Lahat ng Kabanata ng Not A Perfect Marriage: Kabanata 31 - Kabanata 40
77 Kabanata
Memohon Pada Winter
"Bagaimana perasaanmu? Apakah masih ada yang sakit?" tanya Tesla yang baru saja selesai melakukan sihir penyembuhan pada Ivy."Sudah lebih membaik, Tesla. Terima kasih," ucap Ivy sembari tersenyum."Bagaimana bisa kau ceroboh seperti itu? Jika kedua energimu tidak seimbang, nyawamu bisa melayang, Iv," ujar Tesla."Maaf, aku tidak memiliki cara lain. Aku, harus bisa melindungi semua orang di istana. Jadi aku menggunakan energi haras membuat tabir keselamatan dan melawan monster yang datang.""Kau, tahu monster dari mana itu, Iv?""Entahlah, hanya saja monsternya hanya satu. Cukup aneh memang."Tesla terdiam mendengar ucapan Ivy, wajahnya terlihat bingung mendengar ucapan Ivy. Bagaimana mungkin menyerang kerajaan hanya dengan satu monster, walaupun monster yang kuat sekalipun ini bukan main-main yang hanya bisa dilakukan dengan 1 monster saja.Pintu kamar Ivy terbuka dari luar, membuat Ivy dan Tesla sama-sama melihat ke asal suara."Race."Ivy mengambil posisi duduk dan bersandar sekara
Magbasa pa
Pelukan Pengumpul Energi
"Apa yang sebenarnya kau lakukan, Iv? Kau, ingin mati konyol?"Race membentak Ivy yang lagi-lagi menyelamatkan hidupnya dan Winter. Padahal kondisi Ivy belum boleh melakukan sihir sekuat itu. Sekarang Ivy duduk di lantai dengan memegangi dadanya yang terasa panas.Ivy mendongak dan melihat ke arah sang suami dengan wajah muram."Mati konyol? Apa maksudmu, Race? Aku, menolong suamiku. Apa itu bisa kau bilang seperti itu?" tanya Ivy dengan suara sedikit tersengal.Menyadari ucapannya yang salah, Race justru terdiam dan hanya menatap sang istri sekarang. Race lalu berdecak kesal karena rasa bersalahnya yang teramat sangat pada Ivy."Race, bawa Ivy ke kamarku. Biarkan para pengawal membersihkan reruntuhan ini."Ucapan Winter membuat Race dan Ivy sama-sama melihat ke arahnya.Ivy menggeleng pelan lalu kemudian mencoba untuk berdiri. Race dengan cepat membantu sang istri untuk berdiri. Ivy lalu tanpa sadar menepis tangan Race cepat."Aku, tidak apa-apa, Winter. Ah,,,iya sebentar."Ivy menga
Magbasa pa
Mimpi Atau Ramalan?
Suasana ruang keluarga di paviliun Ivy terasa sangat mencekam. Bukan tanpa sebab, Ivy yang sedang dibantu Gareta untuk menyisir rambut tadi. Tiba-tiba saja kedatangan tamu, kedua orang tuanya dari barat."Gareta bawakan minuman hangat untuk ayah dan ibuku," titah Ivy sembari tersenyum pada Gareta."Baik, Nyonya muda," ujar Gareta menanggapi sembari menganggukkan kepalanya patuh.Setelah Gareta pergi, Nyonya Liana langsung berdiri lalu menjambak rambut Ivy cukup keras. Ivy tidak berteriak dan hanya mendesis karena merasakan kulit kepalanya yang sakit."Kenapa kau masih hidup? Seharusnya kau sudah mati!" ujar Nyonya Liana."Sakit, Ibu," tukas Ivy tidak menanggapi ucapan sang ibu."Hati-hati, Liana! Disini banyak pengawal," ujar Tuan Marionet mengingatkan sang istri.Nyonya Liana melihat sekilas pada sang suami lalu kemudian melepas cengkraman tangannya ke rambut Ivy. Nyonya Liana lalu mendengus kesal sembari menatap tajam Ivy."Kalau hanya akan menyusahkan disini, bukankah lebih baik ka
Magbasa pa
Intimidasi
Mimpi yang Ivy alami bisa jadi sebuah ramalan masa depan untuk Ivy. Karena sejak awal pernikahan Race dan Ivy, Race selalu memimpikan hal yang sama seperti Ivy. Walaupun Race sendiri tidak tahu kapan hal itu akan terjadi. Ivy sendiri sudah tidak memikirkan mimpi itu lagi, berbeda dengan Ivy. Race justru terus kepikiran, hingga dia tidak fokus melatih para pengawal di basecamp. Race bahkan tidak sadar Winter melemparnya dengan kayu yang dipergunakan pengawal latihan."Ada apa dengan Race?" tanya Winter sembari mengerutkan keningnya heran.Sejurus kemudian Winter melihat ke beberapa pengawal yang dia latih."Kalian boleh istirahat," titah Winter.Semua pengawal itu mengatakan siap sembari membungkukkan badannya. Winter lalu berjalan menghampiri Race yang sejak tadi duduk sendirian dan terlihat sedang berpikir keras."Race!" panggil Winter sembari memukul meja di depan Race.Race terkejut dan reflek mendongak melihat ke arah Winter."Ada apa, Winter?" tanyanya kemudian."Kau, yang ada ap
Magbasa pa
Melemahnya Winter
"Tidak mau bangun?" tanya Ivy sembari mengusap pelan pipi Race."Tidak," singkat Race menjawab.Ivy menghela napas dalam dan berat. Gadis itu lalu beranjak dari tepi ranjang, lalu merapatkan selimut Race."Baiklah kalau tidak mau bangun, aku mandi dulu ya?" pamit Ivy.Ivy sudah berjalan menuju kamar mandi, tapi Race dengan cepat menahan tangan Ivy dan membuat Ivy kembali melihat ke arah sang suami."Kenapa?" tanyanya kemudian.Race yang sudah membuka matanya menatap manik mata Ivy. Race menghela napas berat lalu kemudian kembali menarik Ivy untuk duduk di ranjang."Ada apa, Race?" tanya Ivy lagi."Benarkah kau harus mulai kembali meramal di kerjaan hari ini?" tanya Race dengan wajah khawatirnya dan juga dengan nada tidak rela.Ivy tersenyum dan menganggukkan kepalanya pelan."Bukankah semalam kita sudah bahas ini?""Tapi, kau masih belum benar-benar sembuh.""Kata siapa? Tesla saja sudah mengurangi jadwal terapi penyembuhan ku. Lagi pula energi manaku bisa diisi setiap hari sekarang."
Magbasa pa
Cemburu
"Race, berhenti dulu! Aku, bisa jelaskan dengan apa yang kau lihat tadi."Ivy menahan tahan Race yang sudah akan meninggalkannya masuk ke dalam paviliun. Sejak pulang dari paviliun Winter tadi, Race sama sekali tidak mengajak bicara Ivy. Di dalam kereta kuda saja keduanya hanya saling diam dan Ivy takut ingin memulai pembicaraan dengan sang suami.Race yang merasa marah dan cemburu menepis tangan Ivy kasar."Jangan sentuh aku!"Ivy menatap tidak percaya ke arah Race yang lagi-lagi tidak mau dia pegang. Ivy menurunkan tangannya lalu kemudian menarik napas supaya tidak menangis."Maaf, aku sudah membuatmu marah," lirih Ivy."Aku, tidak marah jangan salah paham! Sekarang ayo masuk! Aku, tidak mau mengeluarkan biaya lagi untuk pengobatanmu dengan penyihir itu," tukas Race yang sepertinya benar-benar marah.Ivy tertegun mendengar ucapan Race. Dia mengira kalau Race sudah benar-benar mencintainya, lalu kenapa sekarang suaminya itu kembali bicara sekasar itu?Suasana meja makan sangat hening
Magbasa pa
Menyesali Takdir
Suasana basecamp begitu mencekam, lapangan bahkan porak poranda. Tanah-tanah di lapangan basecamp banyak berlubang, karena sudah tidak menyembunyikan identitasnya. Ivy bisa mengeluarkan sihirnya dengan leluasa. Terakhir kali Ivy mengeluarkan sihir andalannya untuk membunuh monster yang lebih mirip trenggiling dimata Ivy, tapi berwajah seperti babi hutan. Ivy keluar dari kabut yang cukup tebal dengan napas yang putus-putus, Ivy mulai bisa mengendalikan energi mana dan harasnya secara bersamaan, hingga kali ini Ivy tidak terlalu merasa lelah. Ivy setengah berlari menuju dimana Race, Winter, dan juga beberapa pengawal yang memang Ivy halangi dengan tabir pelindung.Ivy merapalkan mantra lalu kemudian mulai membuka tabir itu. Ivy tersenyum menghampiri Race dan Winter yang sedang berdiri berdampingan sekarang. Ivy mendekat pada Race lebih dulu, tapi berbeda dengan Ivy. Race justru mundur selangkah menjauh dari Ivy."Race," lirih Ivy tidak percaya dengan sikap Race."Kenapa kau begitu egois
Magbasa pa
Bungkus Terakhir
Suasana ruangan pertemuan para pejabat penting di kerajaan cukup sedikit tegang. Raja Michel sedang melihat semua persiapan untuk festival tahunan kerajaan. Raja Michel mengerutkan keningnya lalu kemudian melihat ke arah Ivy."Kenapa basecamp harus dipindah untuk sementara waktu?" tanyanya pada Ivy."Maaf, Raja Michel itu semua harus dilakukan karena kondisi lapangan basecamp saat ini tidak memungkinkan untuk dipergunakan latihan. Beberapa hari lalu ada serangan dari monster yang kembali ingin menjarah batu rubi di lapangan basecamp," terang Ivy sembari menundukkan pandangannya sopan."Apa? Serangan monster lagi? Lalu, bagaimana dengan Winter?" tanya Raja Michel panik."Putra mahkota baik-baik saja, Raja Michel. Beliau sudah saya lindungi dengan tabir pelindung yang tidak bisa ditembus siapapun termasuk monster hutan itu."Jawaban Ivy baru saja membuat Raja Michel menghela napas lega. Beberapa petinggi kerajaan saling berbisik karena mendengar penjelasan Ivy. Ada yang memuji, tapi ada
Magbasa pa
Bunuh Diri?
Ivy terbangun di pagi hari, kakinya terasa sedikit kaku. Ivy lalu mengurut pelan kakinya, Race yang baru saja keluar dari ruang ganti mengerutkan keningnya bingung."Kenapa?" tanyanya sembari menghampiri Ivy dan duduk di tepi ranjang."Entahlah, sudah beberapa hari ini kakiku terasa kaku dipagi hari. Sekarang jadi sedikit mati rasa," terang Ivy masih terus mengurut pelan kakinya dan menggunakan sedikit sihirnya untuk menyembuhkan kakinya."Kalau begitu hari ini tidak usah ke istana dulu, istirahatlah! Aku, akan menyuruh seseorang untuk memanggil Tesla kesini," tukas Race yang mendadak panik dan khawatir.Ivy melihat ke arah Race lalu kemudian tersenyum tipis. Kepalanya menggeleng pelan menolak saran dari sang suami."Hari ini persiapan terakhir sebelum minggu depan festival lomba tahunan dilaksanakan, Race.""Aku tahu, maka dari itu istirahatlah! Itu bisa kau lakukan besok.""Aku, tidak mungkin tidak ke istana. Aku, sudah memiliki janji dengan Winter akan mengunjungi lokasi untuk tera
Magbasa pa
Mimpi Jadi Kenyataan
Race turun dari kereta kuda yang membawa dirinya, Race lalu berlari masuk ke dalam paviliun Ivy. Dia tidak menghiraukan sapaan dari para penjaga paviliun Ivy. Race langsung menuju kamar Ivy dan membuka pintu dengan keras. Dia mendapati Ivy sedang minum anggur, Ivy terkejut Race tiba-tiba masuk. Ivy meletakkan gelas yang dia pegang ke meja. Sedangkan Race sendiri langsung menubruk Ivy dan memeluk sang istri erat."Ada apa, Race?" tanya Ivy bingung."Syukurlah kau baik-baik saja," ujar Race."Race, aku memang baik-baik saja. Ada apa?"Ivy kembali bertanya lalu kemudian melepas pelukan Race secara paksa. Dia menatap Race dengan wajah bingung, sedangkan Race sendiri menatap Ivy dengan wajah khawatir dan terlihat mata Race berkaca-kaca."Race?"Ivy memegang pipi Race lembut."Jangan pernah pergi meninggalkanku, Iv! Aku mohon!"Ivy semakin mengerutkan keningnya bingung, tapi sekarang dia juga menyunggingkan senyum tipis."Ada apa sebenarnya? Aku, tidak akan meninggalkanmu begitu saja, Race.
Magbasa pa
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status