All Chapters of MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI: Chapter 11 - Chapter 20
60 Chapters
Bab 11: Balon Rasa Bubble gum
Setelah tiga hari pasca operasi, Adella akhirnya diperbolehkan pulang, karena kondisi kesehatannya sudah membaik, akan tetapi tiap seminggu sekali harus tetap kontrol ke rumah sakit.Meski sudah dinyatakan sembuh, tetap kondisi gadis kecil itu harus tetap dipantau pihak medis."Bella, sebaiknya setelah Adella berada di kontrakan, harus ada yang jaga, kalau aku bukan tidak mau, tapi tahu sendiri pekerjaanku seperti apa," sahut Rini, setelah mereka berada di ruang tunggu pengambilan obat."Seperti biasa, Bi Titin, yang akan aku percaya untuk jaga Adella, selain sabar dia juga janda yang usianya sudah lumayan."Bella memang sudah meminta Bi Titin untuk membantunya menjaga Adella."Mbak, jangan lupa, nanti Adiknya harus rutin cek up, biar kesehatannya selalu terpantau," ucap Dokter Bima, saat menghampiri Bella yang sedang menggendong putrinya.Pria itu memang sengaja ingin menyapa Bella, dan semakin suka akan sikap dan wajahnya yang teduh.Menurutnya Bella adalah singgel mam yang tangguh
Read more
Bab 12: Belum Usai
"Ah, ganggu saja!" decak Bella seraya melirik ke arah ponselnya yang bergetar di atas meja.Gadis itu kembali bermain dengan balon sutera, tanpa berniat mengangkat panggilan dari telepon selulernya."Bella, hentikan kelakuan kamu, lihat sekeliling, mata mereka melihat ke sini," bisik Rini seraya menangkap bola itu, lalu menaruhnya di atas meja sebelah."Ini unik balonnya, kecil, panjang, dan bening," jawab gadis itu dengan wajah polos tanpa dosa."Angkat itu teleponnya, siapa tahu penting," tunjuk Rini yang merasa terganggu akan getaran dari ponsel sahabatnya, yang sedari tadi terus saja bergetar."Biarkan saja!" Bella masih fokus memainkan balon, sambil sesekali melirik ke arah ponselnya yang masih saja bergetar."Dari siapa sih, Bell?" Jiwa kepo Rini, meronta, karena tak biasanya sahabatnya itu abai dan cuek. Mulut yang penuh dengan makanan gadis itu berusaha mengambil ponsel milik Bella."Stop! ga boleh di angkat, biarkan saja, nanti juga capek sendiri." Bella menahan tangan Ri
Read more
Bab 13: Perjanjian
"A--apa maksud, Tuan?" tanya Bella gugup.Terlebih wajah pria itu semakin dekat dan keduanya semakin mengikis jarak."Sstt, jangan berisik, saya sangat kesal dan itu karena kamu.Bernard menatap Bella sangat intens, bibir keduanya kembali bertemu dengan mudah.Panas dan manis juga wangi stroberi. Dan pria itu semakin menekan bibirnya ke bibir milik sang gadis.Bela sendiri mengunci bibirnya dengan rapat, tidak mau mengulang kembali apa yang pria itu lakukan padanya. Yang bisa dia lakukan adalah dengan memejamkan mata. Bertahan meski ada rasa lain yang menjalar di tubuhnya, seperti sengatan listrik berkekuatan ribuan voltase. Seketika jiwanya gundah, takut pria itu akan mengambil kembali uangnya jika dirinya menolak, dan melakukan hal yang tidak ia inginkan."Serba salah jadi jika aku menerima dia pasti meminta lebih, jika tidak? aku tahu pria itu sangat perhitungan," batin Bella berisik, antara menerima perlakuan pria tampan itu atau menolaknya.Sementara Bernard sendiri hanya terse
Read more
Bab 14: Kejutan
"Saya tidak mau memakainya," tolak Bella, lalu menyimpan kembali pakaian itu pada tempatnya."Kalau begitu kamu harus sering melihat saya tanpa busana, dan itu sudah pilihan kamu!"Di hadapan Bella, pria itu melepaskan jas dan dasi, perlahan membuka kancing kemejanya satu per satu, tanpa sisa dan melemparkan begitu saja ke sembarang arah.Lalu pria itu juga melepaskan celana kain, sehingga hanya menyisakan boxer warna abu tua aja yang melekat di tubuhnya.Bella melihat Bernard bertelanjang dada tanpa berkedip, ia berusaha menenangkan otak dan pikiran mesumnya yang melayang ke mana-mana.Siapa pun tidak ada yang tak akan tergoda atas tubuh pria itu yang mirip roti sobek, seksi dan menggairahkan. Penuh sensasi panas tentunya."Duh Bel, nasibmu ini, sungguh menegangkan, pemandangan yang tampak nyata sayang kalau dianggur," batin Bella berkecamuk.Sementara Bernard tampak santai menikmati hawa sejuk menyentuh kulitnya yang putih bersih. Sedikit bulu da da dan itu menambah seksi di mata Be
Read more
Bab 15: Garam Lima Sendok
Noda HitamBab 15"Lepas! aku tidak sudi kamu sentuh!" sentak Ben, seraya menghindar meski sesaat bibir keduanya bertemu dan Kristin seolah sedang haus dan lapar saat melihat mantan kekasihnya.Pria itu sangat marah dan merasa bibirnya ternoda atas perbuatan mantan calon istrinya, seraya berusaha membersihkan dengan mengusapnya menggunakan tangan sebelah kiri.Sementara tangan kanan Ben refleks mendorong tubuh Kristin dengan sangat kencang, sehingga wanita itu terpental dan bokongnya jatuh menghantam lantai dengan sangat menyakitkan ."Aaauuuww!" pekik Kristin yang terhenyak dan terduduk di atas lantai yang keras. Marah, kesal dan sekaligus benci karena pria yang dulu sangat penurut dan mencintainya sangat besar kini bak pria asing dan kasar."Ben, setidaknya kamu mau menggantikan temanmu jadi ayah anakku sampai melahirkan," ucap Kristin, seraya memohon.Kristin dinyatakan hamil empat minggu oleh dokter saat dirinya sakit, dan wanita itu bingung harus meminta pertanggungjawaban kepa
Read more
Bab 16: Jantungku Tidak Aman
Pada kenyataannya setelah meminum kopi rasa air laut, Bella tetap saja di kurung dalam kamar dan tidak bisa keluar sampai pagi.Semalaman Bella tidak bisa tidur pikiran kotor dan logikanya berperang saling sikut menyikut, bertahan dalam kesadaran juga hasrat, karena pria yang membuat jantungnya tidak aman memeluknya semalaman.sebelumnya setelah mengambil air mineral, Bella tetap berdiri dan tidak mau mendekat pada Ben yang menatapnya nakal.Keduanya saling tatap dan setelah itu Bella menunduk tidak mau melihat pria itu menatapnya dengan mesum.Ben juga berpikir kenapa Bella jadi pendiam dan seperti takut padanya, sangat lucu dan bibir gadis itu seolah melambai ke arahnya minta disentuh. Sangat mesum sekali."Apakah jantungku aman, dia sangat mesum dan senyumnya itu, ah sangat nakal sekali," batin Bella seraya mengusap da-da beberapa kali.Ben segera beranjak dari bibir tempat tidurnya dan segera mendekat pada Bella yang diam dan seolah sedang mengumpat."Ah, pria ini mau apa coba men
Read more
Bab 17: Merah Jambu
Usai Bernard pergi ke kantor, Bella segera menemui putrinya di rumah belakang, tepatnya rumah yang memang diperuntukkan untuk para asisten rumah tangga.Tampak dari jauh terlihat Bi Titin dan beberapa asisten lainnya sedang mengajak bermain Adella di taman.Gadis kecil itu tampak riang meski tak pernah melihat dunia fana yang penuh intrik, bahkan warna pelangi pun putrinya hanya bisa menyanyikan saja dengan suara has anak kecil alias cadel."Mama ke sini, sayang," ucap Bi Titin. Terdengar jelas oleh Bella, dan ia pun tersenyum saat menatap Adella tersenyum bahagia.Gadis kecilnya memang setiap hari lebih sering bersama Bi Titin, karena dirinya harus bekerja, jadi saat ini meski berada di satu rumah dan tidak bersama Adella tidak rewel dan seolah mengerti akan beratnya kehidupan sang mama."Adella, sudah mamam belum?" saat Bella sudah berada tepat di hadapan putrinya.Tentu saja gadis kecil itu tahu suara mamanya dan segera tangannya minta gendong."Ade, sudah mam belum?" tanya Bella
Read more
Bab 18: Godaan Natalia
Melihat tumpukan berkas di atas meja, seketika membuat hati Ben melorot, kesal dan pasrah. Hasrat untuk menggoda Bella di rumah terpaksa harus di tunda, sebab dipastikan malam ini lembur untuk menyelesaikan pekerjaannya. "Tolong bawakan saya kopi pahit," pesan Ben, kepada cleaning servis. Pak Joko adalah yang pria itu percaya untuk masuk ke ruangannya dan membuatkan pesanan yang diminta. Usai mengirim pesan, pria itu pun kembali memusatkan pikirannya untuk berkas-berkas yang harus segera ditandatangani olehnya. "Oh, Tuhan, kapan ini selesainya?" keluh Ben, setelah asisten sekaligus sahabatnya memilih pergi keluar negeri, ia sendirian yang repot dan harus lembur setiap hari. Benci tapi itu urusan pribadi, sedangkan urusan pekerjaan tak seharusnya pria itu pergi begitu saja dan tidak bertanggung jawab, kepada Kristin, meski keduanya sepakat untuk tidak ada ikatan hanya sekedar saling memuaskan hasrat dan hawa nafsu belaka. Tak berapa lama terdengar suara ketukan. "Masuk!" ujar Ben,
Read more
Bab 19: Hanya bisa melihat
Satu minggu telah berlalu, hubungan Bernard dan Bella, masih seperti tikus dan kucing garong, selalu saling ledek dan saling balas.Terlebih Bella yang selalu kalah oleh Bernard dalam setiap berdebat dan akan berakhir dengan hukuman.Hukuman pijat memijat dan tidur tetap dalam kamar yang sama, itulah ketentuannya, itu semua memang sangat menguntungkan sang pria, tapi Bella sendiri dalam hati yang paling dalam, dalam waktu singkat sudah merasa nyaman dengan keberadaan Ben, di sisinya."Saya tahu, meski Tuan nakal dan mesum, tapi tidak pernah menyentuh saya lebih, terima kasih," ujar Bella saat keduanya sedang berada di tempat tidur yang sama dan Ben memeluknya dengan erat."Tidur jagung bakar, jangan mengoceh terus, jika kamu minta, dengan senang hati aku berikan semuanya, apa kamu kangen dan ingin mengulang lagi?""Tidak!""Tidak salah atau tidak nolak?" tanya Ben, seraya mencubit hidung mancung milik Bella."Tidak! ya, tidak!" ketus Bella seraya berusaha mendorong dada Ben supaya men
Read more
Bab 20: Singa Betina dan Jantan
Melihat siaran langsung percakapan Rini dan kedua orang tuanya yang sangat ia rindu.Sesekali gadis itu menyusut air matanya dengan ujung bajunya yang mulai basah oleh air mata."Emak dan Abah, gak kangen sama Bella?" tanya Rini, gadis itu sedang pulang kampung dan sengaja menyempatkan diri untuk menemui kedua orang tua Bella yang sudah sepuh."Emak kangen, kalau ketemu Bella suruh dia pulang.""Boleh pulang tapi tidak dengan anak itu!" Abah menimpali dengan raut wajah yang terlihat sangat kesal.Peristiwa dua tahun yang lalu, masih saja terbayang oleh mereka, rasa malu dan sakit hati, setelah ijab kabul, suami langsung pergi dibawa oleh wanita yang mengaku istri pertama.Bahkan yang lebih menyakitkan lagi, pria itu sudah mempunyai anak dan dengan kurang ajarnya meninggalkan anak itu begitu saja."Abah tidak bisa memaafkan pria dan keluarganya itu. Putri abah hanya dijadikan mesin pembuat anak saja, karena istri pertamanya telah melahirkan anak yang cacat dan tak akan pernah bisa hami
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status