All Chapters of Pembalasan Menantu Sampah: Chapter 131 - Chapter 140
155 Chapters
Bab 131 - Bertemu Kembali Dengan Alex
Lokasi pabrik Super Cola milik Arin berada di kawasan industri Cibolerang. Tidak sampai satu jam, mobil yang Ryan tumpangi tiba di tujuan. Di sana, Arin telah menunggu Ryan di depan lobi.Saat Arnold turun dan membukakan pintu kursi penumpang, tatapan Arin berfokus pada seorang pria berperawakan tampan yang turun dari kursi penumpang. Tenang dan santai adalah kesan pertama yang ia lihat dari sosok Ryan. Terakhir kali ia bertemu dengan Ryan, penampilan Ryan tidak setampan sekarang. Ryan dengan jas yang pas di tubuhnya, serta gundukan otot yang tidak terlalu besar itu terlihat mempesona. Tubuh yang tinggi menjulang begitu proporsional. Untuk sepersekian detik, Arin dibuat terbuai akan pesona seorang Ryan, pria yang pernah ia tolong.“Lama tak jumpa, Arin.” Ryan tersenyum seraya menjulurkan tangannya. “Kamu semakin cantik saja.”“Terima kasih Ryan. Berkat krim yang kamu berikan, sekarang wajahku semakin kencang.” Arin menjabat tangan Ryan dan berkata, “Dan juga, selamat datang di perusa
Read more
Bab 132 - Keterkejutan Alex
Sepuluh preman yang dibawa oleh Alex dengan cepat mengelilingi Ryan, siap untuk menghajarnya. Mereka merasa memiliki keunggulan jumlah dan percaya bahwa Ryan dan lainnya adalah mangsa yang mudah.Namun, sebelum mereka bisa melancarkan serangan pertama, Arnold dengan santai melangkah ke depan Ryan. Sambil tersenyum, ia berkata, "Bos, serahkan semua ini padaku."Arnold melihat ke sekelilingnya dan berkata dengan nada provokasi, “Majulah kalian semua! Aku sendiri bisa mengalahkan kalian dengan mudah!”Alex, yang melihat sikap Arnold seperti itu, tidak bisa menyembunyikan keheranan dan ketidakpercayaannya. "Dasar bodoh," gumam Alex.Para preman itu pun terkekeh dengan sikap Arnold. "Kalian lihat itu? Pria botak itu bersikap sok pahlawan," salah satu preman berkata dengan cemoohan.Preman lain menambahkan, "Ini pasti lelucon. Tidak ada cara dia bisa menghadapi kita."Para preman itu sangat meremehkan Arnold. Mereka bahkan membiarkan Ryan dan Arin keluar dari kepungan mereka, Di mata para p
Read more
Bab 133 - Memberi Alex Pelajaran
Melihat Alex yang sudah gila, Ryan menggelengkan kepalanya. Dengan tatapan menusuk jiwa, Ryan menginjak dada Alex tanpa ampun. Krak!"Aaaaaaaah–!" Alex mengerang kesakitan begitu tulang dadanya retak. Akex menangis keras, memohon pada Ryan, "Ja-jangan bunuh aku. Aku berjanji tidak akan mengulangi perbuatan ini lagi," ucapnya terbata-bata."Aku akan memberimu kesempatan hidup. Tapi, kau harus menjawab pertanyaan dariku dengan jujur," ucap Ryan seraya terus tersenyum.Alex serasa mendapat amnesti. "Be-benarkah kamu akan membiarkanku hidup?"Ryan mengangguk. Detik berikutnya, senyum di wajah Ryan menghilang, digantikan ekspresi dingin bagai balok es. "Sekarang jawab dengan jujur. Apakah kecelakaan yang menimpaku beberapa tahun silam dan membuatku hidup cacat, bukanlah kecelakaan, tapi kesengajaan?"Mendengar pertanyaan Ryan, Alex memunculkan wajah penuh keraguan dan keengganan. Ryan tanpa belas kasih langsung menekan lebih kuat lagi kakinya yang masih menginjak dada Alex."Aaaah—!" Ter
Read more
Bab 134 - Harga Kepala Ryan
Di tengah bau tidak sedap yang datang dari bawah celananya, Alex meringis kesakitan, merasakan kerasnya cengkeraman Ryan di rahangnya. Ia juga mengalami kesulitan bernafas. "Ti-tidak ada, aku sendirilah yang merancang semua rencana itu! Orang yang aku suruh untuk menyabotase mobilmu juga sudah aku lenyapkan," jelas Alex dengan suara terbata-bata.Ryan hanya tertawa kesal mendengarnya, “Jangan coba membohongiku atau melindungi pelaku yang sebenarnya! Jika kau melakukannya, maka kau akan terus merasakan neraka buatanku.” Gigi geraham Ryan menggelatuk menahan emosi dalam dirinya. Ryan masih kurang percaya dengan penjelasan Alex. Bagaimanapun juga, dulu dirinya dan Alex berteman cukup baik. Jadi tidak mungkin Alex tega melakukan hal keji itu tanpa perintah orang lain yang membuatnya merasa terancam.“Aku tidak bohong,” tegas Alex. "Aku memang dalang dari insiden naas yang menimpamu di masa lalu!"Alex pun kembali teringat masa-masa di mana Ryan dan dirinya masih menjadi teman dekat. Nam
Read more
Bab 135 - Bekerjasama Dengan Arin
Di gedung utama PT. Super Cola, Ryan minum segelas Super Cola dingin yang telah disajikan Arin di ruangannya. Arin duduk di sofa yang berhadapan langsung dengan Ryan. Senyum manis merekah di wajahnya. "Terima kasih banyak Ryan. Aku tidak tahu lagi bagaimana cara membalas jasamu."Tatapan penuh takjub itu jelas terlihat di mata Arin yang sejak tadi menatap Ryan. Masih jelas di ingatannya bagaimana cekatan dan perkasanya Ryan saat membunuh seorang preman yang berusaha menyanderanya. Walau awalnya tampak menakutkan, tapi setelah Arin pikir-pikir lagi, Ryan tampak sangat keren.Apalagi saat Ryan menyiksa Alex, hati Arin berdegub kencang. Bulu kuduknya pun sampai berdiri. Tapi, di sisi lain, Arin sangat bersemangat menyaksikan Ryan menghukum pria yang berusaha merebut perusahaanya itu. Ia puas melihat pria itu dihukum secara langsung di depan matanya.“Jangan berlebihan Arin, itu sudah menjadi tanggungjawabku sebagai temanmu." Ryan tersenyum hangat, membuat Arin terpesona.Ryan lalu tering
Read more
Bab 136 - Serangan Kejutan
Setelah makan siang bersama dengan Latisha dan lainnya di restoran hotel, Ryan pergi ke sebuah cafe yang berada cukup dekat dengan gedung kantor milik PT. Indo Jaya Properti, perusahaan properti multinasional milik Albert. Suasana cafe dengan alunan musik jazz terasa menenangkan. Orang-orang tampak menyantap hidangannya dengan tenang dan memlngobrol dengan riang.Di salah satu meja yang berada tepat di sebelah kaca yang menghadap ke jalan raya, Ryan dan Arnold bertemu dengan Hendra, anak buah Arnold yang mendapat misi mencari informasi mengenai Dian di Jakarta."Jadi, bagaimana hasil penelusuranmu?" tanya Ryan seraya menyeruput secangkir kopi.Hendra yang mendapat tugas baru untuk mencari informasi mengenai Albert, ternyata dapat dengan mudah mendapatkannya. Albert cukup dikenal di kota ini, sehingga Hendra dapat dengan mudah menemukan informasi tentang lelaki itu. "Bos, berdasarkan informasi yang saya terima, Albert adalah pendiri dan juga pemilik dari PT. Indo Jaya Properti, perusa
Read more
Bab 137 - Pembunuh Bayaran
"Jangan kira aku mau membocorkannya, cuih!" Pria Sniper itu meludahi wajah Ryan. Air ludah yang kotor itu mengenai wajah Ryan, namun Ryan tetap tenang. Baginya, ini hanyalah provokasi rendah yang datang dari seorang pembunuh bayaran yang terperangkap. Ryan berusaha menahan amarahnya. Meski begitu, aura panas dari tubuh Ryan mulai mengalir keluar. Wajahnya memancarkan ketegangan, dan udara di sekitarnya terasa bergetar. Air ludah yang menempel pada pipi Ryan, yang tadi terasa menjijikkan, menguap seketika, meninggalkan kulitnya yang mulus.Melihat semua itu, pria sniper itu sama sekali tidak takut, seakan-akan dia telah siap untuk mati. Wajahnya yang tersembunyi di balik masker tetap datar, dan matanya yang penuh kebencian menatap tajam ke arah Ryan."Kalau begitu, aku akan mencarinya sendiri dari dalam kepalamu!" Ryan meletakkan telapak tangannya ke kepala pria misterius itu. Dari telapak tangannya, api berwarna putih bersih menyala dan mulai menyelimuti kepala pria bermasker putih i
Read more
Bab 138 - Verethragna
Tanpa diduga, Ryan merasakan hantaman brutal yang membelah udara dan menyerangnya. Serangan itu datang seperti kilat, tak ada tanda-tanda sebelumnya. Ryan, tertangkap dalam kejutan, tidak punya kesempatan untuk membalas atau mengelak. Dalam hitungan detik, diiringi suara dentuman yang memekakkan telinga, tubuhnya terlempar ke belakang seolah-olah Ryan adalah bola yang dipukul dengan kekuatan penuh.Bangunan kantor yang berdiri megah di jalur terbangnya kini berubah menjadi reruntuhan. Dinding-dindingnya runtuh satu per satu, menaburkan pecahan kaca dan debu ke sekelilingnya.Gedung pertama yang menyambut tubuh Ryan adalah sebuah menara pencakar langit, yang berderak kesakitan saat tubuhnya menyeruak masuk. Tembok dan jendela berhamburan, memenuhi angkasa dengan awan debu dan hujan pecahan kaca tajam. Ryan, tenggelam dalam kecepatan serangan itu, tidak merasakan sentuhan nyeri dari benturan pertama. Kesadarannya terputus sejenak, tersapu oleh kekuatan pukulan yang membuyarkan segalanya
Read more
Bab 139 - Melawan Verethragna
Verethragna berdiri dengan sombong di hadapan Ryan, senyum licik yang penuh dengan rasa superioritas menghiasi wajahnya. "Majulah..." katanya, suaranya berbaur dengan nada sinis yang mendalam, seakan-akan dia sedang berbicara kepada anak kecil yang tidak tahu apa-apa. "Dewa ini akan memberi manusia tak berarti sepertimu tiga kesempatan untuk menyerang. Dewa ini berjanji tidak akan membalas dalam tiga kesempatan itu. Tapi setelah itu, kau takkan memiliki kesempatan lagi."Ryan menatap Verethragna dengan senyuman yang penuh tantangan. Percikan semangat dan kepercayaan diri memancar dari matanya. "Jangan salahkan manusia yang kau anggap bodoh ini jika aku berhasil melumpuhkanmu dalam tiga serangan!" ucapnya dengan suara yang penuh keyakinan.Ryan berdiri tegap, bahu terangkat dengan percaya diri. Ia merasakan detak jantungnya yang cepat, bukan karena takut, tapi karena gairah dan antisipasi. Ryan tahu, selama Verethragna membatasi kekuatannya hingga Core Formation Awal, ia memiliki pelua
Read more
Bab 140 - Melawan Verethragna (II)
"Meski begitu, Dewa ini cukup puas dengan serangan terakhirmu. Untuk bertahan dari serangan itu, Dewa ini terpaksa harus menggunakan tiga otoritas sekaligus! Berbanggalah, manusia bodoh!" puji Verethragna dengan nada angkuh.Verethragna tidak dapat menahan senyumannya yang sombong. Namun, Ryan tetap fokus pada pertarungan ini.Faktanya, saat Teratai Kemarahan Buddha Pemusnahan meledak, Verethragna langsung menciptakan sepuluh lapis perisai tanah menggunakan otoritas Zam-Khshathra. Di depan perisai tanah, Verethragna membuat 10 lapis perisai es dengan kombinasi otoritas Apam-khshathra (Air) dan Vatar-khshathra (Angin). Bisa dibayangkan setebal apa perisai yang telah dipersiapkan Verethragna untuk menghadapi Teratai Kemarahan Buddha Pemusnahan."Maka dari itu, aku akan memberimu kematian yang tidak menyakitkan!" Ryan mendengar kata-kata Verethragna dan bersiap untuk serangan yang akan dilancarkan lawan.Setelah mengatakannya, detik berikutnya, tubuh Verethragna menghilang dari bidang pa
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status