Semua Bab Mempelai Tanpa Kontrak: Bab 21 - Bab 30
41 Bab
Bab 21. Menjenguk
"Sya, kamu beneran mau ikut menjenguk Aeri?" Sekali lagi Idris bertanya, dia khawatir dengan kondisi Frisya yang masih lemah karena kecelakaan.Untuk meyakinkan Idris, Frisya mengangguk yakin."Iya Dris, mau berapa kali sih kamu akan bertanya?" Frisya tertawa."Tapi kondisimu ....""Dris," panggil Frisya menyela ucapan Idris, perempuan itu menoleh kebelakang—kepada Idris yang mendorong kursi rodanya. "Aku benar-benar tidak apa-apa, jadi kamu jangan khawatir, ya?"Idris tidak pernah bisa menang dari Frisya, akhirnya setelah diyakinkan, dia pun tidak lagi bertanya.Waktu mereka hampir sampai di ruangan Aeri, mereka melihat suster dan dokter yang setengah berlari masuk ke ruangan itu.Dan tidak lama, Arvan keluar dari ruangan sambil membuka kancing kemejanya yang memperlihatkan dada bidangnya."Van, dokter tadi? apa yang terjadi dengan Aeri?" Tanya Idris.Arvan menoleh kearah Idris dan Frisya."Dia tiba-tiba pingsan lagi," beritahunya seperti itu bukan apa-apa.Khawatir saja laki-laki it
Baca selengkapnya
Bab 22. Pangeran Bunga
Awal mula Arvan mendapat julukan pangeran bunga layu tidak lain karena Aeri. Meski sejak kecil Arvan sangat tampan. Tapi dimasa-masa SMP dulu, dia menutupi ketampanannya dengan berpenampilan culun layaknya seorang kutu buku. Apalagi Arvan memang seorang kutu buku. Kalau tidak ke perpustakaan, temannya itu pasti akan di kelas untuk membaca. "Yaelah Van, tutup dulu napa bukumu, sekali-kali kek makan ke kantin bareng gitu." Suatu hari, karena Idris muak melihat temannya selalu di kelas sendirian, dia pun menasehati temannya itu.Mendengar perkataan Idris, Arvan lalu menunjukkan roti yang sudah dia makan separuh."Aku sudah punya makanan, jadi ngapain ke kantin.""Tapi ....""Kalau kamu tidak ada urusan disini, mending sana keluar," Arvan mengusir Idris sebelum temannya itu semakin menganggu dengan ocehannya.Idris sudah seringkali mengajak Arvan keluar dari rutinitasnya membaca, tapi dia selalu saja gagal. Dia tadinya sudah mau menyerah.'Memang rasanya mustahil untuk membawa Arvan ke
Baca selengkapnya
Bab 23. Pangeran Bunga (2)
"Sudah kamu diam saja dulu, aku mau mengambil foto.""Hah?" Pagi itu, Arvan tiba-tiba saja menjadi model dadakan Aeri.Aeri memang sejak awal punya minat dalam fotografi, karena itu, dia selalu membawa kameranya ke sekolah.Membawa kamera kesekolah sebenarnya dilarang, tapi Aeri tetap nekat membawanya yang membuat Arvan heran kenapa sampai sekarang temannya itu tidak kunjung ketahuan selalu membawa kamera?'Aeri adalah teman baik ku.'Dengan pemikiran seperti itu, Arvan dengan patuh mengikuti keinginan Aeri untuk di foto.Karena saking fokusnya memfoto, Aeri bahkan tidak sadar kalau sudah banyak siswa-siswi lainnya yang sudah datang ke sekolah.Arvan sudah meminta Aeri untuk berhenti memotret waktu banyak orang yang berdatangan, apalagi semua orang tidak lepas menatap ke arah mereka berdua.Arvan mengira orang-orang itu menonton mereka layaknya seperti menonton topeng monyet. Dia mengira semua orang menatap heran dengan apa yang mereka lakukan. Padahal sebenarnya, rata-rata semua ora
Baca selengkapnya
24. Bosan
Di rawat di rumah sakit rasanya sangat membosankan. Mulai dari makanannya yang tidak enak sampai dia tidak boleh keluar kamar.Padahal Aeri merasa sudah baikan. Dia memegang dahinya. "Masih panas sih, tapi aku sudah merasa baikan, kok."Saat dia bilang ingin keluar dari rumah sakit. Arvan malah mengomelinya."Jangan membuat orang khawatir, Ri. Kamu kemarin sudah kejang-kejang, kamu mau sakitmu semakin parah?""Tapi aku sudah baikan sekarang."Arvan lalu memasukkan termometer ke mulut Aeri."Lihat, apanya yang baikan." Setelah mengeluarkan termometer itu, Arvan memperlihatkan suhu yang tertera di sana yang memang masih tinggi.Setelah itu Aeri tidak lagi bicara."Hanya sampai besok, aku tidak mau di rumah sakit lebih lama lagi."Ingin rasanya Arvan berteriak."Kenapa susah sekali sih Ri, ngasih tahu kamu.""Yaudah nggak usah ngasih tahu segala, biarkan saja aku keluar rumah sakit."Arvan menghela napasnya, "baiklah, kamu besok bisa keluar kalau panasmu sudah turun, tapi kalau belum ja
Baca selengkapnya
Bab 25. Pergi bersama bumer
Aeri menoleh pada orang itu yang segera datang membantunya bangun."Mita?" Ucapnya heran melihat Mita ada di sana. "Ada apa kamu kemari?""Ada apa? Jelas aku mau menjenguk kakak, kakak nggak apa-apa kan? Apa ada yang terluka?" Tanyanya begitu khawatir."Aku nggak apa-apa kok," Aeri lalu memegang tangan Mita dan menyuruhnya untuk duduk di sampingnya."Sekarang kamu cerita, bagaimana kamu tahu aku ada disini?" Aeri memiringkan wajahnya.Mita lalu menceritakan kejadian kemarin pada Aeri. Soal bagaimana dia bisa tahu Aeri di rawat dan bagaimana Aeri yang memintanya untuk kembali bekerja sebagai model dengannya."Ahh, aku maksa-maksa kamu buat jadi modelku lagi?" Ulang Aeri setelah Mita selesai bicara."Tidak hanya maksa, kakak juga sampai memelukku."Aeri lalu memegang tangan Mita, "maaf soal itu ya Mit, waktu itu aku tidak sadar apa yang aku lakukan." Aeri membuat wajah memelas, berharap Mita dapat memaafkan kelakuannya.Mita tersenyum, "iya kak, aku juga tahu kok, suami kakak juga bilan
Baca selengkapnya
Bab 26. Ribut dengan bumer
Aeri sangat jelas merasakan diskriminasi antara dia dan Frisya dari Mama mertuanya.Tidak hanya dadakan membawa orang sakit keluar dari rumah sakit, dia malah lebih memperhatikan Frisya."Frisya, tante sudah bilang pada mamamu, kalau kamu akan tinggal bareng tante selama kamu belum sembuh.""Ya ampun tante, makasih banyak loh, dan maaf kalau aku ngerepotin."Rullistya dengan lembut mengelus kepala Frisya."Nggak ngerepotin kok, Sya. Malah tante senang, jadi di rumah ada yang nemanin tante."Frisya lalu melirik pada Aeri—merasa tidak enak."Tapi kan, ada Aeri tan?"Rullistya juga melihat pada Aeri singkat sebelum kembali melihat pada Frisya."Dia hanya perempuan asing, ngapain juga Tante mau di temani oleh dia."Aeri menguap mendengar perkataan Rullistya, dia menopang dagunya dengan tangan yang dia sandarkan pada pintu mobil."Siapa juga yang mau nemani tante-tante cerewet kayak ibuk lampir eh salah maksudnya Mak Lampir," celetuk Aeri membuat Rullistya kembali menoleh padanya."Apa ora
Baca selengkapnya
Bab 27. Alasan mengajak pulang bersama
Rullistya melihat pada Frisya, "lihat itu kelakuannya Frisya, Tante benar-benar tidak kuat punya menantu seperti dia, tahu begitu Tante tidak mau membawanya pulang," keluh Rullistya pada Frisya.Frisya hanya bisa menggigit bibirnya. Sebenarnya dialah yang membujuk Rullistya untuk membawa pulang.Saat Aeri tidak mau dia datang menjenguk di rumah sakit. Arvan juga malah melarangnya, dan dengan kasar dia mengusirnya dan Idris malam itu, lalu pagi harinya waktu dia menemui laki-laki itu di depan ruangan Aeri. Kembali Arvan mengusirnya."Kamu sudah dengarkan apa yang Aeri katakan semalam, dia tidak mau kamu datang menjenguknya, sebaiknya kamu kembali saja ke ruanganmu," kata Arvan sebelum dia pergi meninggalkannya di depan ruangan Aeri.Saat itu, dia sangat marah pada Aeri. Kalau bukan karena perempuan itu, Arvan tidak akan bersikap dingin seperti tadi. "Sialan, kenapa sih Arvan mendengarkan perkataan perempuan itu, berani-beraninya juga perempuan itu melarangku menjenguk, apa dia kira a
Baca selengkapnya
Bab 28. Yang jahat disini siapa
Suara langkah tergesa-gesa terdengar sebelum seseorang dengan kasar membuka pintu kamar."Aeri!"Arvan yang baru saja datang berteriak memanggil Aeri yang tidak dia lihat keberadaannya di kamarnya.Kembali Arvan turun ke lantai bawah, mencari Aeri di setiap penjuru rumah."Arvan, ada apa kamu teriak-teriak gak jelas begini di rumah." Rullistya yang mendengar teriakan Arvan dari dalam kamar Frisya keluar menghampiri putranya bersama dengan Frisya."Ma, Aeri dimana dia?"Rullistya memutar matanya, dia menghembuskan napasnya sembari berkata, "ya ampun, Van. Mama kira ada apa denganmu pulang-pulang malah berteriak memanggil perempuan itu.""Aku tidak melihat Aeri di kamar, dimana dia sekarang?" Arvan tidak sabar dia sedikit menaikkan nada suaranya."Dia ada di kamarnya, di mana lagi? Dan kamu berhentilah berteriak, setelah menikah kamu sekarang malah semakin berani meninggikan suara pada mama ya." "Tapi, di kamar, Aeri tidak ada Ma."Saat Arvan mendapat telepon dari Mamanya kalau akan me
Baca selengkapnya
Bab 29. Diskriminasi
Seperti yang Frisya katakan, AC di kamar Arvan tengah mati. Waktu tadi siang Aeri sampai di rumah mertuanya, dia dibuat tidak betah saat memasuki kamar Arvan. Saat dia menghampiri mama mertuanya untuk memberitahu soal AC di kamar putranya, respon Rullistya malah acuh. "Kamu tidak lihat aku sedang sibuk, kalau ac-nya mati, tinggal di buka ventilasi udaranya, kenapa malah menggangguku." Mendapat respon ketus mama mertuanya membuat Aeri memutar bola matanya. Kesibukan yang dilakukan mama mertuanya adalah membongkar koper Frisya, mengeluarkan baju yang tidak seberapa banyak dari dalam sana. Malah pembantu yang tengah bersih-bersih di kamar itu lebih sibuk daripada mama mertuanya. Padahal waktu mereka sampai, kamar itu sudah bersih, tapi begitu Frisya bersin sekali, kamar itu kembali dibersihkan atas perintah Rullistya yang khawatir dengan kesehatan perempuan itu. Yang sakit disini tidak hanya Frisya, tapi juga dia. Malah sialnya, panasnya kembali naik. Tidak hanya itu, kepalanya j
Baca selengkapnya
Bab 30. Tidak mau rugi
"Tidak bisakah kamu bersikap sedikit lebih baik di depan mamaku, Ri?" Ucap Arvan waktu mereka berada di kamar. Aeri memandang sekeliling, "kalau mamamu juga memperlakukan aku lebih baik lagi, jelas aku akan bersikap baik padanya, tapi coba lihat kamar yang dia berikan padaku." Ada banyak debu dimana-mana di dalam kamar itu, lantainya pun sangat kotor, juga hanya ada satu tempat tidur di sana, tidak ada meja, kursi bahkan lemari, yang membuatnya harus menaruh tas pakaiannya di atas tempat tidur. "Mamamu benar-benar pengertian ya, sama menantunya," sarkas Aeri. Bahkan pembantu di rumah ini juga seakan mengabaikannya. Runi, pembantu yang membawanya ke kamar ini, selesai mengantarnya langsung pergi begitu saja, tanpa mau membersihkan kamarnya dulu. Saat dia memintanya untuk membersihkan kamar itu, jawabannya malah bikin dia kesal. "Saya sedang banyak pekerjaan, nanti saya akan membereskannya setelah pekerjaan saya selesai." Tapi sampai sekarang pembantu itu tidak kunjung datang.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status