Все главы Suami Janda Paling Setia: Глава 11 - Глава 20
106
BAB 11. WARNA UNGU
Lidahku kelu, aku tak kunjung menjawab. Pelayan muda itu kembali bicara padaku, "Silahkan lihat-lihat dulu, Mas!"Ada beberapa ibu-ibu, semua melihat ke arahku. Rasanya aku ingin mundur saja, tapi barang yang aku cari tersusun indah di patung bagian atas. Sedikit lagi aku akan mendapatkannya. Aku putuskan untuk menegakkan kepala berjalan santai mendekati patung, tidak aku hiraukan lagi tatapan aneh mereka."Mbak! Aku mau yang ungu sama merah!" putusku.Gadis itu pun langsung menurunkan patung dan melepasnya di depanku. Aku segera berbalik badan, seketika aku teringat dengan warna ungu. Entah mengapa warna ungu identik dengan status janda. Rasanya tidak pantas aku membelikan Kinanti warna ungu, nanti ia berpikiran lain."Mbak, yang ungu ganti warna lain aja," ucapku sambil terus berjalan ke kasir tanpa memastikan barang yang ia ganti.Aku menunggu beberapa saat pesanan ku selesai dibungkus."Berapa, Mbak?" Aku menerima kantong kresek dan mengeluarkan dompetku."Seratus enam puluh ribu,
Читайте больше
BAB 12. TERIMAKASIH, SAYANG!
Aku melotot, melihat Kinanti masih memakai pakaian yang tadi, sedangkan ia juga melotot dan langsung menyalakku, "Maksud Abang apa? Kenapa belinya warna ungu?"Aku spontan melihat ke tangannya, ia memegang dua buah pakaian dinas dengan warna ungu. Aku menepuk dahiku, merutuki kebodohan gadis yang membantuku di toko tadi. Tapi sudah terjadi, Kinanti sudah terlanjur melihatnya, aku harus membujuk wanitaku, jangan sampai malam ini gagal lagi.Aku segera berjalan ke arahnya. Kugenggam kedua tangan isteriku sambil duduk di lantai sedangkan ia duduk di atas ranjang. Aku pun coba meyakinnya, "Maaf, Sayang! Ini sebuah kesalahan! Tadi Abang pilih merah dan hitam."Ia masih melotot ke arahku, mungkin ia merasa aku sengaja membelikannya warna ungu, karena statusnya yang seorang janda. Padahal tadi aku sudah minta ganti sama penjualnya, eh ... malah di ganti jadi ungu semua. "Masih muda sudah budek," gerutuku dalam hati untuk gadis tadi."Yang merah dan hitam itu kreseknya, Bang! Nih lihat!" Ia m
Читайте больше
BAB 13. USAHA SAMPINGAN
"Sudah! Cepat kalian berwudhu, ini handuknya." Kinanti datang memotong pertanyaan Yura dengan membawakan mereka handuk.Aku pergi ke kamar terlebih dahulu, ini lebih baik dari pada anak-anak itu bertanya lagi. Sampai di kamar aku menunggu isteriku untuk sholat berjamaah. Sekitar lima belas menit ia datang sudah lengkap dengan mukena."Ibu, kok subuh sudah mandi? Apa nggak dingin?" godaku menirukan suara Yura."Iya, Bang! Dingin banget! Makanya aku langsung pakai mukena, supaya anak-anak tidak bertanya," ia mengaku.Kami pun sholat berjamaah, setelah selesai aku teringat dengan perkataan Mang Ardhan kemaren tentang gajiku. Aku harus mendiskusikannya dengan Kinanti.Aku menariknya agar bersandar di bahuku, lalu ku genggam tangannya yang masih dalam mukena."Yang! Gimana, ya, pekerjaan Abang di bengkel? Gaji segitu ... cukup nggak buat kebutuhan kita? Atau Abang cari pekerjaan lain aja?" Aku serius meminta pendapatnya."Cukup, Bang! Kalau kita pakai untuk memenuhi kebutuhan hidup, bukan
Читайте больше
BAB 14. KINANTI HAMIL
Enam bulan berlalu, sekarang usaha laundry kami semakin berkembang."Alhamdulillah, ya, Sayang! Ibu-ibu sudah semakin malas nyeterika baju." Aku terkekeh sambil menyelipkan sejumlah uang untuk ditabung ke bank besok hari."Sudah berapa sih tabungan kita, Bang?" Ia menarik lembut buku tabung yang ada di tanganku untuk melihat nominalnya."Alhamdulillah sudah banyak," jawabku. Jujur saja tabungan kami sudah cukup untuk membeli lima ekor sapi bujang.Semenjak kami membuka usaha laundry, Kinanti tidak pernah lagi berjualan. Ia di rumah mengurus usaha laundry bersama seorang karyawan yang bernama Kak Emi. Mereka yang mengerjakan semuanya, aku yang bertugas antar jemput orderan.Biasanya orderan cukup aku bawa dengan motor matic biasa, sekarang aku sudah merubah motorku menjadi becak motor karena orderan sudah semakin banyak.Uang hasil usaha laundry kami tabung seutuhnya, sedangkan kebutuhan dapur aku penuhi dengan bekerja di bengkel, rasanya masih enggan meninggalkan Mang Ardhan. Seperti
Читайте больше
BAB 15. ADA APA?
Aku langsung menyambutnya, beruntung aku masih muda dan gerak refleksku berfungsi dengan baik. Sedetik saja aku terlambat isteriku akan mendarat di lantai. Seandainya itu terjadi aku tidak bisa bayangkan apa yang akan terjadi dengan calon anakku.Ini pengalaman pertamaku menjaga ibu hamil, aku harus siap siaga. Aku sering baca di artikel dan juga lihat di YouTube tentang kehamilan. Ada banyak pelajaran yang bisa aku ambil, aku tidak mau kehamilan isteriku bermasalah."Hati-hati, Sayang! Berarti benar kita harus nambah karyawan," putusku. Kali ini tidak ada protes lagi dari isteriku."Ya sudah, nanti ku tanya Kak Emi, mungkin dia punya teman yang mau bekerja di laundry kita." Kinanti tidak jadi pergi membuatkan aku teh, dia duduk kembali di atas ranjang.Kak Emi adalah satu-satunya karyawan kami saat ini. Dia lebih tua dari Kinanti, makanya kami memanggilnya dengan kak.Keesokan harinya aku bekerja seperti biasa, saat baru sampai di bengkel pesan singkat dari Kinanti masuk. [Bang, kita
Читайте больше
BAB 16. DAHSYATNYA FITNAH
"Halahh ... mentang-mentang sudah kaya, seenaknya kau siksa Siska!" Salah seorang tetangga bicara dengan keras. Dari nada suaranya saja aku tahu mereka benar-benar emosi. Masih banyak suara memojokkan lainnya yang dapat aku dengar. Aku mencoba menenangkan mereka bertiga sekarang."Tenang ya! Ada ayah," ucapku sambil terus memeluk mereka.Sore yang aku harapkan menjadi sore yang indah seperti biasa, berubah menjadi sore yang sungguh mencekam. Hati kepala keluarga mana yang tidak sakit melihat keluarganya dipojokkan di depan mata."Bang, Siska fitnah aku!" adunya padaku, Kinanti Terus mengusap air matanya.Siska mendekati kami, lalu bicara dengan lantang, "Mbak Kinanti cemburu padaku, ia berpikir aku akan merebut Mas Al! Tadi sore ia marah dan merendam tanganku ke air setrika uap. Ini buktinya."Gadis itu mengangkat tangannya yang sudah memerah. Pengakuannya terlihat sangat meyakinkan. Jika aku tidak mengenal isteriku, aku juga pasti percaya pada Siska. Begitu pun semua tetangga di sek
Читайте больше
BAB 17. FITNAH 2
"Kinanti bukan orang seperti itu!" geramku pada Bang Panji. Ia mencibir tanpa menjawab ku.Pak RW memandang Kinanti dan Siska bergantian. Kedua wanita itu masih menangis. Siska terlihat sangat pandai berakting, aku menggelengkan kepala atas kelakuannya.Pak RW seperti terlihat bingung, akhirnya ia berucap, "Kita punya bukti, juga kemungkinan motif yang membuat Mbak Kinan melakukan hal itu terhadap Siska. Tapi maaf, saya tidak dapat menemukan motif Siska memfitnah Kinan! Karena mereka bukan saingan bisnis atau yang lainnya.""Iya, Pak! Saya sependapat dengan, Bapak!" potong Bang Panji. "Lagian mana mungkin seorang gadis rela menyakiti tangannya sendiri. Itu sungguh di luar nalar, Pak!" tambahnya."Betul," sorak warga dari depan pintu. "Usir saja mereka!"Kinanti tampak lemah, bagaimana pun ia menyangkal tetap saja tidak ada yang percaya padanya, selain aku dan anak-anak. Ya Allah lindungilah buah hati kami. Pikiranku tertuju pada si sholeh yang masih sangat lemah untuk menanggung ini s
Читайте больше
BAB 18. AKU TIDAK SENDIRI
Aku masih sangat ingin membela isteriku, rasanya inginku mengajak mereka melakukan sumpah pocong untuk membuktikan isteriku tidak bersalah. Tapi itu mustahil karena aku sendiri takut jatuh pada perbuatan syirik."Sekali lagi maaf, Mas Al! Saya tidak bisa membantu banyak. Saya pamit dulu, semoga Mbak Kinan baik-baik saja." Pak RW keluar dari rumahku, tanpa bisa aku cegah lagi.Hari sudah hampir maghrib, sekarang aku menemui Kinanti di dalam kamar. Ia masih termenung, Mixi dan Yura memijit kakinya di sebelah kiri dan Kak Emi di sebelah kanan. Pandangannya terlihat menerawang jauh ke atas."Bisa kalian tinggalkan Ayah dulu! Ayah mau bicara dengan ibu," ucapku pada anak-anak. Mereka pun keluar dari dalam kamar."Kak, tolong jaga mereka, ya!" pintaku pada Kak Emi.Untuk pertama kalinya aku tidak risih dengan kehadiran orang lain di rumah ini. Aku benar-benar merasakan ketulusannya Kak Emi membantu kami."Sayang!" Aku langsung memeluk isteriku."Bang! Mungkin ini teguran dari Allah, atas ke
Читайте больше
BAB 19. SUAMI ANDALAN
Aku kembali ke ruang UGD.Kak Emi tidak bisa lagi menemani kami, karena dia juga punya keluarga dan anak yang membutuhkannya di rumah. "Kakak pamit dulu ya, Al! Anak Kak yang kecil nggak bisa tidur jika Kak tidak di rumah!" paparnya.Aku sangat mengerti alasan Kak Emi, hanya ucapan terima kasih yang bisa aku ucapkan, "Terima kasih ya Kak, aku tidak tahu bagaimana tadi jika, Kak Emi, tidak membantuku!""Sudah kewajiban kita saling membantu. Kamu yang kuat, ya!" imbuhnya. Ia memegang kepala Mixi dan Yura, membelai rambut mereka dengan lembut. "Kalian berdua juga, yang kuat ya anak pintar!""Tapi aku nggak bisa mengantar Kak pulang!" sesalku.Kak Emi sudah sangat baik pada kami hari ini, tapi untuk mengantarnya pulang sungguh aku juga tidak bisa. Tidak mungkin meninggalkan Kinanti dan anak-anak di sini."Tenang saja, Al! Suami Kak sudah di perjalanan, sebentar lagi dia sampai."Benar saja, baru sebentar Kak Emi mengatakan itu, suaminya sudah sampai dan langsung menyapaku, "Al, Abang turu
Читайте больше
BAB 20. KEGAGALAN KINANTI
Aku kembali memanggil dokter untuk memberitahu ke adaan Kinanti yang mengeluh pusing, dengan cepat dokter menghampiri dan memeriksa isteriku."Bagaimana, Bu?" tanyaku dengan tidak sabar."Ke adaan pasien baik, Pak! Mungkin karena belum makan! Ibu makan dulu, ya! Kasihan dedek bayi kalau ibunya sakit. Pikiran Ibu juga harus dijaga! Jangan terlalu banyak pikiran ya, Bu," jelas dokter, setelah berbincang beberapa saat dokter itu izin keluar dari ruangan UGD.Aku lega mendengar penjelasan dokter, syukurlah pusing yang dikeluhkan Kinanti bukanlah hal yang buruk."Abang, belikan makanan dulu, ya!" izinku."Aku mau minum aja, Bang. Belum selera makan. Nanti saja kalau kita sudah pindah ke ruang rawat!""Kalau begitu, Abang minta Teh Yusri yang temani kamu, ya! Nanti dia yang kasih minum. Abang urus administrasi sebentar!"Kulihat isteriku mengangguk setuju. Aku bahkan tidak punya air, tapi aku ingat, Teh Yusri punya minum sisa kami makan tadi.Kutinggalkan Kinan dengan Teh Yusri di dalam rua
Читайте больше
Предыдущий
123456
...
11
DMCA.com Protection Status