Karena kebetulan menjadi fotografer di pernikahan teman lamanya, Aeri memutuskan untuk menyapa Arvan. Namun, siapa sangka 'mempelai' yang dibayar Arvan, mendadak membatalkan pernikahan. Arvan yang tak ingin menikahi perempuan pilihan sang ibu, lantas meminta Aeri untuk menjadi mempelainya! Lantas, bagaimana kehidupan pernikahan keduanya? Terlebih, Aeri punya pendapat berbeda tentang 'pernikahan' dengan Arvan. Baginya, tidak ada pernikahan kontrak karena pernikahan itu hanya satu kali! Satu kali, menikah. Satu kali juga, punya Mama Mertua menyebalkan!
View More“Bagaimana saksi, sah?”
Begitu penghulu mengatakannya, status Aeri berubah.
Dia bukan lagi teman Arvan, melainkan istrinya.
Aeri lantas menoleh pada pria di sampingnya itu yang terlihat tampan dan mengenakan setelan baju pengantin warna putih–senada dengan gaun yang digunakan Aeri saat ini.
Meski terlihat cantik, tetapi Aeri merasa tidak nyaman.
Ini bukan gaun miliknya–melainkan milik perempuan lain: pengantin wanita yang seharusnya menikah dengan Arvan.
Tadi pagi, Aeri akan bekerja sebagai fotografer pernikahan. Karena tahu kalau Arvan adalah mempelai prianya, Aeri tidak lupa membawakan hadiah. Tapi, siapa sangka? Baru aja dia akan masuk ke aula pernikahan, seseorang tiba-tiba menculiknya untuk menjadi pengantin pengganti di samping Arvan karena pengantin wanita yang asli tiba-tiba menghilang.
“Salam,” lirih Arvan pada Aeri yang sudah mengulurkan tangannya pada Aeri.
Dengan cepat, perempuan itu pun menyalami tangan Arvan.
Penghulu kini membacakan doa. Namun, dari ujung mata, Aeri menyadari bahwa hanya Papa Arvan yang terlihat bahagia di sini. Bahkan, Mama dari pria itu memalingkan wajahnya saat acara ijab qobul putranya.
Aeri tidak tahu apa yang ia lakukan ini adalah hal yang benar.
Selain itu, bukan gayanya memakai jilbab dan pakaian syar’i, seperti ini.
“Van, sumpah … aku sesak pakai cadar. Ini kapan acaranya selesai?” bisik Aeri pada Arvan di atas pelaminan. Dia sudah tidak kuat memakai cadar ini. Memakai masker saja Aeri sesak, apalagi cadar.
“Kamu tahan aja dulu. Acaranya masih lama, mungkin sampai nanti malam.”
“Kamu mau aku mati, Van?” Aeri menekan suaranya agar tidak terdengar oleh orang lain.
Namun, Arvan tidak segera membalas ucapannya.
Seorang tamu undangan tampak naik ke atas pelaminan menyalami keduanya.
Begitu tamu tersebut turun, barulah Arvan menatap Aeri lagi.
“Kamu lihat perempuan di sana?” tanya Arvan sambil menunjuk perempuan bercadar yang tengah berbicara di telepon dengan dagunya. “Dia tidak mati, kan? Jadi, tahan saja.”
*****
“Selamat bro! Sekarang, kamu bisa bebas dari perjodohan buatan mamamu,” kata Idris–salah satu tokoh penting dari pernikahan ini–datang menyalami Arvan di atas pelaminan.
“Ya, sekarang kamu bebas juga mendekati dia.”
Ucapan datar Arvan membuat Idris tersenyum sedikit malu-malu. “Itu pasti.”
Aeri yang tidak tahu siapa yang mereka maksud, sontak penasaran dengan kode-kode yang dilontarkan sepasang sahabat di hadapannya ini.
“Hallo, semua! Kalian nggak lupa kan aku di sini? Setelah acara ini berakhir, aku mau kalian menjelaskan dengan rinci serinci-rincinya soal pernikahan ini.”
“Dan ceritakan juga soal ‘dia’ ini, oke?” tambah Aeri lagi.
Arvan dan Idris sontak menoleh pada Aeri.
Saat meminta Aeri menikah dengan Arvan, mereka memang berjanji akan menceritakan rencanakan mereka tentang pernikahan ini.
Idris tiba-tiba meninju pelan dada Arvan. “Jangan lupa, Bro! Jelaskan ke dia.”
Arvan memutar bola matanya malas. “Kamu juga harus ikut menjelaskan. Bagaimanapun juga, ini semua adalah rencanamu, Dris.”
“Rencana kita,” ralat Idris, “tapi, sorry. Aku tidak bisa. Kamu tahu kan aku sibuk? Aku juga harus buru-buru pergi sekarang.”
Dengan cepat, pria itu berlalu dari hadapan Arvan.
Namun sebelum pergi, Idris sedikit menunduk dan berbisik pada Aeri. “Selamat juga atas pernikahanmu!” Idris tersenyum, yang dibalas tabokan di wajah oleh Aeri.
“Diam, kau!”
Aeri sedikit keras saat mengumpat pada Idris. Kalau bukan karena laki-laki itu yang menculiknya, tidak akan dia ada di sini.
Namun, tanpa disangka, orang-orang yang kebetulan naik ke atas pelaminan–mendengarnya, termasuk mama Arvan dan teman-teman sosialitanya.
“Apa mengumpat adalah kelakuan perempuan baik-baik Arvan?”
"Ck," decakan kesal Arvan di tengah meeting sukses membuat suasana rapat menjadi hening.Keringat dingin membasahi dahi seorang anak buahnya yang tadi presentasi di hadapan semua orang di sana. Entah apa yang salah dari presentasinya hingga membuat bosnya itu berdecak. Tidak hanya anak buahnya yang presentasi saja, namun seluruh anak buahnya di ruangan itu juga merasa ketakutan. Setelah kemarin timnya melakukan kesalahan yang membuat proyek besar yang dia tangani hampir gagal. Arvan yang harus turun tangan untuk menangani masalah itu menjadi sensitif.Sedikit saja kesalahan yang anak buahnya lakukan bisa membuatnya marah besar dan bahkan sampai memecat anak buahnya tersebut.Karena itu, para anak buahnya bersikap hati-hati untuk tidak membuat bos mereka marah.Anak buah yang presentasi menelan ludah sebelum memberanikan diri untuk bertanya. "M-mohon maaf pak Arvan, apakah ada yang salah dari presentasi saya?" Jari-jari tangan si anak buah gemetaran, teman-temannya yang sesama anak bu
Menjadi fotografer wedding selalu membuat Aeri excited. Kepuasan mengabadikan momen bahagia pengantin yang baru menikah adalah hal yang membuatnya merasa bahagia."Bapak, boleh sedikit geseran ke kiri, nah iya, tahan ya, satu, dua, ...." Bersamaan dengan hitungan ketiga, muncul cahaya dan suara shutter dari kamera.cekrek!Aeri mengatur posisi para keluarga dalam sesi foto bersama keluarga kedua mempelai.Selesai sesi foto keluarga besar, kini giliran dia memfoto para tamu undangan yang ingin berfoto dengan pengantin. Kadang saat sesi foto begini, ada saja hal menyebalkan yang dia alami.Seperti saat akan memfoto, tiba-tiba saja ada seorang tamu undangan yang lewat di depannya, alhasil hasil fotonya menjadi jelek. Tidak lagi dengan para fotografer dadakan yang kadang mengganggunya waktu mengabadikan momen bahagia pengantin."Eh, kamu minggiran sana, aku mau ngambil foto cucuku."Seorang ibu-ibu dengan kasar menggesernya untuk mengambil foto cucunya bersama mempelai pengantin.'lah, di
Pada akhirnya Arvan dapat juga berbaring di tempat tidur. Dia melihat jam di ponselnya. Jam menunjukkan sudah pukul 4 lewat, entah sudah berapa jam dia dimarahi oleh papanya. Mungkin jika bukan karena Kyran, Arvan butuh berjam-jam lagi untuk bisa berbaring diatas tempat tidur. "Aku harus berterimakasih padanya nanti." Ucapnya sebelum dia jatuh tertidur. Rasanya tidak lama saat Arvan memejamkan mata dia kembali dibangunkan oleh suara berisik lagu yang diputar dengan keras. Arvan awalnya menutup kepalanya dengan bantal, namun karena lagu itu tidak kunjung berhenti, dia yang tidak tahanpun melempar bantal itu ke asal suara. "Berisik, nggak lihat orang lagi tidur." Arvan bangkit duduk di atas tempat tidur, dia menatap tajam seseorang di depannya. "Lagian, siapa suruh kakak tidur di kamarku," Alvin, orang yang ditatap tajam melempar balik bantal yang mengenainya pada Arvan, "AC dikamar kakak kan sudah diperbaiki, kenapa tidak balik ke kamar kakak sendiri, kenapa masih tinggal di kam
"Mama!" Senopati menekan nada suaranya untuk tidak membentak istrinya."Lagian kenapa sih Papa masih membelanya? Dia itu istri yang buruk, lihat!" Rullistya menunjuk pada Frisya yang tadi menyusulnya ke arah Arvan dan kini dia memegangi lengan Arvan yang terlihat akan jatuh kapan saja. "Beratus-ratus kali Frisya lebih baik dari perempuan itu, seharusnya papa mendukung putra kita menikah dengannya bukan dengan perempuan tidak jelas itu."Senopati hanya bisa menghela napas panjang, kepada putranya dia bisa saja tegas, tapi tidak demikian jika dengan istrinya."Tapi, yang kini menjadi istrinya Arvan itu Aeri, Ma," ingatkan Senopati, "dan Aeri adalah istri yang Arvan pilih.""Lalu, memang kenapa kalau Aeri istri Arvan, tidak menutup kemungkinan mereka akan cerai nantinya.""Jangan bicara seperti itu, Ma. Mama mau pernikahan putra kita gagal?""Tentu, malah mama berdoa secepatnya Arvan berpisah dari perempuan itu."'Amin.' Spontan Arvan mengaminkan ucapan mamanya. Dia memang ingin secepat
"Kenapa kamu tidak bilang pada papa kalau mama memintamu dan Aeri pulang?" Tanya papa setelah dari tadi menceramahi Arvan gara-gara Aeri yang tiba-tiba keluar rumah.Padahal waktu Senopati datang, jelas-jelas dia melihat Aeri menghajar Arvan, tapi masih saja Arvan yang dia salahkan karena melihat Aeri yang hampir mau menangis dan pergi begitu saja waktu dia tanya ada apa."Lalu ini, kamu. Bisa-bisanya kamu tenang-tenang saja padahal istrimu entah ada di mana sekarang."Sudut bibi Arvan sobek, dan lebam di pipinya membiru. Tidak ada yang merawat lukanya, tidak seperti Frisya yang karena luka ditangannya sampai dibawa ke rumah sakit oleh mamanya.'Apa mereka tidak menganggap aku anak apa? Satunya mengurus Frisya, satunya lagi Aeri,' gerutu Arvan dalam hati.Dia semakin menekan kompres es batu pada luka di bibirnya, mengalihkan rasa kesalnya pada rasa sakit yang malah membuatnya merintih."Aku kira papa tahu soal mama yang membawa Aeri pulang, lagian juga aku dan Aeri di sini sampai reno
Aeri yang biasanya tenang, hari ini memuntahkan segala uneg-unegnya, keluh kesahnya terlalu banyak hingga butuh waktu lama untuk dia berhenti mengeluh panjang lebar.Entah sudah berapa kali Arika menahan untuk tidak menguap di hadapan Aeri, dia juga sampai malas mengecek jam, waktu mendengarkan Aeri. Dia menopang kepalanya dengan lengan yang dia sandarkan ke sandaran sofa, dia duduk sembari menghadap Aeri yang ada di sampingnya.Di posisinya itu, godaan untuk tidur begitu besar. Hampir saja dia tertidur, tapi untungnya Aeri menyudahi keluh kesahnya."Rasanya aku menyesal menikah dengan si ba*sat itu, akan lebih baik kalau aku menikah denganmu, Ka." Aeri menoleh pada Arika di sampingnya yang mendadak kantuknya hilang mendengar ucapannya."Kamu bercanda, kan?""Aku tidak bercanda," mata Aeri penuh dengan keyakinan yang membuat bulu kuduk Arika merinding, "akan lebih baik kalau aku menikah dengan ...,""Oke, shut up," Arika menutup mulut Aeri.Aeri yang dia kenal memang orang aneh, salah
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments