Read more
ASK-169
Saking gugupnya, Indah merasa bisa mendengar detak jantungnya sendiri. Gemetar di tangannya semakin kentara dengan selembar kertas yang bagian ujungnya mulai basah karena keringat. “A-ku belum selesai. Sedikit lagi ini ….” Indah meratakan satu set dokumen terakhir yang akan distaples. Sudut matanya melihat proses penyalinan data tersisa satu persen lagi. “Ayo, cepat … please …,” bisik Indah. Di bawah meja, kaki Indah sudah bergoyang tak henti sejak tadi. Seumur hidup, itu adalah saat paling menggugupkan buat dia. Suara Mika yang semakin mendekat membuat tangannya yang gemetar menyentuh mouse komputer dan menyentak-nyentaknya. “Via, mana Via?” jerit Mika. Bersamaan dengan suara Mika yang semakin memggelegar dan munculnya wanita itu di pintu, Indah melepas flashdisk dan menggenggamnya dengan tangan kiri. Genggamannya sangat erat sampai ia merasa kelima kuku menekan telapak tangannya hingga sakit. “Mana Via?” tanya Mika yang memandang pegawai pria di depannya. “Via menyerahkan peker
Read more
ASK-170
Peristiwa pagi di PT. Pelita Sentosa sebenarnya tidak lama. Namun Indah merasa dirinya sudah menghabiskan seharian penuh di perusahaan itu. Walau tampilannya sangat tenang dan dandannya rapi seperti tidak terjadi apa-apa, Indah harus menenangkan dirinya di toilet lantai dasar. Duduk di closet yang tertutup, Indah mengatur napas seraya mencoba menghubungi Arsya. “Halo, Abang?” “Indah di mana? Sudah selesai? Galih masih menunggu. Kamu keluar dan tunggu di teras semenit. Galih pasti segera muncul.” Indah menarik napas lega karena ternyata ia tak butuh waktu lama menghubungi Arsya. Dan ternyata apa yang disampaikan pria itu benar, Galih sang ajudan yang merangkap supir muncul sebegitu Indah keluar gedung. “Tidak ada terjadi apa-apa, Bu? Bu Indah baik-baik aja?” Galih langsung bertanya saat Indah baru saja menghempaskan tubuh di jok belakang. “Kenapa nanyanya gitu, Pak Galih? Memangnya Pak Arsya ada ngomong apa?” Indah melihat raut waspada di wajah Galih. “Kayaknya Pak Galih udah
Read more
PREV
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status