Semua Bab Zahrana Gadis Tangguh: Bab 21 - Bab 30
109 Bab
21. Tuan Besar Arta
Zahrana membersihkan kamar tuan Arta, tuan besar yang mengalami kelumpuhan dan tidak bisa bicara lagi. Bukan tidak bisa bicara, dia memutuskan untuk banyak diam dan tidak mempedulikan sekitarnya. Bahkan cucu-cucunya Ibra dan Mischa tidak dia kenali lagi.Gadis itu sedang melipat baju-baju tuan Arta di sofa setelah membersihkan kamar itu. Raka, bayi laki-laki itu sedang tidur siang. Jadi pekerjaan Zahrana lebih leluasa saat keponakannya tidur siang.Tuan Arta, menatap Zahrana yang sedang menunduk melihat baju-bajunya. Dia menatap lama, mulutnya bergerak ingin memanggil Zahrana."Eehhh." Suara erangan kecil keluar dari mulut laki-laki tua itu. Zahrana tidak mendengarnya, dia fokus melipat baju-baju tuan Arta."Eeergh!"Suara tuan Arta lebih kencang, Zahrana menoleh pada laki-laki tua itu. Matanya memicing, entah apa yang dia lihat. Tangan tuan Arta bergerak dan menunjuk Zahrana, dan gadis itu beranjak mendekat padanya."Iya tuan? Apa yang anda inginkan?" tanya Zahrana."Emm, mi mi ....
Baca selengkapnya
22. Kesehatan Tuan Arta
"Kakek? Kakek bisa jalan?" ucap laki-laki mendekat pada tuan Arta.Baik tuan Arta dan Zahrana menoleh ke arah sumber suara. Tuan Arta berdiri lama, memandang ke arah Ibra yang takjub dengannya berdiri. Tiba-tiba tuan Arta jatuh, dan membuat Ibra juga Zahrana di sampingnya kaget."Kakek!" Ibra mendekat dan menarik kakeknya yang jatuh, di ikuti oleh Zahrana."Kenapa kamu diam saja?!" teriak Ibra pada Zahrana."Maaf tuan, maafkan saya." jawab Zahrana ikut menarik tangan tuan Arta."Kamu itu bagaimana, kakekku sampai jatuh kenapa kamu lepas tangannya?!" ucap Ibra masih dengan suara membentak."Maafkan saya, maafkan saya tuan besar." jawab Zahrana sambil menunduk pada tuan Arta dan Ibra."Aaaa, su su ddaah." ucap tuan Arta menenangkan cucunya menepuk pundaknya.Sekali lagi, Ibra takjub dengan kakeknya yang kini sudah mau bicara meski masih gagap. Dia melirik ke arah Zahrana yang masih menunduk merasa bersalah.Bugg!"Hwuaaa!""Raka sayang!"Zahrana kaget dan langsung menghampiri bayi terse
Baca selengkapnya
23. Takjub
Setengah tahun sudah Zahrana bekerja di rumah Ibra, laki-laki yang selalu giat bekerja tanpa memikirkan statusnya yang masih sendiri. Mischa selalu menyindirnya dan menyuruhnya untuk segera mencari pacar lalu menikah.Tapi Ibra tidak menggubrisnya, dia masih senang sendiri. Bahkan terkadang dia akhir-akhir ini pergi ke klub malam jika penat pikirannya dalam bekerja.Zahrana, gadis itu sangat senang. Dia senang karena perkembangan Raka sangat pesat, sudah bisa jalan sendiri dan juga main sendiri di kamar tuan Arta ketika mereka berada di kamar tuan besar itu.Apa lagi tuan Arta kini sudah bisa berjalan pelan-pelan meski hanya sekitar kamar saja. Hanya bicaranya saja yang belum banyak kosa kata, tapi itu membuat semua penghuni rumah senang dengan perkembangan kesehatan tuan Arta."Kamu hebat Zahrana, Tuan Besar sekarang sudah bisa berjalan meski hanya beberapa langkah." kata bi Iyam memuji Zahrana."Itu karena dokter Samuel, bi Iyam dan juga keinginan tuan besar untuk sembuh." kata Zahr
Baca selengkapnya
24. Mencari Papanya Raka
Tidak terasa sudah satu tahun Zarhana bekerja di rumah Ibra. Raka juga sudah bisa jalan dan berlari meski sering jatuh, Tuan Arta juga senang dan sering bermain dengan balita tersebut. Dia sudah biaa bicara meski belum lancar, begitu juga dengan jalannya sudah bisa keluar dari kamarnya sendiri."Nda! Nda!"Teriak Raka di dapur memanggil Zahrana. Zahrana hanya menoleh, dia sedang menyiapkan makanan untuk Tuan Arta. Dia tersenyum ketika balita itu berlari mendekat padanya sambil membawa mainan mobil-mobilan."Raka bawa apa?" tanya Zahrana."Mbil, mbil." ucap balita itu menyebut mobil dengan bahasa cadelnya."Waah, dari siapa mobilnya?" tanya Zahrana."Bi Yam." jawab Raka dengan gemas."Ya ampun, bi Iyam selalu belikan mainan buat Raka terus ya. Bilang apa Raka sama bi Iyam?" tanya Zahrana lagi."Cih, mbi Yam cih.""Hahah, pintar sekali ya anak bunda. Sekarang bunda mau ke kamar opa ya, Raka mau ikut?" tanya Zahrana."Kut!""Ayo ke kamar opa." ucap Zahrana.Dia berjalan pelan membawa nam
Baca selengkapnya
25. Memarahi Zahrana
Zahrana melihat terminal, mengedarkan pandangannya sebelum dia turun dari mobil angkot. Dia melihat pada supir angkot."Terus, saya naik apa bang kalau mau ke pusat kota?" tanya Zahrana pada supir angkot."Naik angkot B12, nanti berhenti tepat di kantor yang mbak tunjukin tadi." jawab supir angkotnya."Oh, terima kasih bang." jawab Zahrana."Iya mbak, hati-hati kalau ada copet ya. Soalnya copet tahu orang yang baru naik angkot, dia akan lengah." kata supir angkot lagi mengingatkan Zahrana.Gadis itu mengapit tasnya, melihat ke sekeliling lalu memberikan ongkos angkotnya. Dia pun keluar masih menggapit tasnya agar tidak di copet seperti apa yang di katakan oleh supir angkot itu.Mencari mobil angkot sesuai dengan apa yang di katakan supir angkot tadi. Dia melihat sekeliling, ternyata ada di seberang jalan. Zahrana berjalan cepat menuju mobil angkot yang di maksud. Dia mendekat dan bertanya pada sang supir."Ini angkot B12 ya bang? Lewat pusat kota?" tanya Zahrana."Oh, iya mbak. Mbak m
Baca selengkapnya
26. Sadar
Zahrana duduk di kursi meja makan, wajahnya masih menunduk dalam. Rasa bersalah masih bergelayut di pikirannya, kenapa bisa dia pergi sedangkan di rumah bi Iyam memang bukan pembantu yang khusus menjaga Tuan Arta.Adakalanya memang perempuan itu harus meninggalkan Tuan Arta karena pekerjaan lainnya di rumah itu.Raka berjalan mendekati Zahrana yang duduk lesu di kursi meja makan. Berharap dia tidak di pecat dari rumah itu, dia ingin tahu nama laki-laki yang ada di kartu nama itu. Tapi insiden jatuhnya Tuan Arta justru membuat dia dalam kebingungan."Nda, nda." ucap balita itu menarik baju Zahrana.Zahrana menoleh ke arah Raka, dia tersenyum dan menggendong balita tersebut. Mencium pipinya beberapa kali, membuat Raka tertawa dan menghindar karena geli dengan ciuman bertubi-tubi dari Zahrana."Nda, dah, akiit." ucap Raka dengan cedalnya."Bunda gemas sama Raka. Kenapa kamu ganteng banget sih, mmuuah." ucap Zahrana kembali mencium pipinya."Zahra."Suara Bi Iyam mengagetkan gadis itu. Di
Baca selengkapnya
27. Pikiran Ibra
"Kenapa kamu ada di sini?!" Teriakan Mischa dengan tangannya menarik pundak Zahrana membuat gadis itu kaget. Dia menoleh ke belakang, lalu bangkit dari duduknya dan mundur ke belakang sambil menunduk. Tatapan tajam Mischa membuat Zahrana harus bergeser menuju tempat lain, menggendong Raka menjauh dari bangsal Tuan Arta. "Kamu sebaiknya pergi dari kamar ini, jangan ada di kamar ini lagi. Kakek pingsan itu karena gara-gara kamu lalai menjaga kakekku!" ucap Mischa keras pada Zahrana. Gadis itu diam saja, dia menutupi wajah Raka agar tidak mendengar omelan Mischa padanya. Bi Iyam menarik tangan Zahrana agar keluar lebih dulu agar Mischa tidak marah terus padanya di dalam kamar itu. "Mischa, jaa ngaan ma rahi Zah ra." ucap Tuan Arta terbata. "Tapi dia yang membuat kakek jatuh dan pingsan di kamar mandi. Dia pergi kemana sampai tidak bisa menjaga kakek di kamar." kata Mischa masih kesal pada Zahrana. "Su dah, jangan marah sa ma dia. Kakek min ta dia te tap men ja
Baca selengkapnya
28. Bos Di Kartu Nama
Zahrana masih di rumah sakit, kemarin dia di suruh datang lagi ke rumah sakit oleh Tuan Arta menemaninya, meski harus bawa Raka. Kata dokter Samuel, tidak masalah asal bisa membantu Tuan Arta sembuh secara cepat.Kini dia menunggu bi Iyam datang menggantikan dirinya menjaga tuan Arta. Karena sejak dirinya di marahi oleh Mischa, gadis itu tidak mau datang lagi ke rumah sakit kalau bukan kakeknya yang meminta datang. Dan ternyata, laki-laki tua itu tidak pernah meminta Mischa datang menungguinya di rumah sakit.Hanya Ibra saja jika malam hari, di pagi dan siang hari Zahrana dan Bi Iyam. Entah sekesal apa Mischa pada Zahrana, sehingga dia tidak mau datang lagi ke rumah sakit menjenguk kakeknya."Tuan Besar sedang tidur, Bi Iyam kapan datang ya." ucap Zahrana.Dia memegangi ponselnya, ingin menghubungi Bi Iyam.Tuuut."Halo?""Bibi sudah di jalan? Saya mau ke kantin dulu Bi, lapar. Kasihan Raka juga belum makan sejak datang kesini." kata Zahrana di telepon."Ini Bibi sudah di depan kamar
Baca selengkapnya
29. Apa Benar Dia??
Sepanjang perjalanan di dalam angkot, Zahrana memikirkan ucapan satpam itu. Kalau pemilik gedung kantor megah itu adalah Artur Ibrahim Jayaningrat. Atau di panggil sehari-hari adalah Ibra, dan yang membuatnya bingung apakah laki-laki itu adalah papanya Raka? "Ini tidak mungkin, bagaimana bisa kak Rania bertemu dengan tuan Ibra? Apa sebenarnya yang terjadi dengan kak Rania dan tuan Ibra dulu. Apa mereka saling kenal? Atau sebenarnya kak Rania itu adalah menantu terbuang keluarga Arta?" gumam Zahrana. Dalam lamunannya, dia memikirkan Ibra yang bersikap dingin. Jarang sekali dia melihat majikannya itu tersenyum, tapi sewaktu di rumah sakit itu. Tatapan laki-laki itu seakan mengetahui sesuatu. "Sampai mbak." ucap supir angkot membuyarkan lamunan Zahrana. "Oh ya bang." ucap Zahrana. Dia mengambil uang dalam dompetnya dan menyerahkan pada supir angkot. Dia pun turun dari mobil angkot tersebut, berdiri di depan rumah megah dengan pagar masih tertutup. Ragu dia ingin masuk
Baca selengkapnya
30. Raka Dan Ibra
Sikap Ibra pada Zahrana semakin dingin setelah kakeknya tetap menganggap anak Zahrana adalah cucunya. Apa lagi Mischa, dia sangat membenci gadis berkerudung tersebut. Dan Zahrana tahu kalau kedua cucu dari majikan besarnya membencinya karena Raka sudah di anggap cucu di rumah besar itu.Hari Minggu, Zahrana sedang menyiapkan makanan untuk Tuan Arta. Raka bermain bebas di rumah itu, berkeliling di rumah karena sedang aktif-aktifnya. Dia berlari kesana kemari dan menaiki sofa serta mainan berserakan di mana-mana.Bi Iyam yang mengetahui itu pun menarik Raka agar tidak bermain berkeliaran di dalam rumah. Serta membereskan mainan yang berserakan."Raka, ayo sini. Jangan main-main di kursi." kata Bi Iyam."Iya Bi Yam, Aka tulun." ucap balita tersebut.Bi Iyam tersenyum, meski balita laki-laki itu bermain tak terkendali. Tapi jika di ingatkan akan menurut dan pergi. Bi Iyam menarik tangan Raka dan membawanya ke dapur, perempuan berusia empat puluh delapan itu mengambil puding dalam kulkas d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status