Semua Bab Istri Pengganti sang Duke Arogan: Bab 31 - Bab 40
61 Bab
Pertemuan rahasia
Keheningan menyelimuti kami, Revanov tidak lagi bertanya dan masih terus menatapku begitupun aku sebaliknya. Angin berhembus kencang hingga menerbangkan banyak bunga dandelion yang membuat mereka menempel di rambut kami dan saat itulah aku kembali tersadar."Cukup. Sudah kukatakan padamu, apapun yang kulakukan itu bukan urusanmu."Kudorong tubuhnya sekuat mungkin tapi dia tidak bergeser se-inci pun. Tubuhku terlalu kecil untuk mendorongnya hingga aku harus menginjak kaki pria ini baru dia menjauh dan melepaskanku."Kaki kecilmu itu ada durinya ya?" desisnya."Sudah kukatakan jangan ikut campur dalam urusanku. Kita ini tidak ada hubungan apapun.""Siapa yang mengatakan kita tidak punya hubungan? Apa orang itu ingin ku potong lidahnya?""Aku yang mengatakan itu, apa kau akan memotong lidahku sekarang?!"Kelakuannya itu benar-benar membuatku kesal. Tanganku bergetar setelah berbicara keras padanya, walaupun aku mencoba terlihat baik-baik saja sebenarnya aku juga takut kalau dia akan meng
Baca selengkapnya
Kekacauan
Aku baru saja kembali setelah bertemu dengan Alfonso, tapi kediaman Magrita sudah sangat ramai bahkan para pelayan berkumpul disatu titik hingga membuatku kesulitan melihat dari balik kerumunan ini.Padahal aku hanya pergi sebentar tapi apa keributan yang sedang terjadi saat ini? Kutarik salah satu pelayan yang ada di sampingku. Karena saking ributnya mereka tidak menyadari keberadaanku."N-nona?" ucap Pelayan yang kutarik itu dengan wajah terkejutnya."Apa yang sedang terjadi?" "Itu ... Pelayan anda meninggal dunia dengan kondisi yang ..." Pelayan itu tidak melanjutkan bicaranya dan terlihat menahan sesuatu, seolah dia akan muntah? Aku tidak punya kesabaran untuk menunggu jawabannya dan menerobos paksa kerumunan itu.Apa yang mereka lakukan pada Hilda? Hingga pelayan itu tidak bisa menjelaskan dengan benar. "Nona?!" pekik Andre yang baru saja keluar dari ruang perawatan Hilda."Andre, apa yang terjadi?" tanyaku dengan nafas tersengal-sengal setelah melewati banyak orang."Sebaikny
Baca selengkapnya
Penggeledahan
Usai makan malam mereka berdua akhirnya pergi untuk memenuhi tugas dari Marquis tanpa menaruh keraguan sama sekali. Saat ini tinggalah aku bersama Marquis yang berada di ruang kerjanya. "Biar ayah tanya sekali lagi, apa kau yakin bahwa merekalah yang membawa buku itu?" tanya Marquis padaku sebelum memulai penggeledahannya."Saya tidak yakin apakah itu buku yang ayah cari atau tidak, tapi yang saya lihat mereka membawa sebuah buku yang ciri-cirinya sama persis seperti yang ayah cari," jelasku.Saat ini juga ada Bellsac bersama kami, dia juga mengatakan sesuatu yang mendukung persaksianku. "Tuan, mungkin yang di katakan Nona ada benarnya. Bukankah anda bilang mereka juga memiliki kunci cadangan ke ruang kerja anda?"Meskipun aku tidak terlalu menyukai Bellsac tapi dia sudah banyak membantuku secara tidak sengaja, mungkin dia tidak seburuk yang kubayangkan. Kali ini kulihat lagi Marquis yang masih berfikir lebih keras. Kelihatannya ada banyak sekali pertimbangan yang harus dia pikirkan,
Baca selengkapnya
Rencana Cecilia
Siang hari setelah kematian Hilda dan sebelum penggeledahan. Setelah Revanov pergi, Andre datang membaa sampel kulit milik Hilda. Itu terlihat menjijikkan karena selain mengelupas ternyata kulitnya juga lebih rapuh dari yang terlihat sehingga aku harus berhati-hati dalam mengangkat plastik tempat sampel itu di simpan. "Apa kau tahu jenis racun apa yang bisa mengubah penderitanya sampai seperti ini?" tanyaku pada Andre tanpa mengalihkan pandanganku dari sampel tersebut. "Saya tidak mengerti banyak hal tentang racun Nona," jawab Andre. "Hmm ... melihat kondisinya sampai seburuk ini, sepertinya dosis yang di berikan sangat banyak." "Anda benar, saat dokter memeriksa wadah makanan yang terakhir di konsumsi oleh Hilda. Dia menemukan bahwa racun itu kemungkinan besar di campur tanpa memperhatikan dosisnya," jelas Andre. Dokter yang dia maksud disini adalah dokter sementara pengganti William yang tengah pergi bersama Marquis. Karena dia adalah orang baru yang kupilih, kemungkinan kecil
Baca selengkapnya
Penangkapan Silia dan Mario
Keesokan harinya. Sepertinya ketenangan di Magrita perlahan mulai menghilang terlebih saat Silia dan Mario di tangkap atas tuduhan penghianatan. Kini mereka ada di dalam penjara bawah tanah menunggu hukuman yang ada di jatuhkan pada mereka. Saat sarapan aku meminta izin pada Marquis untuk mengunjungi mereka, awalnya Marquis menolak tapi berkat kegigihanku akhirnya dia memberikan izin asalkan di temani oleh seseorang. Dan disinilah aku datang bersama Revanov yang mengusulakan diri saat kami sarapan bersama tadi. "Tumben kau datang pagi-pagi sekali," lirihku. "Aku mendengar kabar yang menarik maka dari itu aku datang," jawab Revanov dengan senyumannya. "Padahal kabar ini tidak ada hubungannya denganmu." "Tapi ini berhubungan dengan calon istriku," jawabnya lalu dengan cepat dia meletakkan satu tangannya di pinggangku dan menarikku untuk mendekat. Hingga membuat para pelayan yang melihat kami kegirangan karena mendapatkan bahan gosip baru. "Lepaskan aku!" desisku sembari mencoba m
Baca selengkapnya
Hari Eksekusi
Marquis memanggil Silia dan Mario untuk bertemu secara pribadi di ruang kerjanya. Tentu saja setelah menempatkan banyak penjaga di sekitar kami. Mario hanya diam menunduk sedangkan Silia menatap tajam padaku. Kedua tangan mereka di ikat dengan sangat kuat dan kini mereka duduk di lantai berhadapan denganku dan Marquis, termasuk Revanov yang berdiri tepat di belakangku dengan tenang. "Tuan apa Anda akhirnya berubah pikiran?" ujar Silia dengan penuh semangat tapi di tangan oleh Mario yang faham tentang situasinya. "Maafkan kami istri saya Tuan," ujar Mario. "Ketahuilah, aku membawa kalian kesini bukan untuk memaafkan kalian. Tapi ini semua karena permintaan Putri yang dengan baik hati memberi kalian kesempatan untuk berbicara. Jadi jelaskan secara cepat tujuan kalian sebenarnya," jawab Marquis dengan nada suara rendah namun mengintimidasi. Bukannya menjelaskan Silia justru dengan serampangan mencoba meraihku dengan tangannya yang terikat. Yah, inilah yang kuinginkan, semakin kau mar
Baca selengkapnya
Jalan-jalan dengan Eva
Keesokan harinya Eva datang ke kediaman Marquis bersama dengan Viscount Valerian, mereka bilang ingin memberikan semangat pada Marquis dan aku. Eva yang baru saja datang langsung memelukku dengan erat dan menepuk-nepuk punggungku."Kau pasti sangat terkejut Cecil, padahal tingal seminggu lagi hari bahagiamu datang tapi kedua orang itu justru merusak semuanya," lirihnya tepat di sampng telingaku.Ku balas pelukannya dengan lembut. "Terima kasih sudah datang Eva.""Untuk menghilangkan stressmu, bagaimana kalau kita jalan-jalan?" tawarnya setelah menarik diri dariku.Tanpa menunggu jawabanku dia langsung meminta izin pada Ayahnya dan juga Marquis, yang sedang berbincang di ambang pintu. Padahal mereka baru saja datang bahkan belum masuk ke rumahku, tapi mungkin karena kami masih satu keluarga. Oleh sebab itu mereka langsung memberikan izin dan tanpa persiapan apapun aku keluar bersama Eva untuk jalan-jalan."Cecil, apa ada tempat favoritemu di sini?" tanya Eva begitu kami berada di dalam
Baca selengkapnya
Surat Undangan
Kami kembali setelah larut malam, awalnya Marquis menawarkan untuk keluarga Viscount menginap tapi mereka memutuskan pulang karena ada urusan yang mendesak. Kami mengantarkan mereka sampai ke depan gerbang. Begitu mereka pergi, Marquis mulai mengajakku bicara. Ini adalah kali pertama dia berbicara padaku setelah kematian kedua temannya itu."Apa kau bersenang- senang dengan sepupumu?" tanyanya."Iya Ayah, dia juga membelikan gaun ini padaku. Bukankah gaunnya cantik?""Ya, itu terlihat cocok untukmu. Kalau begitu ayo kita masuk, udaranya sudah semakin dingin," ujarnya.Marquis memberikan jubahnya padaku karena udaranya memang cukup dingin malam ini. Aku melirik wajahnya yang nampak lesu, terkadang aku merasa kasihan dengannya tapi setelah mengingat semua perlakuannya rasa kasihan itu berubah menjadi benci.Tidak ada niatan sama sekali untukku memulai pembicaraan dengannya malam ini sehingga kami hanya saling diam hingga sampai di dalam rumah, dia langsung kembali ke ruang kerjanya dan
Baca selengkapnya
Perjalanan ke Ibukota
Tentu saja harapan hidup dengan tenang akan langsung hancur karen surat undangan minum teh dari Putri Amelia datang. Dia mengatakan bahwa akan mengadakan pertemuan para gadis untuk merayakan hari sebelum pernikahanku."Kenapa kau harus terlibat dengan orang merepotkan seperti ini?" tanyaku pada Revanov yang juga mendapat undangan dari Pangeran Bian."Karena cara itu saja yang bisa membuatku bekerja sama denganmu," jawabnya dengan enteng."Kau tidak berbakat dalam bercanda.""Kau tahu sendiri bagaimana sifatku."Dia beranjak dari kursi teras dan seperti biasa akan pergi tanpa melalui pintu utama karena tadi dia datang juga lewat teras. Mungkin pria itu lupa jalan masuk yang sebenarnya karena keseringan datang secara diam-diam."Sampai jumpa di Istana, Cecilku!" serunya sebelum menghilang di antara semak-semak.Tidak terasa pernikahan kami tinggal seminggu lagi dan itu artinya aku akan pergi ke istana besok pagi bersama Marquis, dia menjadi lebih diam setelah kematian Silia dan Mario.
Baca selengkapnya
Silsilah keluarga kerajaan
Setelah perjalanan panjang akhirnya kami tiba di Ibu kota, rasanya sudah sangat lama sejak terakhir kali aku bekerja sarabutan di sini. Tadi kami juga melewati bar tempatku bekerja terakhir kali, tempat itu masih ramai bahkan terlihat sangat penuh. Sepertinya memang banyak orang yang datang karena penasaran dengan pernikahan seorang Duke yang terkenal suka membunuh orang. Jalanan ibukota bahkan lebih ramai daripada saat perayaan hari panen. "Selamat datang Tuan Marquis dan Nona Magrita," sambut seorang pelayan begitu kami tiba di Istana. Keliatannya dia memang khusus di siapkan untuk menyambut kami. "Perkenalkan saya Gilbert yang akan memandu Nona selama berada di Istana," lanjutnya"Terima kasih," ujarku."Kalau begitu Ayah akan pergi dulu, kau istirahatlah Putriku," ujar Marquis. "Baik Ayah, anda juga harus segera istirahat dan jangan terlalu memaksakan diri," jawabku.Dihadapan banyak orang Marquis mengelus pucuk kepalaku dan tersenyum, seolah dia bangga memiliki putri seperti
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status