Semua Bab Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan: Bab 31 - Bab 40
56 Bab
31. Curiga
"Berniat kabur agar tidak ada yang melihat, justru ketahuan oleh papa mertua. Sangat memalukan. Untung Papa Justin tidak seperti Mama Regina. Tapi kenapa tiba-tiba dia ke sini, ya?" ucap Dea seorang diri.Sebenarnya gadis itu merasa sangat penasaran. Tetapi dia tidak mungkin jika mengintip dari balik pintu.Sementara Justin tengah mencari Bian di ruangan pribadinya. Lelaki tampan itu masih bertelanjang dada sambil asyik melamun."Anak muda memang seperti itu," sindir sang papa merasa gemas.Bian tersentak kaget. Ia tidak menyangka jika akan ada tamu yang tidak diundang datang menemuinya."Eh, Papa. Kenapa ke sini?" tanya Bian asal."Oh, jadi papa tidak boleh datang ke perusahaan milik papa sendiri?" protes lelaki paruh baya itu."Bukan begitu, Pa. Harusnya papa bilang dulu, biar—""Biar kamu tidak ketahuan habis mengerjai sekretaris kamu," ejek Justin memelankan suaranya."Ah, Pa. Pasti dulu Papa juga begitu."Bian pun segera mengambil pakaian atasnya kemudian segera memakai pakaian i
Baca selengkapnya
32. Mata-Mata
"Oh, ini." Dea memegang tengkuknya perlahan. "Tidak tahu, Kak Bian. Sepertinya Dea kurang enak badan.""Kamu yakin?" tanya Bian memastikan.Dea hanya mengangguk saja. Ia memang tidak pandai jika harus berpura-pura di hadapan seseorang."Minum coklat ini. Setelah itu tidurlah di ruangan kakak.""Terima kasih Kak Bian. Boleh Dea pulang lebih awal?" tanya Dea pelan.Bian tampak berpikir. Hari ini banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan. Tidak mungkin ia meninggalkan kantor karena besok harus datang ke rumah sang mama."Tapi Dea? Kakak tidak bisa mengantarkanmu pulang. Tidurlah di ruangan pribadiku." Bian masih membujuk."Dea bisa naik taksi Kak. Dea mohon."Gadis itu terlihat bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Padahal sebenarnya Dea mencari cara agar bisa menemui Reno tanpa harus ketahuan dengan Bian."Baiklah."***Pukul dua siang Bian menyempatkan waktu untuk mengantarkan Dea pulang. Ia tidak tega jika membiarkan sang istri pulang naik taksi."Terima kasih, Kak Bian. Maafkan Dea su
Baca selengkapnya
33. Ingin Disentuh
BRAAKKK !Petugas hotel berhasil membuka pintu kamar hotel yang ditempati Dea dan Reno. Bian segera menghampiri Dea dan memeluk istrinya tersebut."Kak Bian." Gadis itu menangis pilu.Bian baru ingat jika jasnya masih dipakai Annisa saat ia meninggalkannya tadi. Lelaki itu segera meminta jas yang digunakan orang suruhannya."Berikan jas kamu!" perintah Bian."Siap, Pak."Dea masih menunduk malu. Kemudian melirik ke arah Bian. "Jas Kak Bian ke mana?" tanyanya kemudian."Oh, tadi ketinggalan di kantor."Reno berhasil ditangkap oleh pak polisi. Ia semakin dendam dengan Bian."Lepaskan! Saya tidak bersalah, Pak!" ucap Reno berusaha melepaskan diri."Nanti jelaskan saja di kantor."Salah satu polisi pamit kepada Bian dan Dea. Mereka juga akan dimintai keterangan lebih lanjut."Terima kasih, Pak."Seiring perginya pak polisi, orang suruhan Bian juga undur diri."Terima kasih, Ricky. Kamu boleh pulang. Nanti saya kembalikan jas kamu.""Tidak perlu, Pak Bian. Buat Ibu Dea saja."Ricky pun seg
Baca selengkapnya
34. Pilih Yang Mana?
Dea menanti kepulangan Bian dengan resah. Hingga dini hari gadis itu tetap menanti. Bahkan ia sudah mencoba menghubungi suaminya berkali-kali tetapi tidak ada jawaban sama sekali."Ke mana Kak Bian? Tidak biasanya dia seperti ini."Ingin sekali Dea menghubungi Ricky, namun ia tidak memiliki kontaknya sama sekali. Gadis itu menangis seorang diri hingga tertidur di ranjangnya.*** Sinar matahari mulai menampakkan diri. Semburatnya masuk melalui celah kecil hingga membuat Bian terbangun dari tidurnya.Lelaki tampan itu tersentak kaget. Seolah ada seseorang yang membangunkannya."Di mana aku?" ucap Bian seraya memegangi kepalanya yang masih terasa berdenyut. Lelaki itu sangat syok ketika menyadari sedang berada di apartemen yang ditempati oleh Annisa.Wanita itu datang dengan sebuah senyuman dan sebuah nampan berisi teh hangat juga beberapa kue."Mas Bian, sudah bangun?" tanya Annisa ramah. Kini ia mengenakan sebuah daster tipis yang kekecilan."An, kenapa aku bisa ada di sini?" jawab Bi
Baca selengkapnya
35. Berteriak Kencang
Saat Dea hendak menerima makanan yang diberikan Bian, tiba-tiba Angel langsung merebut makanan itu."Wah, ini enak sekali Kak Bian. Angel suka banget," celetuk Angel sambil mengunyah.Dea melirik sekilas ke arah suaminya yang hanya diam dan memberikan isyarat melalui dua bola matanya."Coba ini saja, Dea." Marco segera menyuapi gadis itu."Em ... iya, ini lezat Kak Marco," ungkap Dea bersemangat. Hal itu membuat Bian harus menelan rasa cemburu lagi.Setelah acara makan siang selesai, Bian mengobrol dengan sang papa di dekat kolam renang. Sementara Angel sibuk dengan Regina. Dan Marco asyik berenang sendiri di dalam kolam.Namun saat Bian tengah berbicara hal yang serius, tiba-tiba ia dikejutkan dengan kedatangan Dea. Istrinya tersebut memakai pakaian renang dan masuk ke dalam air setelah Marco berteriak memanggil namanya."Airnya dingin sekali, Kak Marco!"Lelaki itu memainkan air hingga terkena tubuh Dea. Mereka saling melempari air dan berteriak bahagia."Aaaaa! Hentikan, Kak!""Sud
Baca selengkapnya
36. Yang Terbaik
Mobil itu berhenti mendadak dan hampir saja tertabrak oleh mobil di belakangnya. Bunyi klakson bersahutan menandakan bahwa mereka marah dengan sikap Bian."Bisa nyetir tidak! Sialan!" teriak salah satu pengendara mobil di belakang mobil milik Bian.Bian mendengarkan beberapa teriakan sekaligus yang memaki-maki dirinya. Ia merasa diri sangat bodoh.Lelaki tampan itu begitu menyesali perbuatannya. Ia yang menunduk dengan mata terpejam mulai membuka kedua matanya. Betapa dirinya sangat terkejut melihat Dea tak sadarkan diri dengan kepala berdarah karena terbentur."Dea ... Sayang ... kamu kenapa? Bangun Dea!"Bian mengguncang-guncangkan tubuh istrinya. Ia semakin merasa bersalah. Tanpa berpikir panjang lagi Bian kembali melajukan kendaraannya menuju rumah sakit terdekat. Lelaki tampan itu tidak peduli dengan orang-orang yang masih marah kepadanya.Tak butuh waktu lama Bian sudah tiba di rumah sakit. Beruntung Dea segera ditangani oleh seorang Dokter. Bian takut jika terjadi apa-apa dengan
Baca selengkapnya
37. Pelukan Reza
Dea tidak sepenuhnya yakin dengan ucapan Bian. Namun ia hanya mengangguk pasrah. Gadis itu sudah cukup lelah jika harus bertengkar terus dengan suaminya.Bian pun dengan perlahan melangkah pergi hingga tak terlihat lagi di pandangan Dea. Gadis itu menatap lurus ke depan. Pikirannya tidak bisa fokus padahal ia butuh banyak istirahat demi menjaga janin yang sedang dikandungnya."Apa benar semua yang dikatakan Kak Bian? Apa benar dia tidak selingkuh?" lirih Dea seorang diri.Dea merasakan kesepian. Ia butuh seseorang untuk berbagi kesedihannya. Namun nyatanya sang mama sibuk sendiri."Apa sebaiknya Dea ke rumah Mama? Dea penasaran Mama sedang sibuk apa. Kenapa tidak ada waktu buat Dea?" Gadis itu mencoba mengirim pesan kepada Amelia. Sesungguhnya ia rindu suasana rumah wanita paruh baya itu. Dea juga rindu masakan mamanya.Sementara Bian bergegas menemui Ricky. Lelaki itu sudah berada di depan apartemen milik Bian yang ditempati Annisa."Bagaimana Ricky?" tanya Bian penasaran. Ia tidak s
Baca selengkapnya
38. Permintaan Maaf
"Mohon maaf, untuk janin yang dikandung Ibu Dea tidak bisa diselamatkan."Amelia merasa syok. Baru saja ia kehilangan calon bayinya, sekarang dia juga harus kehilangan calon cucunya."Bagaimana ini, Mas? Aku kasihan sama Dea. Bagaimana kita harus menyampaikannya?" tanya Amelia kepada Reza.Lelaki itu menarik nafas dalam. Sejujurnya ia juga menginginkan seorang cucu meski tidak tahu apakah diterima Dea sebagai kakek atau tidak."Sudahlah, Mel. Aku yakin Dea anak yang kuat. Ini sudah menjadi jalannya. Sebaiknya kita segera masuk untuk menjenguk anak kita."Reza merangkul Amelia. Mengajaknya masuk ke ruangan Dea sedang dirawat. Gadis itu masih terbaring lemah."Dea, Sayang. Kamu sudah sadar, Nak?" lirih Amelia menghampiri putrinya. Ia membelai rambut Dea dengan penuh kasih sayang. "Dea, mama minta maaf, ya? Menyembunyikan semua ini darimu.""Dea pikir Mama masih bersama Om Lukman. Mama masih cinta sama Papa?" tanya Dea menyelidik."Kamu nggak usah pikirin itu dulu, Dea. Kamu harus fokus
Baca selengkapnya
39. Tatapan Tajam
Bian membuka perlahan pintu ruangan Dea. Gadis itu masih terbaring lemah di ranjangnya. Sementara Amelia tidak ada di tempat itu.Dengan perlahan Dea mulai membuka kedua matanya saat menyadari ada yang masuk dan berjalan ke arahnya."Dea ... maafkan aku," lirih Bian berucap.Dea menatap Bian dengan wajah kesalnya. Rasanya ia ingin menjabak rambut lelaki itu dengan kasar."Harusnya Kakak tidak perlu pulang. Urus saja wanita itu." Dea mengalihkan pandangannya."Dea, kakak benar-benar menyesal. Kenapa kamu harus meninggalkan rumah sendirian? Bagaimana ceritanya bisa seperti ini?" Bian semakin mendekat. Lalu menggenggam tangan istrinya."Dea capek, Kak. Dea ingin berhenti saja."Bian menggeleng cepat. "Tidak, Dea. Kakak tidak akan pernah melepaskanmu."Pintu ruangan terbuka. Menampilkan sosok Amelia dengan Reza. Mereka berdua melangkah pelan menghampiri Dea.Bian melirik penuh rasa penasaran. Ia tidak paham mengapa Amelia datang bersama dengan mantan suaminya."Bian, boleh mama bicara sebe
Baca selengkapnya
40. Tidur Bersama
"Kenapa? Aku suamimu, Dea. Dan selamanya akan jadi suami kamu," lirih Bian seraya merapat ke arah istrinya."Perjanjian kontrak satu tahun. Kakak harus ingat. Dan sekarang Dea sudah tidak mengandung anak Kakak."Bian mendekatkan wajahnya. Sehingga Dea bisa merasakan hembusan nafasnya."Itu hanya sebuah sandiwara. Agar kamu menyetujuinya." Bian memegang dagu Dea. Menghunuskan tatapan dalam seperti mata pisau yang sangat tajam. "Yang harus kamu tahu adalah rasa cintaku yang sangat besar sejak dulu."Dea tak bisa berkata-kata lagi. Ia seakan terhipnotis oleh semua ucapan Bian. Gadis itu memejamkan kedua matanya saat merasakan bibirnya sudah kembali menyatu dengan bibir sang suami.Amelia yang baru saja selesai dari kamar mandi merasa bingung saat kesulitan membuka pintu ruangan Dea."Kenapa pintunya dikunci?" Amelia berteriak sambil mengetuk pintu. "Dea, apakah kamu baik-baik saja?"Dea segera mendorong tubuh Bian. Ia kebingungan di tempatnya."Kak Bian, lepaskan! Bukakan pintu untuk Mama
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status