All Chapters of Bangkitnya sang Menantu Benalu: Chapter 21 - Chapter 30
124 Chapters
Bab 21
Untuk memastikan kebenaran Stefan, Alifha menemui Grace di rumahnya sepulang dari bekerja, menanyakan problem yang sebenarnya. Apa yang disampaikan oleh Grace sama dengan apa yang disampaikan oleh Stefan. Jadi jelas sudah bahwa mereka tidak mungkin berselingkuh.“Bagaimana Stefan di kantor? Silakan diminum” tanya Grace yang barus saja menaruh dua cangkir teh hangat di atas meja.“Terima kasih, Grace,” tutur Alifha sambil memperbaiki posisi duduknya. Setelah mengeluarkan napas kasar, barulah Alifha menjawab, “Dia diperlakukan tidak pantas oleh banyak karyawan di sana. Aku dengar, Pak Bobby sengaja menyuruh karyawan agar berlaku demikian terhadap Stefan.”“Daripada dijadikan pesuruh dan diejek, mending dia keluar saja dari sana.”“Aku dengar, dia ingin buktikan kepada Pak Bobby kalau dia itu bisa bekerja dengan baik.”“Itu menurut pola pikir dia pribadi, tapi coba lihat keadaan yang sebenarnya. Jujur aku kasihan sama dia. Aku sudah bilang pada ayahku supaya mengusahakan Stefan bisa dite
Read more
Bab 22
Belum berhenti sampai di sana. Sore harinya, Stefan dipaksa menjadi sopirnya Erick dalam perjalanan menuju kediaman Bobby. Hanya ada mereka berdua di dalam mobil yang telah disiapkan oleh perusahaan. Entah settingan dari Bobby Sanjaya atau memang kebetulan.“Otakmu rupanya belum sembuh seratus persen, Stefan. Kenapa kau seperti orang bisu? Bagaimana mungkin kau akan menjadi salah satu penerus yang yang bisa diandalkan di Keluarga Sanjaya?”Sambil menyetir dan mengawasi jalanan di depan sana Stefan menjawab. “Kau benar, Erick, seharusnya aku kabur atau mati saja. Apapun yang aku katakan dan aku lakukan sama sekali tidak berguna.”“Sekarang otakmu sudah agak berfungsi dengan baik kalau kau sepakat dengan pendapatku. Lantas, apa tindakanmu sekarang?”Stefan bergeming dan hanya berkutat dengan pikirannya sendiri. Meskipun diam, dia tahu kalau Erick sedang memberikan provokasi.Erick dengan nada sinis melanjutkan, “Sepulang dari sini aku akan menghubungi Kakek Sanjaya perihal apa saja yang
Read more
Bab 23
“Hei sini dulu!” pekik Erick yang sedang duduk di lobi bersama Bobby.Stefan membalik badannya, lalu mendekati Erick. “Ada apa, Pak Erick? Ada yang bisa saya bantu?”“Kau main nyelonong saja.”Stefan agak kaget rupanya ada mereka di lobi. “Maaf tadi saya agak buru-buru soalnya ada pekerjaan penting.”“Bersih-bersih atau buat kopi untuk manajer? Santai dulu.”“Bukan. Database server bermasalah. Saya ingin membantu IT yang lain.”Erick bangkit, lalu memberikan tatapan remeh kepada Stefan. “Ingat omongan aku kemarin ya! Camkan itu baik-baik. Sekarang, kau bersihkan dan semir sepatuku! Cepat!”Bobby berdeham, sebuah isyarat agar Stefan segera melakukannya. Seorang OB sudah menyiapkan alat semir dari tadi rupanya, kemudian diberikannya kepada Stefan.Dengan congkaknya Ercik meletakkan kaki kanannya di atas meja. Stefan berjongkok, lalu mengelap debu-debu di pantofel hitam itu. Dilekatkannya sebuah sikat di sebuah wadah bermerek Kiwi, dicocol-cocolkannya.Kemudian Stefan menyikat setiap sis
Read more
Bab 24
“Di sini, Mas?” telunjuk driver terlempar ke arah kos-kosan dua tingkat.“Betul, Mas di sini,” jawab Stefan, setelah membayar ongkosnya, dia pun turun. Istrinya juga ikut turun.Dep!Dep!“Terima kasih, Mas,” tukas Stefan sambil melambaikan tangan.Stefan dan Lionny melewati pagar kos, sebelum naik tangga, tiba-tiba Kay dan Frans berjalan agak tergesa-gesa sambil berujar, “Stefan, kami berdua ingin meminta bantuan kepadamu. Ada beberapa tugas kuliah yang sulit.”“Untuk saat ini sepertinya aku tidak bisa membantu kalian berdua. Moho maaf sekali.”“Kami ingin belajar banyak darimu. Kata Alifha, kau sudah membantu Sanjaya Sawit dalam menemukan pelaku peretasan, kemudian menanamkan sebuah program canggih sehingga perusahaan itu tetap aman,” ungkap Kay.“Ajari kami berdua,” Frans memelas.Stefan kembali meyakinkan kepada mereka berdua kalau saat ini dia tidak bisa membantu. “Mungkin lain kali saja. Istriku ingin beristirahat.”Stefan melenggang lalu menaiki tangga. Dibukanya pintu kosnya.
Read more
Bab 25
Stefan melihat tegas tulisan di salah satu sisi gedung lima lantai itu : Sanjaya Techno.Seorang security baru saja keluar dari pos depan, lalu menyapa, “Selamat pagi, Pak Stefan. Anda sudah ditunggu oleh IT Manager di ruangannya. Mau diantarkan ke ruangannya?”“Sebenarnya saya masih ingat. Tapi bolehlah diantarkan ke sana.”“Baik, dengan senang hati Pak Stefan. Masih ingatkah dengan saya?” Security berjalan duluan dan Stefan mengekor.“Pak Aiman, yang dulu ikut mengantarkan saya ke bandara pada saat ingin berangkat ke Palembang.”Pak Aiman tersenyum. “Kirain sudah lupa, Pak.” Ketika sudah di lantai empat, Pak Aiman pun menggiring Stefan ke sebuah pintu, lalu bilang, “Silakan, Pak Stefan.”“Terima kasih, Pak Aiman.”Stefan merapikan kemeja hitamnya dan merapikan sisiran rambutnya dengan jari-jemari. Setelah mengatur napas sebentar, barulah dia mengetuk pintu. “Assalamu’alaikum, Pak Wesley. Permisi.”“Silakan masuk.”Ceklek!Drrrttt.Ceklek!Pak Wesley dengan perawakan seperti guru BP
Read more
Bab 26
Ketika Stefan berada di kamar mandi, ponselnya dari tadi bergetar dan berdering. Sekarang sudah panggilan ke enam. Penasaran, Lionny pun mengeceknya.Panggilan dari Grace!Apa? Kenapa wanita itu masih menghubungi Stefan? Lionny bertanya-tanya sendiri. Entah kenapa Lionny cemburu.Begitu Stefan keluar dari kamar mandi dengan masih mengenakan handuk putih, Lionny malah memberengut dan memandang suaminya dengan penuh kecurigaan.“Kau kenapa, Sayang?” Stefan melongo.Lionny membatu dan di salah satu ujung bibirnya ada sunggingan. Lantas Lionny keluar dari kamar, entah mau ke mana, padahal sekarang seharusnya dia menyiapkan pakaian kerja buat Stefan, lalu menemani sarapan.Drrrttt....Drrrttt....“Grace?” desis Stefan. Hm, pantas saja, pikirnya. Stefan mengusap warna hijau.“Stefan, kabarnya kau sudah keluar ya dari Sanjaya Sawit. Aku dapat info dari Alifha. Kebetulan, ayahku kemarin memberikan konfirmasi bahwa AlfaTech sedang membutuhkan seorang programmer, kau termasuk orang yang direkom
Read more
Bab 27
Dengan berat hati Stefan menyampaikan kepada Pak Wesley bahwa dia tidak bisa membantu masalah yang tengah dihadapi Sanjaya Sawit. Mendengar itu, Pak Wesley sempat kecewa tapi juga tidak bisa memaksakannya. Akhirnya Pak Wesley menyeleksi semua anak buahnya satu per satu.Setelah mendapat dua orang, yakni bernama Joe dan James, yang menjabat sebagai senior programmer, Pak Wesley pun mulai bekerja. Hari ini sampai beberapa hari ke depan mereka akan mencari tahu akar permasalahannya, lalu mencari keberadaan pelakunya.Jika kasus tempo hari hanya memberikan ancaman berupa gertakan, sekarang sistem keamanan sudah jebol total. Setelah dicek, data-data berharga perusahaan telah dicuri. Pelaku peretasan juga berhasil memanipulasi database, website, dan media sosial perusahaan.“Pak, dalam waktu dekat mereka akan membuat pabrik sawit berhenti beroperasi,” ungkap Joe yang tengah sibuk berada di depan layar komputernya.“Sebelumnya, mereka akan membuat beberapa alat tidak berfungsi dengan normal
Read more
Bab 28
Meskipun Stefan prihatin terhadap Sanjaya Techno terutama Pak Wesley yang terkena implikasi dari peretasan sistem keamanan Sanjaya Sawit, namun Stefan teringat dengan masa lalunya selama tiga tahun mendapat tekanan dari mertua dan iparnya, kemudian dia juga teringat hinaan yang diberikan kepadanya.Bukankah dulu Stefan pernah bilang, siapa nanti yang akan menjadi sampah? Bukankah dulu pernah tebersit di hatinya bahwa dia ingin membalaskan dendam terhadap keluarga istrinya? Stefan tidak mungkin lupa, justru ingatan itu masih segar di dalam kepalanya. Ya, momen itu tiba dengan sendirinya.Pak Anggara dan Pak Wesley sudah memberikan peringatan kepada Bobby, bahwa tidak ada usaha lain yang bisa dilakukan. Ketika nama Stefan disebut, Bobby malah mengalihkan pembicaraan, dan tidak akan pernah meminta bantuan dari Stefan.Sebaliknya, Bobby malah memberikan ancaman. “Anggara, jika perusahaanmu tidak bisa membantu Sanjaya Sawit, kau dan Wesley akan dipecat secara tidak hormat!” gertak Bobby la
Read more
Bab 29
Lionny melambaikan tangannya, lalu berkata cukup kencang karena Stefan sudah berada di mobil, “Hati-hati, suamiku.”Lionny yang baru saja mengurus suaminya lalu melangkah dari beranda menuju kamar rawat Kakek Sanjaya. Sesampainya di sana, dia menyuruh satu orang pembantu itu untuk segera pergi.“Biar aku saja yang mengurus Kakek.”“Bilang saja kalau perlu bantuan, Non.”Lionny menjawabnya dengan anggukan pelan. Lantas dia pun duduk tepat di samping kakeknya. Dia menggamit tangan kakeknya, kemudian menggenggamnya cukup erat. Dielusnya dengan ibu jarinya dengan pelan.Merasakan itu, Kakek Sanjaya terbangun. Terbit sebuah senyum di sudut bibrnya yang kering. Kakek Sanjaya mengatur napasnya perlahan. Leher beliau menggeremet dan menoleh perlahan ke kanan, tapi sulit.Kakek Sanjaya membuka matanya, lalu melirik seorang wanita cantik yang begitu dicintainya tepat di sampingnya. Cucu yang paling disayanginya dari pada siapa pun. Beliau berusaha berbicara, tapi malah terbatuk-batuk.“Uhhuukk!
Read more
Bab 30
Tiga bulan kemudian.Langit tampak gelap siang hari ini. Awan hitam bergulung-gulung dan menggeremet mengikuti arus angin kencang. Petir menggelegar, kilat menyambar-nyambar. Tak lama kemudian, air tumpah dari langit, deras sekali.Isak tangis dan derai air mata masih berjatuhan meskipun rombongan telah sampai kembali ke kediaman mendiang Kakek Sanjaya, selepas dari acara pemakaman barusan. Suasana haru segenap keluarga dan karyawan Sanjaya Group masih menyelimuti.Ratusan bahkan sampai ribuan orang yang terdiri dari tetangga dan karyawan perusahaan silih berganti masuk ke dalam istana milik mendiang Kakek Sanjaya, memberikan ucapan belasungkawa dan nasihat kesabaran kepada pihak keluarga yang ditinggal.Malam harinya, ketika di dalam sini hanya menyisakan keluarga utama dan sebagian kecil pelayan dan penjaga, Bobby dan istrinya menghampiri Stefan dan Lionny yang tengah berada di dalam kamar, lelah seharian mengurusi jenazah mendiang Kakek Sanjaya dan melayani tamu yang turut berkabun
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status