Semua Bab Kebangkitan Kembali Sang Legenda Perang: Bab 81 - Bab 90
103 Bab
Petunjuk Baru Dari Tuan Pasar Gelap
Kaisar tentu menolak keras permintaan permaisuri yang ingin melihat Songrui dan selir Hua Rong berduel dengan alasan tubuh selir Hua Rong masih dalam pemulihan. Namun hal itu ditolak. Selir Hua Rong sendiri menerima dan menganggap permintaan permaisuri adalah keberuntungan baginya. Kedua pasang mata Songrui yang terpaku sejak tadi pada selir Hua Rong kini beralih ke arah lain ketika kaisar memintanya untuk berduel. Songrui berdiri dan berjalan ke tengah-tengah ruangan. “Yang mulia, terima kasih atas kehormatan ini, tapi aku tak bisa melakukannya!” Seluruh ruangan menjadi riuh dengan bisikkan komentar atas keputusan yang diambil Songrui. “Kenapa?” “Apa karena aku seorang wanita hingga kau meremehkanku?!” Selir Hua Rong menaikkan nada bicara dengan wajah kesal. “Tidak!” bantah Songrui santai. “Dalam dunia pendekar, lelaki dan wanita setara. Kemampuan yang mulia selir juga sudah diketahui semua orang.” “Tapi yang mulia selir, maaf, aku sedang tidak ingin melakukannya!” BRAK! !
Baca selengkapnya
Perjalanan Menuju Benteng Perbatasan
Songrui sendiri merasa aneh.Bukankah saat itu kemampuan permaisuri tidak berpengaruh padaku?Kenapa sekarang….Bingung dengan apa yang terjadi, ia melakukan perlawanan hingga berhasil terlepas dari kendali permaisuri.Namun sesuatu yang lain terjadi bersamaan.“Uhuk! Uhuk!”Permaisuri terenyak seolah mendapat serangan balik, batuknya mengeluarkan bercak darah.Di saat itu murid pertama yang baru saja memasuki ruangan, bergegas masuk dengan membawa semangkuk ramuan.“Yang mulia permaisuri, sehebat apapun ramuanku, tapi jika yang mulia tidak mendengarkan perkataanku maka aku tidak akan sanggup menyembuhkanmu!” tuturnya setelah selesai memeriksa nadi di pergelangan tangan Hua Rong.“Kalau bukan karena mereka berdua yang menguji kesabaranku, hal seperti ini tidak akan terjadi!” balas permaisuri mencoba menenangkan kekesalannya.“Lupakan….” Permaisuri menarik napas panjang lalu lanjut berucap, “sebenarnya ada hal lain yang menjadi beban pikiranku.”“Aku hanya terlalu khawatir dengan keseh
Baca selengkapnya
Tiba Di Benteng Perbatasan
Di sisi lain, kedua pendekar menemui Bo Bingwen dan melaporkan apa yang terjadi pada mereka bertiga.Bo Bingwen begitu geram mendengar laporan dari kedua murid.Kedatangan Gaozhi yang terluka ringan juga membenarkan penjelasan itu.Pembicaraan mereka teralihkan saat Songrui muncul sambil memikul hewan buruan.Semua mata memandang ke arahnya.Ia sedikit bingung dengan situasi apa yang ia hadapi sekarang, hingga akhirnya ia paham saat melihat ketiga murid berdiri di samping Bo Bingwen.“Xiongrui, dari mana saja kau?!”“Guru, ada apa ini? Kenapa kalian menatapku seperti itu?” Songrui balik bertanya sambil memasang wajah bingung.“Xiongrui, katakan apa yang kau lakukan tadi!”“Tentu saja aku sedang berburu.”“Bohong!” sosor Gaozhi dengan suara lantang.“Kau sengaja menjebak kami masuk ke dalam sarang hewan buas!”Tak puas dengan hal itu, Gaozhi bahkan mengatakan kalau Songrui sengaja membiarkannya melawan sekumpulan hewan liar dan mengambil keuntungan darinya.Buukh!Dilemparkan
Baca selengkapnya
Memasuki Wilayah Musuh
Sejak pihak musuh menyerang benteng perbatasan banyak prajurit yang meninggal dan terluka.Sebagian dari prajurit musuh memang pendekar-pendekar hebat, tapi ada keanehan lain. Mereka bisa pulih dalam waktu yang singkat, seperti tidak pernah kehabisan tenaga.Mendengar penjelasan jenderal, Songrui merasa memang ada hal yang aneh.Dengan pasukan sebanyak itu mereka bisa langsung memenangkan pertempuran, tapi kenapa mereka tidak melakukannya?“Berapa banyak prajuritmu yang masih bisa bertempur, Jenderal?”“Kurang dari lima ribu!”“Kurang dari lima ribu?!” Bo Bingwen melotot.“Oh ia, ada hal penting lain yang ingin kukatakan,” sosor jenderal.Sudah ketiga kalinya ia memimpin pasukan untuk berperang, dan semua prajurit yang meninggal di medan perang menghilang tanpa jejak.“Sembarangan!”“Hal seperti ini saja tidak bisa kau tangani! Lalu kemana mereka semua?!”Alis kening Songrui mengerut, “termasuk mayat prajurit musuh?”“Aku tidak yakin.”“Xiongrui, apa ada yang ingin kau katakan?” tanya
Baca selengkapnya
Pedang Penghakiman Di Tengah Pertempuran
“Keberanianmu pantas untuk dipuji, tapi sayang kau tak cukup pintar!”Dari cara bicara dan ekspresi pangeran, Songrui mengerti bahwa identitasnya telah diketahui.“Ternyata hanya seperti ini kemampuan murid istimewa Bo Bingwen?”Songrui tertegun.Di detik berikut sudut bibirnya melengkung.“Karena pangeran sudah mengetahui identitasku, lantas apa yang akan kau lakukan?”“Membunuhku?”Songrui tertawa remeh hingga membuat pangeran murka dan menghunuskan pedangnya ke leher Songrui.Sayangnya Songrui tak menunjukkan kegentaran sedikitpun. Ia justru memandang santai.“Kau tak bisa membunuhku, pangeran!” tantang Songrui dengan wajah datar.Memahami karakter pangeran kedua belas, Songrui berani bertaruh di situasi ini nyawanya akan sangat berharga jika dihabisi begitu saja.“Kau!”Pedang di leher Songrui ditekan kuat.Kegeraman pangeran seperti tertahan oleh sesuatu.“Menarik!” ucap pangeran kedua belas dengan senyuman licik.“Kau akan lebih berguna untukku gunakan nanti.”Dugaan Songrui ben
Baca selengkapnya
Mengalahkan Pasukan Musuh
Syuut… Pedang di tangan Songrui mengayun bebas menebas prajurit musuh. Mengetahui kemampuan Songrui, prajurit musuh yang tersisa menjauhinya. Kesempatan ini digunakan Songrui untuk berusaha mengendalikan diri dari keinginan membunuh. Bukh! Lutut Songrui tertekuk ke tanah. Pedang penghakiman bergetar seolah tak mau berhenti menyerang. Sepasang matanya melirik ke pedang pusaka dan kerumunan prajurit musuh. Hal ini membuatnya teringat akan sesuatu. “Xiongrui, ada apa?” Bo Bingwen menghampiri dan menekan nadi di pergelangannya. “Aliran meridianmu!?” Menyadari ekspresi Bo Bingwen, ia dengan cepat menarik tangannya. Clap! Sayang sekali hal yang sengaja ia sembunyikan disadari Bo Bingwen saat nadi di pergelangan tangannya ditekan. Sepasang mata Bingwen melotot melihat tanda hitam bercabang terukir di lengan Songrui. “Kau!” Songrui diam dan menarik paksa tangannya. Ia dengan cepat mengeluarkan botol obat kecil dan meneguk beberapa butir. “Aku baik-baik saja, jangan pedulikan
Baca selengkapnya
Tungku Pembakaran Dewa
“Kau?” Lelaki bertopeng—Tuan pemilik pasar gelap berdiri di depannya. “Tidak tahu keuntungan besar seperti apa yang membuat Tuan pemilik pasar gelap datang sendiri ke wilayah seperti ini?” Pertanyaan Songrui hanya dibalas dengan senyum seringai. “Tidak mungkin hanya untuk menyapaku, ‘kan?” “Ha ha ha!” lelaki itu tertawa keras lalu lanjut berucap, “aku suka lelaki yang tak bertele-tele sepertimu.” “Baiklah. Akan aku persingkat saja!” Lelaki itu mengeluarkan botol obat kecil, lalu melirik ke arah Songrui. “Di tanganku ini adalah solusi untuk mengatasi masalah para prajurit!” Songrui melotot! “Kau!” “Ternyata ini semua adalah perbuatanmu!” “Tidak semua!” bantah lelaki bertopeng dengan tegas. “Kau tahu sendiri seperti apa cara kerja pasar gelapku, ‘kan?” Mendengar perkataan itu, Songrui sadar bahwa tuan pasar gelap menginginkan sesuatu darinya untuk ditukarkan dengan keselamatan para prajurit. “Katakan! Apa yang kau inginkan?!” “Tungku pembakaran dewa!” DEG! “Kau bercanda
Baca selengkapnya
Tumbuhan Liar Dan Burung Misterius
Alis kening Songrui mengerut ketika kedua bola matanya menatap ke lembaran kertas. “Ada apa, Dik Xiongrui?” tanya murid pertama merespon ekspresi Songrui. Songrui menggelengkan kepala lalu berucap, “tidak apa-apa.” “Oh iya, bagaimana keadaan para prajurit? Apa Kakak pertama bisa mengobati mereka?” Wajah murid pertama menjadi ragu. “Tidak bisa!” “Ini bukan penyakit, tapi racun!” “Ramuan yang kubuat hanya bisa menyelamatkan nyawa mereka untuk sementara waktu.” Songrui terbungkam. Pikirnya jika memang tidak ada jalan lain, maka ia harus memenuhi keinginan tuan pasar gelap. “Maaf, Dik Xiongrui. Aku tidak bisa berbuat apa-apa.” “Kakak pertama tidak perlu minta maaf, ini bukan kesalahanmu, tapi termasuk kesalahanku.” “Apa maksudmu?” murid pertama bertanya bingung. Songrui menjelaskan tentang masalah keracunan para prajurit dan hubungan dengan tuan pasar gelap. Ia bahkan menyinggung masalah tungku pembakaran dewa. Traang! Mangkuk yang dipegang murid pertama tiba-tiba terjatuh.
Baca selengkapnya
Rencana Menunda Serangan Musuh
Meski kejadian ini terlalu kebetulan, tapi melalui hal inilah Songrui menyimpulkan satu hal.Ia berencana membawa beberapa pendekar untuk menghambat perjalanan pasukan musuh.Dengan begitu, semua prajurit yang terkena penyakit memiliki sedikit waktu untuk memulihkan kesehatan mereka.“Baik!”“Lakukanlah yang terbaik. Sebisa mungkin kau harus menghambat mereka!”Usai menyampaikan rencana, Songrui memilih beberapa pendekar untuk ikut bersamanya.Jenderal juga ikut membantu—memberikan beberapa kuda tercepat dan sehat untuk mereka gunakan.“Kakak pertama, bagaimana keadaan….”Ucapan Songrui terhenti.Kedua matanya memaku.Melihat sosok lelaki di depannya sedikit berubah.Rambut yang terikat acak tampak beruban. Ditambah lagi dengan wajah sedikit pucat.“Kakak pertama, kau sakit?”“Ada apa dengan rambutmu?”Murid pertama tersenyum kaku, “oh itu … tidak apa-apa.”“Kak … kau menyembunyikan sesuatu dariku?”Songrui menatap dalam.“Apa yang kau pikirkan, Anak bodoh?”“Aku hanya terlalu banyak
Baca selengkapnya
Rencana Berhasil
Meski energi dalam Songrui terkuras, tapi ia berhasil menghentikan setengah dari pasukan pangeran kedua belas. “Mustahil!” “Bagaimana bisa kau memiliki energi yang begitu besar seperti ini!?” Merasa pasukannya akan dikendalikan oleh Songrui, pangeran kedua belas berusaha memerintahkan semua pasukan yang tersisa untuk membunuh Songrui. Namun hal itu sama sekali tidak terjadi. Prajurit yang datang menyerang justru mengikuti lainnya—tak dapat bergerak sedikitpun. Kali ini, energi yang keluar dari dalam tubuh Songrui membuatnya hampir tak mampu bertahan. Apalagi setiap prajurit musuh yang mencoba untuk melawan energi yang mengontrol tubuh mereka mengakibatkan Songrui harus kehilangan banyak energi. Meski mengandalkan cepatu Lanchu untuk penyerapan energi, sayangnya harus memakan waktu. “Dasar gila!” “Ternyata ini penyebabnya tuanku sangat menyukaimu, Xiongrui!” “Ha ha ha!” Songrui tertawa keras merespon perkataan pangeran kedua belas. Ia berusaha mengulur waktu dengan berbicara
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status