"Maaf, saya mau membersihkan dan mengganti pakaian Nona, ini semua atas perintah Tuan."Salah satu pelayan senior masuk ke kamar utama dan segera menutup pintu dengan rapat."Bi, saya tidak tahu Tuan pulang semalam dan ini yang terjadi," ucapnya Bella sangat malu."Iya semalam Tuan Ben, pulang dan langsung masuk kamar, tadi Tuan juga berpesan untuk mengurus semua keperluan calon istrinya.""Tuan tidak seperti ini sebelumnya, kepada mantan calon istrinya itu, Nona Kristin, bahkan tidak boleh masuk ke kamar utama, satu-satunya wanita yang boleh tinggal di kamarnya adalah Nona Bella."Meski perasaannya sangat malu, Bella pasrah karena tubuhnya terasa sangat remuk dan lemas, bahkan untuk bergerak saja ia tidak mampu melakukannya."Apa yang Tuan lakukan sehingga saya tidak bisa bergerak," keluh Bella saat Asisten senior itu sedang membersihkan tubuhnya dengan sangat hati-hati.Tubuh gadis itu tak sedikit pun mulus, semua terdapat becak merah kehitaman, sungguh singa jantan itu sangat liar
"Nona Kristin sedang apa di sini?" tanya satpam yang kecolongan. pria itu hanya sebentar ke toilet, tapi wanita itu sudah masuk.Pria muda itu sangat khawatir jika mantan kekasih tuannya akan membuat keributan."Aku sedang menunggu Ben! pergi sana, jaga gerbang!" jawab Kristin dengan ketus lalu mengusir satpam itu dengan kasar."Tuan tidak membolehkan Nona Kristin masuk ke rumahnya, saya mohon pergilah," balas satpam itu dengan menahan sabar."Siapa kamu? bisa mengusir saya!" bentaknya.Wajah bengis wanita itu sangat mengerikan, dan menatap angkuh ke arah penjaga."Maaf, saya hanya menjalankan tugas, pergilah, Nona, sebelum Tuan Ben Marah.""Katakan pada Tuan kamu, saya datang, dan tidak boleh bersembunyi, seperti banci!""Maaf, Tuan Bernard sedang tugas keluar kota," balas pria itu dengan jengah, karena dirinya sudah sangat hafal akan sifat mantan kekasih bosnya ini, selain tukang selingkuh, dia juga sangat arogan dan tidak tahu diri.Saat para pekerja tahu tuanya tak jadi menikah de
"Tuan, bangun," ucap Bella sembari menggoyangkan tubuh pria yang sedang terlelap dengan pulas itu.Gadis itu berusaha keluar dari dekapan sang pria, tapi tetap saja tak bisa."Jangan gerak-gerak, kalau yang bawah bangun, bisa-bisa kamu tidak keluar kamar sampai besok pagi."bisik Ben dengan suara berat dan mata pun masih tetap terpejam."Tuan, aku mau kencing, udah ga tahan, ini." adu Bella dengan gelisah.Seketika tangan itu melepaskan pinggang Bella dan memeluk guling sebagai gantinya.Dengan susah payah, gadis itu akhirnya bisa terbebas dari sang pria dan segera masuk kamar mandi untuk membersihkan diri.Matahari sudah naik di atas kepala, itu tandanya bukan pagi hari melainkan siang hari.Suara di dalam perut sudah keroncongan. Namun, gadis itu tidak bisa keluar kamar karena kunci yang biasanya nempel di pintu tidak ada.Sementara Ben sendiri masih merebahkan tubuhnya di ranjang, meski sudah membuka mata."Jagung bakar, ngapain bolak-balik mirip sirkus sepi pengunjung saja, sini d
Perjalanan dengan menaiki sepeda motor itu ternyata asyik dan membuat suasana hati Bella kembali baik dan tidak sedih.Bella tetap melingkarkan tangannya pada pinggang Bernard yang kokoh dan keras. Sesekali gadis itu mencuri pandang pada Ben, melalui kaca spion.Sungguh sangat tampan dan menggemaskan di tambah lagi wajah pria itu sangat sempurna tak ada cela untuk berkata jelek."Setidaknya dia yang merusakku untuk pertama kalinya, meski kadang usil tapi pria ini tetap saja tampan," batin Bella, lalu tersenyum sendiri.Pikiran gadis itu kacau dan entah kenapa nama pria itu yang selalu ada dalam ingatannya.Tiba-tiba saja Ben, mengerem mendadak sehingga tangan Bella semakin erat memeluk sang pria dan tubuh keduanya semakin rapat."Tuan sengaja? hati-hati dong! aku masih ingin hidup dan belum kawin kedua kali!" ujar gadis itu dan sangat kaget atas kelakuan tuannya."Iya sengaja, biar kamu sadar jika saya itu tampan paripurna.""Apa? benarkah?""Kamu sih bengong saja! love aku ya? udah
"Tuan, kenapa jantung saya aneh sekali rasanya, dan tubuh ini juga sangat panas sekali," keluh Bella saat tubuh keduanya saling melepaskan."Karena otak kamu selalu ke kiri," jawab Bernard asal."Otak aku normal! tapi ini aneh dan entahlah..." keluh Bella.Segera perempuan itu menjauh dari Ben, dan perasaannya semakin terasa aneh."Saya mau renang, jika kamu mau, segera ganti pakaian," ujar Ben, lalu segera beranjak pergi menuju kolam renang yang berada di lantai dasar.Bella hanya diam dan memeluk tubuhnya sendiri, bahkan tidak sadar jika pria itu pamit padanya."Kenapa tubuhku panas sekali, rasanya seperti orang kena ulat, gatal dan ah! ayo Bella otak kamu jangan jorok terus pikirannya!" gadis itu bergumam sendiri dan tanpa sadar dia melakukan, apa yang biasa Ben lakukan padanya."Tuan," panggil Bella yang baru sadar pria itu tidak ada di dekatnya lagi.Terdengar suara gemercik air dari lantai bawah, dan dia tahu siapa yang sedang berenang.Dengan susah payah, perempuan itu menurun
"Apa dia yang sudah masuk ke kamarku," batin Bernard saat teringat Kristin mantan kekasihnya di taman sebelum di usir satpam.Ya, siapa lagi kalau bukan wanita itu, dan siapa yang berani masuk ke dalam kamarnya jika bukan Kristin."Aku harus memastikan, dan jika itu benar dia, dan telah berbuat curang, aku pastikan wanita itu akan menyesal seumur hidup." Ben berkata dalam hati, kedua tangannya mengepal.Sementara Bella yang melihat tuannya terdiam, semakin penasaran dan ia hanya menatap tubuh atletis itu dengan perasaan entah. "Tuan, saat melihat seperti ini, otak dan pikiran saya belum sembuh benar," balas Bella, saat melihat Bernard hanya memakai handuk kecil yang melilit di pinggangnya."Mau lagi?" tanya Ben, menggoda.Pria itu segera sadar atas ucapan yang Bella yang mengandung gula.Seandainya jika tidak harus segera berangkat ke kantor, sudah pasti ia akan menyelesaikan urusannya dengan Bella yang semakin menggemaskan.Terlebih gadis itu kini tidak kaku, dan lebih santai mesk
"Aku tidak bodoh, Tuan!" pekik Bella seraya mengepalkan kedua tangannya ke udara.Gadis itu serasa ingin memukul dan menjambak pria yang selalu buat kejutan dengan kata-kata yang menyakitkan itu."Apa! mau mukul? ayo pukul aja kalau berani! tapi ingat tidak ada satu pun yang bisa lolos dari saya!" Memang benar siapa pun tidak ada yang bisa lolos dari hukuman pria itu, termasuk Bella sendiri."Ayo!" ucap Bernard, langsung menarik tangan Bella kembali, dan kali ini tarikannya sangat kuat, sehingga gadis itu tak bisa menolak bahkan langkah kakinya terseok-seok untuk bisa menyeimbangkan langkah kaki sang pria."Gadis lemot kaya kamu ini, harus di cubit dulu otaknya baru mudeng, kita ke rumah sakit sekarang, bukankah ayahmu sedang sakit?" cicit Bernard saat keduanya sudah duduk di dalam mobil, dan bersiap berangkat."Jadi Tuan mau mengantarkan saya? memangnya tidak menyusahkan?" tanya Bella dengan kata-kata polos."Terpaksa!" ujar Ben, menatap tajam ke arah Bella dengan wajah datar dan
"Kenapa wajah kamu berubah?" tanya Ben lagi."Tuan, sepertinya tamu bulanan saya datang," balas Bella pelan, karena malu dan takut jika pria yang sangat berharap dirinya hamil itu kecewa."Siapa tamu bulanan kamu itu?" tanya Ben, dengan nada tinggi dan wajah itu seketika berubah dingin.Pria itu mengira jika tamu bulanan Bella adalah seorang pria yang akan menjenguk papanya yang sedang sakit."Kamu berani berkhianat?""Hah! apa Tuan?" tanya Bella dengan wajah bingung.Terlebih melihat wajah tuanya dengan wajah ke mode awal, kaku, dingin, sekaligus menyebalkan."Gadis bodoh! kamu yang bilang ada tamu bulanan!" terang Ben lagi."Ish! maksud saya datang bulan," balas Bella seraya menunjuk ke salah satu titik, supaya pria itu tidak salah paham lagi."Bilang dari tadi, cuma bilang gitu aja jelimet!" ujar pria itu ketus."Bilang ke sahabat kamu yang centil itu untuk sekalian membeli pembalut!" Meski terdengar galak dan jutek, tetapi Bella tahu tuannya sangat perhatian dan baik.Setengah ja