Semua Bab Putra Tersembunyi sang Presdir: Bab 31 - Bab 40
126 Bab
Ketampanan yang Diakui Riana
"Nama siapa? Aku tidak menyebut nama siapapun. Mungkin kau salah dengar." Mahesa segera mengelak karena tidak mau semuanya menjadi masalah yang panjang. "Dengan sangat jelas aku mendengar kau menyebut nama Riana. Riana itu wanita yang dulu pernah bertemu di 'Seaworld', kan? Dia juga wanita yang bekerja di restoran itu?" Mahesa mengerutkan kening. "Darimana kau tahu kalau Riana bekerja di restoran?" mata Mahesa menyipit. Menatap Nessie dengan sorot menyelidik. Nessie melipat kedua tangannya di depan dada, mengangkat bahu. "Tidak penting aku tahu darimana. Aku kecewa karena kau membayangkan wanita murahan itu saat aku ada di hadapanmu. Oh, jangan-jangan … wanita yang sudah membuatmu mabuk dan kacau seperti ini adalah Riana. Benar, 'kan?" Nessie menuntut jawaban. "Nessie, jangan mengada-ngada. Riana tidak salah apapun," elak Mahesa. Nessie tersenyum kecut. Sama sekali tak percaya dengan ucapan Mahesa. "Aku harus menemui wanita itu. Aku tidak terima dia menjadi wanita yang mengisi h
Baca selengkapnya
Siapa Wanita yang Mengaku Hamil Anakmu?
"Terima kasih sudah antar aku ke sekolah, Om," ucap Kenzie pada Mahesa ketika mobil Mahesa telah sampai di sekolah. Mahesa turun dan mengantar Kenzie hingga ke depan gerbang. "Sama-sama. Belajar yang rajin. Oke!""Oke!" Kenzie mengacungkan kedua jempolnya. Mahesa tersenyum lebar, pada Kenzie yang kini berlari kecil menuju kelasnya. "Sudah jam setengah delapan. Aku harus segera sampai di kantor." Mahesa baru ingat, pagi ini ada meeting bersama klien. Baru saja Mahesa membalikan badan, ia terkejut melihat Nessie berdiri di dekat mobilnya. "Nessie?" pekik Mahesa. Wajah Nessie tampak muram. Kedua tangannya melipat di depan dada. Kaki panjang Mahesa melangkah menghampiri wanita itu. "Mengapa kau ada di sini?" tanya Mahesa. "Mengikutimu.""Apa? Mengikutiku? Tapi untuk apa?" "Tentu saja untuk mencaritahu siapa anak kecil yang fotonya kau simpan di dalam dompetmu," jelas Nessie sambil mengarahkan telunjuknya ke dada Mahesa. "Aku baru ingat kalau anak laki-laki itu adalah anak yang
Baca selengkapnya
Panggilan Calon Istri untuk Riana
"Aku berani mengatakan dia anakku karena aku sudah melakukan test DNA. Dan hasilnya 99% DNA kami cocok," jelas Mahesa yang lantas membuat Gustav terhenyak mendengarnya. "Apa anak yang Mahesa maksud adalah anaknya Riana? Sial! Jadi, Mahesa sudah bertemu dengan anak itu. Sepertinya wanita murahan itu tidak mendengarkan peringatanku." Gustav mendengus kesal dalam hati. "Lalu, apa yang akan kau lakukan pada anak itu?" "Jangan panggil anak itu, Pa. Namanya Kenzie."Gustav memutar bola mata. Rasanya malas sekali untuk sekadar menyebut namanya."Kau tidak berniat membawanya ke rumah ini, 'kan?" tanya Gustav, menyipitkan mata. "Kenapa tidak? Kenzie putraku. Meskipun saat ini aku belum memberitahunya kalau aku ayahnya, tapi suatu saat dia akan tahu dan akan kubawa ke rumah ini. Dia pewarisku, dia bebas tinggal di rumahku semaunya," jawab Mahesa. "Papa tidak setuju! Anak itu tidak bisa tinggal di rumah ini!""Maksud Papa? Kenapa tidak bisa?" kedua alis Mahesa mengernyit heran. "Karena hal
Baca selengkapnya
Undangan Pernikahan Riana
"Apa aku tidak salah dengar? Aram memanggil Riana dengan sebutan calon istri? Apa mereka benar-benar akan segera menikah?" pekik Mahesa dalam hatimRiana pun kaget saat Aram memanggilnya dengan sebutan itu. Tapi kemudian Riana menganggukkan kepala. "Kenapa tiba-tiba Aram memanggilku calon istri? Apa dia sengaja?" batin Riana. "Dia sudah siap. Mungkin sedang mengambil tasnya," jawab Riana. "Kenzie akan berangkat sekolah denganku! Jika kau ingin mengantar, antar saja Riana." Mahesa segera menyela. Tentu saja dia tidak mau Aram membawa Kenzie juga.Sebab Mahesa sudah rela datang pagi-pagi hanya untuk mengantar anaknya. "Baiklah. Ayo kita berangkat, Sayang," ajak Aram sambil dengan sengaja merangkul pundak Riana di depan mata Mahesa. Mahesa hanya memutar bola mata, mengalihkan pandangan ke arah lain. Sialnya, ada rasa cemburu yang menyergap hatinya. "Mahesa, titip Kenzie ya! Antarkan dia sampai sekolah. Kami pergi duluan. Bye!" sebelum masuk ke dalam mobil, Aram melambaikan tangan
Baca selengkapnya
Sengaja Melukai diri Sendiri demi Perhatiannya
Serasa ada yang patah di dalam dada Mahesa setelah menerima undangan dari tangan Aram. "Baik, terima kasih undangannya. Aku akan sempatkan datang ke pernikahan kalian," kata Mahesa sambil menyunggingkan senyum hambar. Aram tersenyum lebar. Hatinya puas melihat ekspresi Mahesa yang mendadak tak bisa berkutik di depannya. Setelahnya, Riana pun keluar bersama Kenzie. "Loh, Om Mahesa sudah datang?" "Iya, Kenzie. Ayo kita berangkat sekarang!" Mahesa mengajak sambil menarik pelan tangan bocah kecil itu. Kenzie mengangguk. "Dah Mama! Dah Om Aram! Aku duluan." Riana balas melambaikan tangan.Akan tetapi, matanya menyipit saat tak sengaja melihat undangan pernikahannya yang digenggam oleh tangan Mahesa. "Apa Aram sudah memberikan undangan pernikahan kita pada Mahesa?" gumam Riana dalam hati. Mobil Mahesa pun berlalu pergi. Menyisakan Aram dan Riana berdua saja di depan teras. "Aram," panggil Riana. "Iya, sayang? Kenapa?" "Apa kau sudah memberikan undangan pada Mahesa?" tanya Riana
Baca selengkapnya
Bagaimana Kalau Kita Menikah Saja?
Riana terdiam mendengar ucapan Mahesa. Ia pun segera menyelesaikan membalut perban di tangan lelaki itu. "Jadi, Kenzie akan segera memiliko ayah sambung?" tanya Mahesa. "Kau sudah tahu, kenapa masih bertanya.""Aku hanya sedikit tidak menyangka. Aku pikir setelah kita bertemu lagi, maka … " "Maka apa?" Riana mengerutkan kening. Mahesa mengerjap, lalu menggelengkan kepala. "Ah, sudahlah. Lupakan saja. Terima kasih sudah mengobati luka di tanganku." Meski masih penasaran dengan apa yang hendak dikatakan Mahesa, tapi Riana mengangguk dan berlalu meninggalkan lelaki tampan itu. Hembusan napas pelan keluar dari mulut Mahesa begitu Riana pergi dari hadapannya. "Aku pikir, kehadiran Kenzie akan membuat kita bersatu," gumam Mahesa dalam hati, lalu tersenyum pahit. *** Riana baru saja pulang dari restoran. Namun ia dibiat terkejut oleh keberadaan mibil Mahesa di pelataran depan rumahnya. "Kenapa mobil Mahesa ada di sini? Apa dia ada di dalam bersama Kenzie?" pekik Riana lalu seger
Baca selengkapnya
Mengajak Kenzie ke Restoran Riana
Selanjutnya, Mahesa tertawa pelan. Lantas berkata. "Jangan dianggap. Aku hanya bercanda." Mendengar itu, raut tegang di wajah Riana pun mulai melunak. Wanita itu sempat terkejut saat Mahesa tiba-tiba mengajaknya menikah. "Ya sudah. Aku pulang. Sampai jumpa besok pagi, Riana," ucap Mahesa sembari berdiri dan beranjak keluar dari rumah itu. Seperginya Mahesa, entah mengapa benak Riana malah memikirkan soal ajakan lelaki itu. *** Besoknya, sembari mengantar pesanan ke meja pengunjung, mata Rian seringkali melirik-lirik ke arah pintu masuk restoran. Dirinya teringat akan ucapan Mahesa semalam bersama Kenzie. "Apa Mahesa benar-benar akan membawa Kenzie ke sini?" gumam Riana dalam hati. Hatinya resah. Meski semalam Riana melarang dengan tegas, tapi kini entah mengapa hatinya justru berharap mereka datang. Sialnya, ada hampa yang Riana rasakan saat Mahesa tak datang ke restorannya dan mengganggunya. Sementara itu, di lain tempat, Mahesa justru berada di mobilnya bersama dengan Ne
Baca selengkapnya
Memaksa Riana Membawa Pergi Kenzie
"Tunggu, Mahesa! Maksudmu, kau akan mengajak Riana ikut makan bersama kita?" Nessie mengerutkan kening. Wajahnya menyiratkan ketidaksetujuan. Rasanya muak sekali jika harus duduk di satu meja dengan Riana. "Kenapa tidak?" dengan enteng, Mahesa mengangkat bahu. Riana segera menggeleng. "Tidak perlu repot-repot mengajakku makan di meja kalian. Aku masih kenyang. Permisi!" Jawaban tegas Riana membuat senyum miring tersungging di bibir Nessie. Sementara Mahesa dan Kenzie menghelakan napas kecewa. Tentu saja Riana menolak. Ia tidak mau menjadi obat nyamuk di meja itu. Meskipun ada Kenzie di sana. "Yah … mama pergi." Kenzie menggembungkan pipi. Tampak kecewa. "Tidak apa-apa, Kenzie. Mamamu memang harus kembali bekerja. Jangan sedih, 'kan ada Tante." Bibir Kenzie masih mengerucut meski Nessie mencoba menghiburnya sembari mengusap punggungnya. Mahesa memperhatikan sikap manis Nessie terhadap Kenzie. "Riana akan segera menikah dengan Aram. Mereka akan secepatnya menempuh hidup baru
Baca selengkapnya
Kenzie adalah Pewarisku
"Kenapa masih diam? Apa uangnya kurang? Baiklah, aku akan tambahkan lagi jadi lima ratus juta. Tapi segera bawa pergi anak itu secepatnya!" Diambang batas kesabarannya, Riana mengepalkan tangan dengan kuat. Selanjutnya, ia menepis amplop di tangan Gustav hingga uangnya jatuh dan berhamburan. Gustav terkejut, melemparkan sorot tajamnya pada Riana. "Heh! Perempuan! Maumu apa? Jika memang uangnya kurang, kau tinggal bilang saja padaku!""Anda salah, Tuan. Berapapun nominal yang Anda tawarkan, aku tidak akan pernah angkat kaki dari rumah ini! Kenzie tidak akan pergi ke manapun. Uang Anda tidak bisa mengatur kehidupan seseorang!""Oh, jadi maksudmu kau ingin anak itu tetap di sini dan dekat dengan Mahesa, lalu Mahesa menjadikannya pewaris? Ck! Jangan mimpi, Riana!""Aku tidak pernah bermimpi, Tuan. Bahkan tidak ada sedikitpun keinginan dalam hatiku untuk menjadikan Kenzie sebagai pewaris keluarga Anda," tekan Riana membalas ucapan Gustav. Namun, Gustav malah mendengus tak percaya. "H
Baca selengkapnya
Akhirnya Jujur pada Kenzie
Memegangi dadanya sendiri, Gustav seakan tak percaya dengan apa yang dikatakan Mahesa. "Anak itu akan kau jadikan pewaris? Di mana akal sehatmu, Mahesa?""Aku sehat dan normal. Aku mengatakan ini dengan sungguh-sungguh. Papa tidak bisa ikut campur dengan keputusanku karena semua kekayaan yang akan kuwariskan pada Kenzie adalah milikku, tak ada sepeser pun milik Papa!" Mahesa menekan kembali ucapannya. "Papa harap kau berubah pikiran. Ketika menikah dan memiliki anak dengan Nessie, kau pun bisa mendapat pewaris dari wanita yang jelas asal-usulnya. Bukan seperti anak haram itu.""Sekali lagi Papa menyebut Kenzie anak haram, aku akan membatalkan pertunanganku dengan Nessie!" Ancaman yang keluar dari mulut Mahesa seketika berhasil membungkam Gustav. Gustav terdiam dengan dada yang naik-turun karena emosinya. "Ini yang terakhir kali. Aku tidak mau lagi mendengar Papa menjelek-jelekkan Kenzie. Terserah jika Papa tidak mau mengakui Kenzie sebagai cucu, tapi aku tidak akan membiarkan sia
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status