All Chapters of Siksaan Dari Tunangan Kakakku: Chapter 21 - Chapter 30
32 Chapters
Bagian 21 Sedikit berubah.
Pagi sekali Ronald terbangun dari tidurnya, ia merasakan pegal di beberapa bagian tubuhnya setelah tidur di sofa, ia meliuk-liukkan tubuhnya sebentar agar merasa lebih baik, setelah melakukan itu ia terpekur karena mengingat kembali kejadian tadi malam, jelas-jelas ia telah merampas dengan paksa milik Nadin. Sebenarnya tidak masalah jika melakukan itu dengan Nadin karena mereka adalah pasangan yang sah, hanya saja caranya sangat salah, lagi pula awalnya ia hanya ingin bermain-main."Ayo, nak! Sarapan dulu, Nadin bilang kalian harus balik lebih awal kan?" Ajak Bu Sinta begitu melihat Ronald keluar dari kamar. "Oh, iya Bu." Ucap Ronald asal mengiyakan saja, sambil duduk di salah satu kursi yang ada di meja makan itu, matanya melirik Nadin yang sedang menyantap makanan yang sudah mau habis."Ayo cepat, bukannya kau punya urusan penting?" Timpal Nadin terkesan memaksakan diri untuk turut bersuara, sepertinya ia hanya ingin memperlihatkan pada ibunya kalau ia baik-baik saja."Iya, benar."
Read more
Bagian 22 Family Gathering
Keesokan harinya Nadin kembali bekerja, kebetulan bertemu Ferdi di depan kantor, mereka pun masuk bersama. Saat masuk ke dalam kantor, semua orang telah berkumpul di lobi. Ternyata ada pengumuman penting di layar yang sengaja di pasang di tengah-tengah lobi agar semua karyawan langsung melihat jika ada informasi yang penting, kadang mereka terlambat mengetahui info jika dikirimkan ke media masing-masing. Di sana tertulis tentang agenda akhir tahun di perusahaan Bramasta, di kalimat terakhir semua orang diminta untuk berkumpul di aula perusahaan. Isi dari pengumuman itu di antaranya adalah akan diadakan family gathering. Jadi, setiap akhir tahun perusahaan Bramasta selalu mengadakan acara itu agar menjaga hubungan antar karyawan atau sebagai refreshing dan banyak lagi hal positif lainnya. Adapun pemilihan tempatnya, biasanya perusahaan mengadakannya di tempat-tempat pariwisata bahkan sampai ke luar negeri. Sama seperti sekarang mereka kembali mengadakan kegiatan tahunan itu dan pada ke
Read more
Bagian 23 Kata Cerai
"Lepaskan!!!" Seru Nadin, ia menggoyang-goyangkan tangannya demi melepaskan diri dari Ronald."Bisa diam gak? Ikut saja, sekarang ini aku sedang menyelamatkanmu." Tegur Ronald, tapi ia tetap melepaskan gadis itu."Oh ya? terima kasih! Tapi aku tidak butuh." Ucap Nadin."Kau harus melihat keadaan, jangan berbuat seenaknya." Omel Ronald. "Terus aku harus diam saja diperlakukan seperti itu? Kau juga harusnya jaga sikap, karena kelakuanmu yang terlalu dekat dengan Nata yang membuat mereka merendahkanku. Padahal kaulah yang memaksakan pernikahan ini, kenapa malah aku yang kena batunya?" omel Nadin tidak mau kalah."Memangnya apa yang aku lakukan?" Ronald meminta penjelasan."Selama ada Nata kau melupakan istrimu ini. Oh, tidak! Sejak awal kau memang tidak berniat menganggapku ada, tapi harusnya kau ingat ini acara family gathering, mau atau tidak aku adalah keluargamu di sini, dan semua orang tau itu." Jelas Nadin tampak berapi-api."Kamu cemburu?" Selidik Ronald."Cemburu!? Enak saja, to
Read more
Bagian 24 Menjadi perawat.
Nadin susah payah membopong Ronald di sepanjang jalan, ia sempat memberikan tongkat pada Ronald agar bobot tubuhnya yang berat dan keras sedikit berkurang. Hingga akhirnya mereka tiba di tempat titik kumpul. Saat melihat keadaan Ronald, semua orang sigap memberi pertolongan, seseorang langsung menggantikan Nadin memapah tubuh Ronald, seseorang lagi sigap mengambilkan kursi, sementara itu Nadin langsung membiarkan tubuhnya menggelepar di tanah dengan nafas ngos-ngosan, layaknya ikan yang sedang butuh air. Ronald meliriknya dengan tatapan yang bercampur aduk, antara menahan sakitnya atau menertawakan Nadin, tapi jauh di dalam hati ada sedikit rasa kagum. Namun sedetik kemudian raut wajahnya berubah saat Ferdi mendekati Nadin, dan mengulurkan tangan untuknya."Kamu baik-baik saja?" Ucap Ferdi seraya membantu Nadin bangun."Iya! Aku hanya kelelahan setelah berjalan sambil menanggung beban yang sangat berat, bahkan hatiku ikut lelah membawanya." Sindir Nadin sambil melirik Ronald yang suda
Read more
Bagian 25 Masih Khawatir
Malam telah datang, Nadin memastikan seluruh keperluan Ronald sudah tersedia. Setelah itu, Nadin ke kamarnya sendiri untuk istirahat. Adapun Ronald, ia sudah tertidur lebih dulu. Tapi saat Nadin ingin tidur ia tidak bisa menutup mata, tiba-tiba saja ia merasa khawatir, seperti halnya seorang perawat yang khawatir pada pasiennya. Ia pun kembali ke kamar Ronald dan tidur di sofa.Saat tengah malam, suara Ronald membuatnya terjaga, sepertinya Ronald sedang mimpi buruk, nafasnya terengag-engah dan tubuhnya berkeringat dingin. Nadin buru-buru menghampirinya lalu membangunkannya."Ronald...! Hei!" Panggil Nadin sambil mengguncang tubuh Ronald, tapi Ronald tidak lantas bangun, ia pun meletakkan tangannya di sisi kiri dan kanan kepala Ronal lalu berteriak tepat di depan wajahnya."Ronald!! Bangunlah!" Panggil Nadin, lebih keras dari sebelumnya. Mata Ronald berhasil terbuka, ia menatap Nadin yang masih setia memegangi kepalanya dengan nafasnya yang masih terengah-engah."Kamu mimpi apa sih!?" S
Read more
Bagian 26 Rencana Melepaskan Diri
Nadin mulai memikirkan cara agar dirinya bisa diusir dari rumah Ronald. Ia berpikir, dengan begitu Ronald akan melepaskannya dengan suka rela tanpa meninggalkan trauma dan menyakiti orang tuanya. Sebelum melancarkan misinya, Ia bertanya kepada para pelayan untuk mengumpulkan informasi, hal apa saja yang paling disukai dan paling dibenci oleh Ronald, ia berhasil mendapatkan beberapa info. Ia akan melakukan yang ringan-ringan dulu sebagai pemanasan. Ia akan melakukan rencana besarnya saat kaki Ronald sudah sembuh.Dari informasi yang ia dapatkan dari para pelayan di dapur, Ronald sangat tidak suka bubur ayam yang dicampur dengan kuah, dan ia akan menyiapkan makanan itu untuk sarapan Ronald. Ada juga informasi dari pelayan yang mengurus kebersihan, Ronald sangat tidak suka kalau ada basah di depan kamar mandi, ia bisa mengamuk jika menemukan hal itu, tapi Nadin malah meletakkan keset yang basah di tempat itu.Ronald telah terbangun di pagi hari, ia mengucek matanya lalu bangun kemudian be
Read more
Bagian 27 Gagal Total
Satu Minggu telah berlalu. Selama seminggu itu Nadin sangat setia mengurus keperluan Ronald dengan telaten, ia juga menahan diri untuk melancarkan rencananya. Berkatnya Ronald bisa sembuh dengan cepat, gips di kakinya pun sudah dilepas, ia sudah bisa beraktivitas seperti biasanya. Hari itu ia mulai datang ke perusahaan, ia datang bersama Nadin, mereka datang bersama atas perintah Ronald, karena semua orang tau Nadin adalah istri yang merawatnya selama kakinya sakit. Semua orang tampak menunggu kedatangannya, mereka semua memberi ucapan selamat atas kedatangannya kembali ke perusahaan ataupun ucapan selamat atas kesembuhannya, tidak sedikit juga yang memberinya hadiah, ia menerima semua hadiah-hadiah itu lalu menyerahkannya pada Selfi untuk disimpan. Saat dirawat di rumah pun sudah banyak yang datang menjenguk tapi yang datang rata-rata para petinggi di perusahaan, salah satunya adalah ayah Nata. Semua orang hanya memperhatikan Ronald, ia seperti bulan di antara para bintang, sepertinya
Read more
Bagian 28 Terasa Hangat
Hari telah berganti, Rencana Nadin agar terusir dari rumah Ronald gagal total, ia juga menyerah. Akhirnya ia pasrah menjalani kehidupannya.Hari ini ia kembali berangkat ke perusahaan untuk bekerja seperti biasanya. Berangkat sendiri menggunakan kendaraan umum. Berbeda dengan Ronald yang berangkat dengan kendaraan pribadi kadang dengan sopir kadang juga menyetir sendiri.Ketika mobil yang membawa Nadin tiba di depan kantor Bramasta, ia turun lalu membayar ongkosnya, saat mobil itu telah pergi, sebuah mobil lain bergerak ke arahnya, karena penasaran, ia menunggu mobil itu berhenti tanpa ada rasa curiga sama sekali. Saat mobil itu tiba tepat di depannya, orang dari dalam mobil membuka pintu dan menariknya masuk dengan paksa, ia sempat berontak dan berteriak tapi segera mulutnya disekap oleh orang yang berada di dalam mobil dan membiusnya hingga pingsan.Selfi mengetahui itu dari karyawan yang melihat kejadian, ia melaporkannya pada Ronald."Pak, ada yang melihat Bu Nadin, dibawa pergi ol
Read more
Bagian 29 Permintaan Rekan Kerja
Nadin telah kembali dari rumah sakit setelah mendapatkan perawatan selama dua hari, hanya Selfi yang selalu setia menemaninya selama dirinya dirawat, Selfi juga yang mengantarnya pulang saat ini, ia tidak memberitahu orang tuanya tentang keadaannya karena tidak ingin membuat mereka khawatir. Adapun Ronald, ia tidak pernah sekalipun datang menjenguknya, ia telah menyerahkan semua pengurusan Nadin kepada Selfi. Saat tiba di rumah Ronald, Nadin berniat langsung masuk ke kamarnya. Tapi ia menghentikan langkahnya saat berpapasan dengan Ronald, ia hendak tersenyum pada Ronald dan mengucapkan terima kasih, mengingat Ronald sudah menolongnya beberapa waktu lalu, tapi ternyata Ronald hanya menatapnya dingin itu pun hanya sejenak lalu pergi begitu saja, ia akhirnya menarik kembali guratan senyum yang hendak timbul serta membuang niatnya untuk mengucapkan terima kasih. Matanya memperhatikan kepergian Ronald dan melihat ada memar dan luka gores di tangan Ronald."Aku pikir dia sudah le
Read more
Bab 30 Rencana rekan kerja
Malam pun tiba, Nadin memasuki sebuah bangunan yang tidak begitu besar, tapi tatanannya yang estetik membuat nyaman berada di dalamnya. Ia mendekati meja yang sudah ada beberapa rekan kerja yang sedang menunggu, ia bersyukur karena tidak ada yang menyinggung masalah CEO mereka, mungkin belum karena perhatian mereka masih terfokus pada pemeran utama yang sedang berulang tahun belum hadir, tapi beberapa saat kemudian Pak Hery akhirnya tiba. Ferdi juga datang setelahnya."Hai, Fer!" sapa Nadin."Gimana? CEO kita bisa datang nggak?" bisik Ferdi, Nadin segera melotot padanya dan berkata, "jangan dibahas, aku sedang berharap mereka melupakannya" Nadin sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Ferdi agar semua orang tidak mendengar suaranya membuat Ferdi tertawa ringan."Ayo pesan menu-menu yang ada, kita akan berpesta malam ini" seru Pak Hery, sambil mengambil buku menu, ia memilih beberapa dan menawarkan kepada yang lainnya juga, seorang pelayan sudah bersiap mencatat setiap menu yang disebutk
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status