Semua Bab Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan: Bab 11 - Bab 20
56 Bab
11. Malam Pertama Yang Tak Diinginkan
Sebuah suara jeritan memenuhi ruang kamar kecil itu. Dea menahan rasa sakit yang luar biasa pada inti tubuhnya. Begitu menyakitkan baginya.Air mata terus mengalir deras dari kedua mata milik Dea. Namun Bian tak peduli sama sekali. Ia terus bergerak sesuka hatinya sambil sesekali meracau menyebut nama Dea."Cukup Kak," ucap Dea namun tersekat di tenggorokannya.Beberapa jam berlalu. Bian mulai terkapar lemah di sebelah Dea. Gadis itu menangis hingga ikut tertidur di samping seorang lelaki yang telah merenggut kesuciannya.Keesokan harinya Dea terbangun terlebih dahulu. Ia masih merasakan sakit yang tiada terkira.Perlahan gadis yang tak lagi perawan itu mulai bangun. Ia mencoba melangkah menuju kamar mandi. Jalannya tertatih seakan sangat sulit untuk bergerak bebas.Dea mengahabiskan waktunya di bawah kucuran air shower. Hatinya sakit meski sebenarnya akan lebih sakit jika Bian melakukan hal itu dengan Mawar."Kenapa Kak Bian tega?"Dea memejamkan sejenak kedua matanya. Tanpa terasa a
Baca selengkapnya
12. Khawatir
"Mawar apa yang sedang kamu lakukan?" Bian menaikkan sebelah alisnya sambil membetulkan dasinya."P–Pak Bian?" Tergagap Mawar menjawab pertanyaan dari sang atasan.Bian melihat jam di tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Seharusnya mereka sudah berada di ruangan kerja masing-masing."Ikut ke ruangan saya!" perintah Bian kepada sekretarisnya. Ia ingin Mawar tidak bertindak seenaknya sendiri saat di kantor tempatnya bekerja.Mawar pun hanya menurut saja. Tidak mungkin ia melawan saat di kantor. Ia pun tidak mau dipecat secepat itu.Sementara dari kejauhan, Dea tengah memperhatikan. Kini ia bingung dengan perasaannya sendiri. Ada rasa cemburu tiap kali melihat Bian dengan Mawar. Apalagi setelah kejadian tadi malam."Apa benar Kak Bian mencintaiku? Atau dia juga ada affair dengan Mawar?"Meski kesal dan sangat sakit hati dengan Mawar, Dea tidak ingin bertindak gegabah. Ia harus bisa membalaskan dendamnya kepada Mawar dengan cara yang licik.Gadis itu pun tidak ingin terba
Baca selengkapnya
13. Terbawa Perasaan
"Mamaku ingin aku datang ke rumahnya. Katanya dia butuh pertolongan."Akhirnya Dea menceritakan tentang permasalahan keluarganya. Kedua orang tuanya yang berpisah karena perselingkuhan. Juga mantan tunangan yang telah mengkhianatinya. Semua teman-teman Dea merasa iba. Apalagi David yang berniat menjadi penawar hatinya."Aku akan mengantarkanmu nanti pulang kerja," tawar David kemudian."Atau kamu bisa ijin setelah kita sampai di kantor," timpal Naomi."Terima kasih, Nom."Dea melihat ke arah David yang sedari tadi menunggu jawaban darinya."Untuk kamu, Dav. Terima kasih sudah peduli kepadaku. Aku tidak mau merepotkanmu. Sebaiknya aku datang sendiri saja."David tidak bisa memaksa. Ia hanya bisa mendo'akan yang terbaik untuk Dea.Setelah tiba di kantor, Dea mencoba meminta ijin kepada atasannya di ruangan sang manajer."Kamu harus tahu bahwa kamu itu karyawan baru di sini. Saya harap ini memang urusan mendesak. Dan kamu hanya diperboleh ijin satu kali saja dalam bulan ini. Mengerti?"
Baca selengkapnya
14. Merasa Bersalah
"Dengarkan dulu penjelasan kakak, Dea."Bian menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya secera perlahan."Mama akan segera menjalani kuretase. Kakak akan mengantarkan kamu ke rumah sakit."Dea mulai merasa tenang. Namun lagi-lagi Bian yang telah menolongnya. Membuat gadis itu merasa bersalah."Kak Bian tidak ganti baju dulu?" lirih Dea mengalihkan pembicaraan."Hanya basah sedikit. Kakak memang tidak membawa baju ganti."Lelaki tampan itu segera tancap gas. Ia tidak ingin membuat Dea menunggu terlalu lama.Sedangkan gadis itu merasa aneh. Untuk diri sendiri Bian tidak terlalu memikirkan. Tetapi untuknya, sudah dipersiapkan baju baru yang bahkan sangat pas dengan ukuran tubuhnya.Dea pun hanya diam. Ia tidak tahu harus berkata apa lagi.Tak butuh waktu lama, mereka berdua telah tiba di rumah sakit. Dea dan Bian berjalan cepat menuju ruang tunggu.Melihat ada papa tirinya, gadis itu segera menautkan tangannya pada lengan kekar milik suaminya.Bian paham akan keadaan itu. Ia gen
Baca selengkapnya
15. Masih Ragu
"Em ... maaf," ucap Bian kemudian.Seketika Dea menarik tangannya. Ia berusaha untuk tetap tenang."Kakak bisa makan sendiri 'kan?" Gadis itu merajuk.Karena Bian tahu jika Dea juga kelaparan, maka ia memilih untuk makan sendiri. Lelaki itu mengangguk pelan seraya menggeser mangkoknya agar lebih dekat.Mereka berdua pun makan dalam keadaan sunyi. Hanya sesekali terdengar suara sendok yang beradu dengan mangkok itu.Bian hendak berdiri untuk mengambil minum, namun dengan cepat Dea melarangnya."Biar Dea yang mengambilkan minumnya. Kak Bian mau minum apa?""Air putih saja."Bian tersenyum tipis merasakan perhatian penuh dari istrinya. Hal yang tak pernah ia dapatkan sebelum-sebelumnya.Sementara Dea segera beranjak dari tempatnya. Ia juga minum air putih sama seperti suaminya. Malam itu Dea menemani Bian sampai selesai makan. Ia membersihkan mangkok dan gelas yang kosong."Dicuci besok saja, Dea. Sudah malam.""Tidak apa-apa, kok. Sebaiknya Kak Bian segera beristirahat di kamar.""Kamu
Baca selengkapnya
16. Kenikmatan (21+)
Karena merasa penasaran Dea mulai mencicipi bubur buatannya. Dan hampir saja gadis itu muntah-muntah karena rasanya yang sangat asin."Kak Bian, kenapa tidak mengatakannya? Biar Dea buatkan yang baru.""Tidak perlu, Dea." Tiba-tiba Bian sudah menarik tangan istrinya yang hendak beranjak pergi. Karena ia terlalu kuat dalam menarik hingga tubuh Dea jatuh ke atas tubuhnya.Gadis itu dapat merasakan hawa panas mulai menyelimuti tubuhnya. Ia menatap kedua mata Bian yang juga menatapnya. Tanpa terasa tangan Dea membelai wajah sang suami."A–aku harus—"Bian menautkan jemarinya pada jari-jari milik Dea. Kemudian ia bawa dan kunci ke atas kepala gadis itu hingga tidak dapat bergerak.Sekejap saja bibir Bian telah menguasai bibir Dea. Gadis itu hanya bisa pasrah tanpa mampu untuk mengelak. Gelenyar aneh mulai menyeruak ke seluruh tubuhnya.Suasana pagi yang semakin memanas. Dea telah terbuai akan kenikmatan yang Bian ciptakan untuknya.Bian masih merasa lemah. Ia berbisik sesuatu kepada istrin
Baca selengkapnya
17. Menolak Lagi?
Dea melihat banyak sekali lebam-lebam pada wajah mamanya. Ia sungguh tidak tega melihatnya.Begitupun dengan Bian. Ia mencengkeram dengan kuat tangannya sendiri. Lelaki tampan itu ingin balas dendam terhadap Lukman."Ke mana lelaki itu, Ma? Katakan!" ucap Bian meradang."Mama tidak apa-apa. Ayo duduk dulu kalian. Biar Mama buatkan minuman.""Tidak perlu, Ma. Biar Dea yang buatkan minumannya. Mama ngobrol saja sama Kak Bian."Wanita paruh baya itu mengangguk. Kemudian duduk dan diikuti oleh anak laki-lakinya."Bian akan carikan asisten rumah tangga buat Mama."Amelia menggeleng. Ia tidak mau merepotkan lelaki itu."Mama tidak boleh menolak. Bian akan kirimkan ART dan seorang satpam. Bian tidak mau Mama kenapa-napa.""Maafkan, Mama, Nak. Selalu merepotkanmu," ungkap Amelia sendu."Semua yang Bian lakukan ke Mama tidak akan pernah bisa menggantikan ketulusan dan kesabaran Mama dalam merawat Bian sejak kecil. Dan terima kasih, Mama telah menyatukan Bian dengan Dea.""Ehem!"Terdengar suar
Baca selengkapnya
18. Naik Darah
Dea mengangguk cepat. Kali ini ia tidak akan menolak lagi tawaran menjadi sekretaris suaminya sendiri. Ia tidak mau jika Bian kembali mencari sekretaris baru yang mungkin lebih cantik dari Mawar dan dirinya."Dea mau kok jadi sekretaris Kakak," ucap gadis itu dengan penuh keyakinan.Bian tersenyum lega. Dugaannya kali ini tidak meleset. Ia berpikir jika istrinya tersebut ada sedikit rasa cemburu kepadanya."Bagus. Sekarang waktunya kita makan." Bian berucap dengan sangat tenang meski di dalam hatinya merasakan kebahagiaan. Tentu kebahagiaan itu tercipta karena sikap Dea.Hidangan pesanan pun telah siap di atas meja. Bian dan Dea saling menikmati makanan yang ada dengan suasana hening. Masih sama seperti sebelumnya, mereka saling diam saat makan.Setelah menyelesaikan makan pagi bersama, Bian sengaja mengajak istrinya untuk menemaninya membeli barang yang ia butuhkan. Bahkan ia tidak memberitahukan hal itu sejak awal."Bagaimana kalau nanti terlambat tiba di kantor? Kak Bian ada-ada aja
Baca selengkapnya
19. Berdansa
"David? Kamu di sini?" tanya Dea merasa tidak percaya. Ia pikir David tidak akan menemuinya lagi.David menatap tajam ke arah manik mata indah milik Dea. Meski kecewa, ia masih mencintai gadis itu. Gadis yang ia sangka wanita baik-baik dan berbeda dari wanita yang lainnya."Jadi kamu ada hubungan apa sama Pak Bian? Kamu simpanan sang CEO itu?" balas David dengan nada yang merendahkan.Dea terdiam membisu. Ia mendadak kebingungan. Bagaimana mungkin David bisa berbicara seperti itu kepadanya.David memasukkan tangannya pada saku celananya. Ia hendak menunjukkan video yang baru saja ia rekam beberapa waktu yang lalu. Tetapi tiba-tiba ada seorang cleaning service yang menyenggol lelaki itu dan menumpahkan air bekas pel."Aduh maaf, Mas."David mengumpat di dalam hatinya. Bajunya basah dan kotor gara-gara kecerobohan seorang wanita yang jalannya tergesa-gesa.Kalau saja tidak ada Dea di dekatnya, pasti David sudah memarahi wanita itu. Walau bagaimanapun juga David masih butuh rasa simpati
Baca selengkapnya
20. Area Favorit
Melihat istrinya ada yang menggoda, Bian segera menghentikan pergerakan Angel dan meninggalkannya sendirian."Kak Bian tunggu!" Angel segera mengikuti ke mana pujaan hatinya itu pergi. Rupanya kini ia tahu mengapa Bian meninggalkannya begitu saja seorang diri.Bian berjalan cepat menuju tempat duduk Dea. Istrinya tersebut hendak berdiri, namun belum menyambut uluran tangan dari lelaki di depannya."Jangan sentuh istriku!" ucap Bian tegas seraya menampik uluran tangan seorang lelaki tampan yang mencoba menggoda Dea.Angel pun sudah berada di dekat mereka. Lelaki yang mencoba mengajak Dea berdansa adalah kakaknya."Kak Marco! Telat banget datangnya. Kebiasaan!" sindir Angel kepada kakaknya."Ya, aku memang datang belakangan. Tetapi tidak ada kata terlambat untuk berkenalan dengan istri Bian bukan?"Lelaki itu menatap ke arah Dea yang hanya diam sedari tadi."Kamu sangat cantik Dea," ucap Marco dengan nada menggoda."Terima kasih—" Dea menghentikan kalimatnya."Panggil saja Marco."Dea
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status