All Chapters of Zahrana Gadis Tangguh: Chapter 11 - Chapter 20
109 Chapters
11. Kartu Nama
"Zahrana, ikut aku!"Ucapan keras berasal dari belakang Zahrana, dia menoleh ke belakang. Tampak pamannya Shalih kesal sekali padanya, Zahrana mendengus kasar. Dia ingin menolaknya, tetapi tangannya sudah di tarik oleh pamannya itu."Ikut kemana paman? Aku mau pulang, capek habis dari pasar." kata Zahrana mencoba menolak ajakan pamannya itu."Ikut saja, kamu akan paman kenalkan sama seseorang." kata Shalih."Aku tidak mau!" teriak Zahrana menepis tangan pamannya kasar."Heh! Anak lancang kamu ya. Aku pamanmu, seharusnya kamu menurut pada pamanmu setelah ibumu meninggal. Ibumu menitipkan padaku, jadi aku ingin kamu mau ikut dengan paman!" ucap Shalih memaksa Zahrana."Aku tidak mau paman!" ucap Zahrana kekeh dengan terus berjalan meninggalkan pamannya.Dia tidak peduli dengan pamannya yang masih marah padanya, tidak peduli dengan umpatan yang keluar dari mulut laki-laki itu. Langkahnya di percepat, tidak peduli dengan pamannya berdiri menatap kepergiannya."Huh, dia itu benar-benar pem
Read more
12. Hampir Saja
Zahrana diam saja, dia menatap pamannya yang tiba-tiba datang. Melirik ke arah laki-laki tambun yang tersenyum padanya. Shalih masuk ke dalam rumah Zahrana, di susul oleh laki-laki yang dia sebut tadi bosnya."Paman mau apa?" tanya Zahrana."Paman sudah bilang tadi di jalan, mau mengenalkan seseorang. Ini bos paman mau kenalan sama kamu." ucap Shalih menatap tajam pada keponakannya.Zahrana mendengus kesal, kenapa pamannya memaksa seperti itu. Dia seperti akan di perjual belikan, karena dari lirikan mata bos pamannya seakan ada ketertarikan lain padanya. Zahrana merinding melihat tatapan laki-laki tambun itu."Duduklah, aku tidak akan memakanmu. Pamanmu mengajakku ke sini." kata laki-laki itu.Zahrana diam saja, dia serba salah dengan keadaan itu. Tapi Shalih menarik tangannya untuk duduk di ruang tamu, mau tidak mau Zahrana pun duduk."Zahra, ini bos paman. Namanya pak Suta, dia bekerja seperti paman sebagai mandor di proyek. Dia ingin kenal sama kamu." kata Shalih."Hai Zahrana, jan
Read more
13. Fitnah
"Zahrana!" Teriakan seorang perempuan di luar membuat Zahrana kaget. Dia heran siapa yang berteriak di depan rumahnya itu. "Siapa lagi itu? Apa bibi Midah lagi?" ucap Zahrana menatap pintu rumahnya. "Zahrana sialan! Keluar kamu!" ucap perempuan di depan pintu rumah Zahrana. Zahrana menghela napas panjang, dia tahu itu pasti bibinya Midah datang ke rumahnya. Kedengarannya seperti dua orang yang berteriak, Zahrana mengerutkan dahinya. "Siapa satunya itu ya?" ucap Zahrana. Dia pun akhirnya melangkah dan membukakan pintunya, tampak di sana dua orang perempuan. Midah dan satunya adalah istri Rahmat yang tadi menolongnya, Zahrana bingung. "Ada apa bi?" tanya Zahrana menatap bibinya lalu beralih pada istri Rahmat. "Heh, mana suamiku?" tanya perempuan itu dengan berkacak pinggang."Pak Rahmat sudah pergi." jawab Zahrana."Jangan bohong kamu! Pasti ada di dalam, menyembunyikan suamiku. Dan kamu merayu suamiku kan? Iya kan?!" teriak perempuan dari istri Rahmat. "Pak Rahmat sudah pergi
Read more
14. Mengusir Zahrana
Satu bulan setelah kejadian perseteruannya dengan bibi dan istri pak Rahmat, Zahrana kembali tenang. Tidak ada gangguan dari bibinya ataupun tetangga yang julid padanya. Dia juga mengasuh Raka begitu baik, selalu memperhatikan kebutuhan bayi laki-laki yang kini sudah berusia enam bulan.Zahrana sangat senang, perkembangan dan pertumbuhan keponakannya sangat sehat. Dia sudah memberikan makanan pendamping, meski hanya bubur yang dia buat ataupun biskuit saja sebagai selingan selain minum susu formula."Kamu sangat tampan sekali sayang, kok bunda jadi gemas banget sama kamu." ucap Zahrana ketika dia memakaikan bajunya.Bayi itu tertawa saja dan mengoceh tidak jelas pada Zahrana. Zahrana bahagia sekali, rasa kehilangan kakaknya terobati oleh Raka anaknya."Jika kamu masih ada kak, kamu akan sangat bahagia melihat Raka yang sangat sehat ini." ucap Zahrana bergumam menatap manik kecil pada mata bayi tersebut.Zahrana mengambil foto kakaknya yang tergantung di tembok, dia menatap wajah ayu k
Read more
15. Perwakilan Tetangga
"Usir dia, dia tidak pantas tinggal di lingkungan kita!"Teriakan demi teriakan di depan rumah Zahrana membuat gadis itu kaget. Baru juga dia merasa lega dengan kepergian paman dan bibinya dari rumahnya, tapi kenapa secepat itu bibinya menghasut para tetangganya untuk mengusirnya."Zahrana! Cepat kamu pergi dari kampung ini!" ucap seseorang di depan rumah Zahrana.Zahrana diam saja, dia tidak mempedulikan suara-suara teriakan di depan. Dia meneruskan pergi mengambil wudhu dan segera menunaikan kewajibannya, setelah itu dia akan memandikan Raka yang sebentar lagi bangun. Mungkin akan bangun karena teriakan itu tidak berhenti hingga suara laki-laki mencegah orang-orang meneriaki Zahrana untuk pergi dari rumahnya."Ibu-ibu, ada apa ini? Kenapa berteriak di depan rumah Zahrana?" tanya seorang laki-laki berdiri di depan mereka."Kami tidak mau gadis itu membawa keburukan di kampung kita, di lingkungan kita. Dia suka merayu suami-suami kami!" ucap salah satu tetangga Zahrana."Siapa yang m
Read more
16. Pergi Meninggalkan Kampung
Zahrana berpikir dia akan menemui Intan, teman yang juga dulu di usir oleh warga kampungnya karena menyukai laki-laki yang sudah beristri."Jadi kamu mau mencari pekerjaan di kota, Zahra?" tanya Intan ketika Zahrana meneleponnya."Ya, karena aku di usir oleh mereka." jawab Zahrana."Siapa?""Siapa lagi kalau warga kampung, terutama tetanggaku. Aku tidak tahu, karena kesalahan kakakku yang hamil tanpa tahu siapa ayahnya. Mereka membenciku, dan menyuruhku pergi dari kampung ini. Sebenarnya itu hasutan dari bibiku mereka mengusirku." kata Zahrana bercerita.Intan diam saja di seberang sana, nasib Zahrana sama halnya dengan dirinya. Tapi sejak itu dia tidak pernah pulang ke kampungnya, takut dengan warga yang masih membenci dirinya. "Baiklah, aku tinggal di yayasan penampungan asisten rumah tangga. Kalau kamu mau bekerja jadi asisten rumah tangga, bisa datang ke sini denganku." kata Intan."Ya, aku kerja apa saja. Tapi, apakah boleh aku bawa keponakanku? Aku tidak bisa meninggalkan dia."
Read more
17. Di Yayasan Bhakti Jaya
Zahrana mrngirimi pesan pada Intan, teman Zahrana yang bekerja di sebuah yayasan yang menyediakan tenaga kerja ART. Dan kali ini Zahrana akan bekerja jadi ART jika sudah di terima di yayasan tersebut.Perjalanan dari terminal kota di mana kampung Zahrana berada, kini menuju ibukota. Zahrana mengadu nasib di kota yang keras kehidupannya, dia terpaksa harus datang ke kota untuk menghindari sekaligus mencari pekerjaan di sana.Dia mengirim pesan pada Intan, kalau saat ini dia sudah naik bis dan sebentar lagi akan tiba di terminal tujuan."Mas, terminal sebentar lagi sampai ya?" tanya Zahrana pada penumpang di sebelahnya seroang laki-laki."Iya mbak, mungkin satu jam lagi. Kalau macet sih bisa sampai satu jam setengah." jawab penumpang di sebelah Zahrana."Ooh, begitu." ujar Zahrana.Dia melihat Raka masih tenang dalam tidurnya, nyaman dalam pangkuan dan dekapan Zahrana. Dia senang Raka tidak rewel dalam mobil, jika bangun pun hanya minum susu saja dan makan cemilan biskuit yang sengaja Z
Read more
18. Saya Mau Jadi ART, Bu
Satu minggu Zahrana ikut dengan Intan di yayasan Bhakti Jaya, dia membantu Intan mengerjakan pekerjaan rumah tangga di yayasan itu. Ada beberapa perempuan yang sama sepertinya mencari pekerjaan dan di tampung oleh yayasan. Mereka semua di beri bekal untuk jadi asisten rumah tangga, begitu juga dengan Zahrana.Seperti siang ini, ada kelas untuk arahan bagi mereka yang nanti akan di salurkan tenaga kerjanya. Siapa yang meminta, berarti para calon ART itu sudah siap bekerja di rumah majikan baru."Jadi, kalian harus menuruti apa kata majikan kalian. Semua harus di kerjakan dengan baik, meski saya tahu pekerjaan jadi asisten rumah tangga itu sama dengan kegiatan kalian di rumah. Tapi pekerjaan itu membutuhkan kepercayaan dan kejujuran, di sini saya tekankan pada kalian harus jujur dan bertanggung jawab." kata ibu Rima memberi arahan pada calon ART itu.Semua nampak mendengarkan dengan baik, ada yang berharap segera di salurkan jadi ART jika sudah ada yang memintanya."Kalian bisa belajar
Read more
19. Jadi ART Baru
Zahrana sudah siap bekerja di rumah besar, besok dia harus pergi ke rumah besar dan mewah yang memintanya jadi ART di rumah tersebut.Sebelumnya, karena tidak ada cadangan untuk di salurkan jadi ART. Maka Zahrana pun mau jadi ART yang meminta pada yayasan ibu Rima, meski berat tapi dia harus mau karena pemilik rumahnya sudah meminta ibu Rima mencarikan ART yang bisa di percaya."Ibu sebenarnya sayang sekali kalau kamu yang pergi Zahrana, tapi orangnya meminta terus." kata ibu Rima."Ngga apa-apa bu, yang penting majikan saya menerima saya dan keponakan saya ini. Itu sudah baik." kata Zahrana."Ya, mereka katanya terserah saja. Asal nanti anakmu itu tidak mereotkan pekerjaanmu dan tidak mengganggu majikanmu ya." kata ibu Rima lagi."Iya bu, saya akan menjaga dan anak saya nanti tidak akan membuat ulah di rumah majikan saya nanti. Aku janji akan menjaga nama baik yayasan ibu." ucap Zahrana."Kamu itu, ibu percaya sama kamu. Jaga kejujuran dan tanggung jawab mengerjakan tugasmu." ucap i
Read more
19. Arthur Ibrahim Jayaningrat
"Jadi kamu yang akan merawat kakekku?"Suara perempuan berdiri di belakang Zahrana yang sedang duduk di kursi meja makan. Dia menoleh ke belakang, melihat perempuan yang berpenampilan layaknya perempuan dewasa, tetapi penampilannya elegan dan berpakaian kantoran."Nona Mischa, anda datang kemari?" tanya bi Iyam menghampiri Mischa dan menunduk padanya."Apa dia yang di kirim dari yayasan Bhakti Jaya? Kenapa bawa anak segala?" tanya Mischa seperti tidak suka dengan Zahrana.Zahrana berdiri, dia mengurungkan makannya dan berdiri di samping bi Iyam. Memberinya hormat dengan menunduk padanya."Maaf nona, saya memang di tugaskan dari kepala yayasan Bhakti Jaya ibu Rima." kata Zahrana."Heh, kenapa kamu membawa anak? Apa tidak bisa di titipkan saja di yayasan?" tanya Mischa menatap sinis pada Zahrana."Maaf nona, tuan Ibra memberi izin dia membawa anak. Dan tuan Ibra juga tidak masalah asal anaknya tidak mengganggunya bekerja di rumah ini, terutama mengurus tuan besar." kata bi Iyam membela
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status