All Chapters of Setelah Suami Selingkuh: Chapter 11 - Chapter 20
99 Chapters
Bagian 11
Peter kembali dengan membawa paperbag berisi snak ringan. Ia masuk ke dalam rumah langsung disambut dua pelayan yang tadi mengepel lantai atas.“Ada apa?” tanya Peter.“Itu, Tuan.” Kedua pelayan bingung dan saling sikut.Peter menaikkan satu alisnya. “Itu apa?”“No-Nona Stela menangis.”Peter spontan berdecak dan berlari menaiki anak tangga. Ia terlihat cemas jika sudah menyangkut tentang Stela Wen. Pasalnya, tadi saat Peter meninggalkannya ke supermarket, Stela sudah terlihat lebih tenang, kalau dia menangis lagi pasti karena teringat suaminya itu.Benar saja, saat Peter membuka pintu kamar, Stela terlihat sedang duduk dengan kedua kaki terlipat. Rambutnya yang panjang terlihat menutupi wajahnya yang menunduk. Pundaknya naik turun sesenggukan karena tangis.“Kau menangis lagi?” Peter mendekat.Stela Wen mendongakkan wajah. Sungguh wajah cantik itu terlihat begitu kacau. Peter meletakkan belanjaannya di atas meja dekat ranjang, lalu ia duduk di hadapan Stela.“Apa kau mau ber
Read more
Bagian 12
Pagi menjelang, Stela Wen terbangun dengan mata membengkak. Tubuhnya masih lemas karena semalam tidak makan apa pun. Sambil mencoba membuka matanya yang berat, Stela meregangkan badannya ke kanan dan ke kiri bergantian.“Astaga!”Saat Stela menyibakkan selimut, ia baru tersadar kalau dari semalam ia tidur tidak memakai baju. Kejadian malam itu seperti terulang kembali, hanya bedanya kali ini Stela Wen masih mengenakan pakaian dalam.“Semalam aku ngapain?” Stela mencengkeram ujung selimut di depan dada.“Kau sudah bangun?”Suara berat itu mengejutkan Stela Wen. Ia sampai terkesiap dan sedikit mundur hingga ke sudut ruangan.Peter berjalan mendekat“Maaf yang semalam,” kata Stela lirih. “Sepertinya aku sudah mengacaukan ranjangmu.” Stela melirik pakaiannya yang masih tergeletak di atas lantai.Peter angkat bahu dan sama sekali tidak menoleh. Ia berjalan ke arah lemari handuk. Usai mengambilnya, Peter segera masuk ke dalam kamar mandi.Ketika pria itu sudah tak terlihat, Stela W
Read more
Bagian 13
Alex meninggalkan Emma di ruang tamu bersama Angela, sementara dirinya menyusul Stela masuk ke kamar.“Aku sedang bicara, kenapa kau pergi?” salak Alex sesampainya di kamar.Stela Wen mendesah dan menurunkan tangan yang semula hendak menggulung rambutnya. “Sudah kuberi alasan tadi, kan?”Saat Alex mendekat, Alex menyadari ada sesuatu yang terjadi pada Stela Wen. Terlihat dari wajah masam dan kedua mata yang membengkak.“Kau kenapa?” tanya Alex kemudian.“Tidak apa-apa,” jawab Stela sambil menepis telapak tangan Alex yang hendak menyentuh wajahnya.“Kenapa wajahmu pucat masam begitu?”“Bukan urusanmu!”“Stela!” hardik Alex tiba-tiba. Stela sampai membelalak kaget. “Kau jangan membuatku marah!” imbuh Alex lagi.Stela mengeraskan rahang menahan amarah. Siapa di sini yang bersalah dan siapa yang ujung-ujungnya marah-marah?“Untuk apa kau peduli denganku, ha?” tanya Stela. “Bukankah sudah ada Emma?”Alex terdiam sesaat. Ia sendiri sejujurnya pulang larut semalam. Ia mendadak emo
Read more
Bagian 14
Meski tahu kalau Stela Wen adalah istri sah Alex, tetap saja Emma merasa cemburu. Hatinya terasa sakit saat memergoki Alex tengah memeluk Stela. Karena merasa jengkel, selama perjalanan Emma terus memasang wajah cemberut.“Sudahlah, jangan cemberut begitu,” kata Alex. “Kau kelihatan jelek kalau begitu.”Emma menoleh cepat sambil menajamkan pandangan. “Oh, jadi maksudmu Stela yang cantik.”“Bukan begitu. Maksudku, kau juga cantik, tapi jangan memasang wajah masam begitu.”“Kau akan segera menikahiku, tapi kau masih tetap saja tergoda olehnya,” sungut Emma.“Kata siapa?” tepis Alex. “Kalau aku tertarik padanya, aku tidak mungkin setiap malam bersamamu.”Emma terdiam membebarkan kalimat Alex. Memang, hampir setiap malam Emma selalu ditemani Alex sebelum menjelang tidur. Akhir-akhir ini Alex pulang hanya untuk mandi, tidur dan makan saja. Sebagai sosok suami, harus Alex tahu kalau Stela juga menginginkan sebuah sentuhan.Semua perdebatan berakhir setelah sampai di depan gedung apar
Read more
Bagian 15
"Siapa wanita tadi?" tanya Stela. Peter yang sedang menikmati pasta lantas mendongak. "Hanya teman." Stela mencebik bibir lalu menunduk. "Tapi kenapa dia kelihatan marah saat kau bilang aku kekasihmu? "Nanti kau juga tahu," sahut Peter enteng. "Tidak tahu juga tidak apa." Stela buru-buru menghabiskan makanannya. Begitu piringnya sudah kosong, Stela mendorongnya ke tengah lalu segera meneguk minumannya sampai habis. "Aku sudah selesai," kata Stela sambil meletakkan kembali gelasnya di atas meja. "Sebaiknya aku pergi." "Hei!" Peter meraih tangan Stela hingga terduduk lagi. "Memang siapa yang sudah mengizinkamu pergi?" "Tidak ada, tapi aku ingin pergi. Aku sudah kenyang." Stela melengos dan melenggak begitu saja keluar dari restoran. Peter yang belum mau kehilangan Stela, segera berlari menyusul. "Aku antar kau pulang." Stela Wen berdecak sebal begitu tahu langkahnya masih dibuntuti oleh Peter. Selain sudah stres menghadapi kehidupan bersama suami, di luar sini Stela harus berh
Read more
Bagian 16
Ibu dan anak tersebut kini sudah duduk di ruang tengah. Mereka duduk mengobrol sambil menunggu ayah pulang. Jika memang ayah bekerja di pekebunan, harusnya dia sudah kembali."Ini sudah hampir malam, kenapa ayah belum pulang?" tanya Stela heran.Setahu Stela, yang namanya bekerja diperkebunan hanya sampai siang saja. Biasanya setelah memantau buah masak atau belum ayah akan pulang. Toh di sana juga ada pekerja lain."Hari ini ayahmu mengantar anggur dan apel ke perusahaan," ujar Janete."Apa diperusahaan kakek?"Janete mengangguk."Em, mereka sudah berbaikan?" Stela bertanya meski awalnya ragu.Janete tersenyum lalu meraih kue kering yang ada di atas piring. "Mereka memang tidak ada masalah." sahut Janete diikuti satu gigitan kue kering itu ke dalam mulut.Stela melipat bibir dan mengerutkan dahi. "Bukankah mereka berdua sedang ada sedikit kesalahpahaman sejak beberapa bulan lalu?"Wajah Stela berubah merengut. "Kakek juga sama sekali tidak menghubungiku sampai detik ini. Dia
Read more
Bagian 17
Pagi hari Stela Wen sudah tidak menjumpai sang suami di atas ranjang. Saat Stela duduk sambil meregangkan otot-otot di tubuhnya, saat itu ia melihat ada secarik kertas di atas nakas.(Aku harus berangkat pagi. Sampai bertemu nanti malam.)Bunyi tulisan itu membuat Stela mendecih. Stela tahu semalam suaminya tidak menemui wanita bernama Emma. Pasti ia buru-buru berangkat pagi karena akan segera menjumpainya."Hei kau!" Seseorang menggedor pintu kamar Stela cukup kuat. "Kenapa belum turun juga. Kau tidak tahu aku dan ibu sudah kelaparan!"Stela Wen melempar secarik kertas itu ke udara lalu mendengkus kesal. Hampir setiap pagi Stela harus dihadapkan dengan dua wanita nenek sihir yang sangat merepotkan.Dulu, Stela tidak terlalu mempermasalahkan semua. Selama Alex masih setia dan begitu perhatian, sikap acuh dari ipar dan ibu mertuanya Stela anggap sebagai masalah kecil. Toh mereka berteriak cuma menyuruh masak dan membersihkan rumah. Semua itu pekerjaan ringan bagi Stela, hanya sa
Read more
Bagian 18
Stela Wen mengusap air matanya dengan cepat. Setelah itu ia meraih keranjang pakaian lagi dan membawanya ke belakang. Semalam dia diperlakukan seperti ratu, dan malam ini mendadak seperti orang asing yang berulah.Baru saja air matanya reda, Stela harus kembali menahan hatinya setelah tahu kalau Emma datang. Ia kemari bersama Angela. Stela tidak mau terlalu menggubris saat Emma sempat masuk ke ruang belakang dan meliriknya."Dia selalu datang akhir-akhir ini," gumam Stela.Sudah tidak melihat mereka berdua lagi, Stela kembali mengangkat keranjang dan hendak ia bawa ke dalam kamar. Sambil menunggu cucian berhenti berputar di dalam mesin, rencananya setelah ini Stela akan memasak.Ya, itu sudah menjadi pekerjaan sehari-hari."Hei, kau datang?" Alex segera meraih kedua pinggang Emma yang diam-diam muncul di belakangnya. "Aku nanti akan menjemputmu."Emma kini merangkulkan tangan pada leher Alex sambil tersenyum. "Aku tidak sengaja bertemu Angela, jadi aku ikut sekalian. Aku takut kau ber
Read more
Bagian 19
"Ibu datang, kau malah pergi!" Jane berteriak cukup lantang saat Peter berlari begitu saja melewatinya."Maaf, Bu. Aku sedang buru-buru." Peter tetap berlari ke luar."Hei!" pekik David saar tubuhnya tidak sengaja di serempet Peter."Maaf, Ayah. Aku sedang buru-buru." Alasan sama yang Peter lontarkan pada ibunya.Dari ambang pintu, Jane dan David saling pandang lalu menatap mobil Peter yang sudah melaju."Ini sudah malam, dia itu mau kemana?" tanya David.Jane hanya angkat bahu lalu mengajak David masuk ke dalam rumah. Suasana di luar terlalu dingin."Mungkin dia mau bertemu Lizy," tebak David."Aku tidak yakin.""Kenapa?""Bukankah Peter sendiri yang bilang kalau dia tidak tertarik dengan Lizy?""Benar juga."Keduanya mengobrol ringan di ruang tengah. Mereka datang berniat untuk mengajak Peter makan malam, tapi malah dia pergi dengan buru-buru."Makan malam sudah siap, Tuan, Nyonya." Salah satu pelayan mendatangi mereka dan mempersilahkan hidangan makan malam yang sudah tersaji di at
Read more
Bagian 20
Alex bangun lebih awal, ia merasa tenggorokannya begitu kering. Saat sudah mengangkat tubuhnya, Alex menguap lalu meregangkan otot tubuhnya. Setelah itu, Alex menoleh pada seonggok daging berselimut yang masih terlelap"Stela, bangunlah. Ambilkan aku minum, aku haus." Alex mengguncang pelan tubuh Stela.Tidak ada sahutan dari Stela hingga beberapa kali Alex coba bangunkan. Stela hanya melenguh dan justru menarik selimut hingga menutupi bagian kepala.Alex berdecak saat itu, tapi ia merasa tidak tega membangunkan Stela. Pada akhirnya Alex turun dari ranjang dan mengambil minum sendiri di dapur."Apa ini?" Alex berhenti di samping meja makan saat melihat ada kardus persegi empat."Pizza?" Satu alis Alex terangkat. "Siapa yang menaruh pizza di sini?" Sambil berpikir, Alex berjalan ke arah dispenser untuk mengambil air putih.Alex kembali dengan segelas air putih lalu duduk. Ia meneguk habis lalu mendesah. Setelah meletakkan gelasnya, Alex kembali menatap kardus pizza tersebut."Apa semal
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status