All Chapters of TERJEBAK PERNIKAHAN PALSU: Chapter 41 - Chapter 50
141 Chapters
Bab 41
Aneh memang, Alea yang mengusulkan, tetapi dia pula yang akhirnya merasa tak nyaman. Mungkin memang seharusnya ia meninggalkan Tulip untuk menjaga hatinya sendiri, tetapi rasanya ia belum bisa meninggalkan Aris yang masih selalu semberono. Lalu juga tak ingin kehilangan gaji yang fantastis di Tulip karena kedepannya Alea mungkin saja akan memerlukan dana yang tak sedikit untuk pengobatan sang ayah. Dia masih membutuhkan Aris, masih membutuhkan Tulip, meski ia harus menjadi orang yang dengan munafik meminta Aris memperlihatkan kemesraan pernikahannya pada publik meski ia tahu itu akan menyakitinya.“Seminggu ini Mas Aris tahan Dinara dulu untuk tidak berkomunikasi apa pun dengan Kenzo. Aku juga udah minta itu pada Kenzo dan ia sudah setuju. Sekarang tergantung Nara dan cuma Mas Aris yang bisa ngendalikan itu. Paling tidak seminggu ini, hingga mereka nggak lagi menyelidiki Kenzo.”“Oke. Gampang.” Aris menyeringai. Mengendalikan Dinara selama seminggu? Ia harus sanggup melakukannya, agar
Read more
Bab 41
“Pulang bareng.”Alea sudah membereskan meja kerjanya ketika sebuah tangan menarik lengannya. Buru-buru gadis itu menoleh memindai seisi ruangan.“Nggak ada orang. Udah pada pulangan.” Aris menyadari kekhawatiran Alea.Gadis berkulit kuning langsat itu menepis tangan Aris yang masih mencekal lengannya. “Jangan cari perkara, Mas! Kalo ada yang liat gimana? Mas Aris hanya akan menambah masalah. Belum juga kelar masalah Kenzo.”Aris tersenyum mendengar jawaban panjang Alea. “Aku cuma pengen pulang bareng,” kata pria itu.“Mas! Tolong jangan bikin posisiku bertambah sulit.”“Bertambah sulit gimana, sih! Aku cuma pengen nganterin kamu pulang. Itu aja!”“Dan aku nggak mau diantar pulang sama suami orang, Mas!”Aris menghela napas kasar. Alea gadis penurut yang hampir tak pernah menolak keinginannya. Kelembutan dan kecerdasan seorang Alea-lah yang membuatnya berhenti berganti-ganti wanita dan menetap pada hati gadis itu. Akan tetapi Alea yang sekarang terlihat sungguh berbeda dari Alea-nya.
Read more
Bab 42
Satu jam setelah membalas pesan Dinara dan berteriak frustasi atas jawaban jawaban gadis itu dalam isi pesannya, Aris sudah memarkirkan kendaraan tepat di depan rumah mewah kakak angkatnya. Beberapa pekerja di rumah mewah itu menunduk dan memberi hormat pada pria itu.“Om Aris lama banget, ih. Nara udah hampir ketiduran tadi.” Alih-alih menyapa, Dinara justru langsung melayangkan protes ketika berdahadapan dengan Aris.“Nih anak mulai nggak sopan, ya. Suami pulang bukannya disambut salam malah protes nggak jelas.” Aris menjawab kesal.“Abisnya Om Aris lama. Nara udah hampir bawa mobil sendiri tadi, tapi kata Novi kalo mau bersandiwara dengan Oma itu perginya harus dengan Om Aris. Biar kayak beneran suami istri gitu! Kalo perlu gendengan tangan, mesra mesraan.” Dinara terkekeh membayangkannya.“Novi?” Aris teringat gadis sederhana teman Dinara. “Apa kabarnya dia? Oiya, waktu itu aku Om belum bilang makasih udah bantu nampung orang mabuk di rumahnya sampai didatangin Pak RT. Kalo bicara
Read more
Bab 43
Oma Lili terlihat sumringah menerima tamunya sore ini. Bagaimana tidak? Dua orang yang datang mengunjunginya sore ini adalah dua orang yang paling berharga dalam sisa hidupnya.“Mama ...,” Aris menyapa sambil mencium punggung tangan keriput ibu angkatnya. “Sejak kapan Mama pake ini?” Pria itu menunjuk kursi roda di mana Oma Lili duduk yang didorong oleh seorang wanita muda berpakaian perawat.“Udah beberapa hari ini, Nak. Sejak pulang dari rumah kalian itu, Oma ngerasa kaki kebas dan susah jalan. Makanya pakai ini.” Oma Lili menepuk nepuk kursi rodanya.Aris menghela napas panjang. Ada rasa bersalah di dalam dadanya mengingat ia tak mencari tahu kondisi Oma Lili beberapa hari belakangan ini. “Kenapa nggak kabarin Aris, Ma?” Aris menatap wanita renta itu selembut mungkin.“Aris udah terlalu banyak pikiran, Nak. Mikirkan Tulip, mikirkan Dinara ... Mama nggak mau nambah beban pikiran Aris lagi.”Tak tahu harus berkata apa, tetapi kata-kata lembut Oma Lili berhasil membuat sudut-sudut mat
Read more
Bab 44
“Om Aris terangsang, ya?” Nara sengaja menggoda. Tentu saja gadis itu membalas ledekan yang sama dari Aris padanya waktu itu ketika ia merinding menerima bisikan Aris di telinganya.“NARAAA!!!” Aris menutup laptop sambil berteriak frustasi. “Jangan mancing Om ngelakuin hal yang Om inginkan, ya!” serunya dengan serius. “Ganti chanelnya!” katanya lagi ketika suara-suara adegan dewasa masih terdengar di telinganya.“Oke ... oke!” Dinara mengalah, ia tentu tak mau Aris benar-benar melakukan apa yang dikatakan pria itu tadi. Dinara lalu mencari-cari remote kontrol. Sialnya, ia justru tak segera menemukan benda itu untuk mengganti atau mematikan TV.“Remote-nya mana, Om?”“Ssssh!” Aris meringis sambil menggeleng. “Persetan dengan remote-nya!”Dengan sedikit kasar, pria itu menarik Dinara yang menunduk mencari remote TV di kolong kursi. Dinara terkejut saat tubuhnya tiba-tiba saja ditarik paksa. Gadis itu tak bisa mengendalikan dirinya hingga dalam sekejap sudah terduduk di tempat yang empuk
Read more
Bab 45
Akan tetapi, niat menghukum itu tiba-tiba saja berubah jadi keinginan dari dalam hatinya, ketika ia merasakan kepasrahan Dinara. Seorang gadis belia berstatus istrinya sedang menyerah pasrah di pangkuannya. Aris tak dapat menahan diri untuk terus menyesap manisnya Dinara.“Ya, itu tadi hukuman, karena Nara nonton film dewasa di depan Om.”“Tapi itu bukan film dewasa, Om. Itu hanya selingan sedikit, durasinya juga nggak sampai satu menit kan tadi?” Dinara masih teguh dengan pendiriannya.“Tapi itu udah buat Om kesal, Nara. Apalagi tadi Nara ngolokin Om juga, kan?” kata Aris lagi.Dinara menelan ludahnya. “Jadi ciuman itu tadi hukuman, Om?” Dinara seolah ingin meyakinkan dirinya sendiri.“Ya.” Aris mengangguk.Dinara melepaskan tangannya yang memeluk leher Aris. Aris sendiri tak menyadari sejak kapan gadis itu melingkarkan tangannya di sana memeluk lehernya.“Ahhh!” Aris menggigit bibirnya ketika Dinara memilih turun dari pangkuan. Ada yang hilang, ia masih ingin gadis itu duduk di sana
Read more
Bab 46
“Makasih ciuman manisnya tadi.” Kalimat penutup Aris malam ini sebelum Dinara kembali memunggungi.Di balik punggung Dinara, pria itu tersenyum tipis. ‘Nggak sia-sia gue kawinin, paling nggak udah dapat bibir dan dada,’ gumamnya dalam hati. Aris bergerak menepuk-nepuk pundak Nara yang tetutup selimut, seperti seorang ayah yang sedang meninabobokkan putrinya, sebelum beranjak dari tempat tidur dan masuk ke dalam kamar mandi. Ada hal yang harus segera dituntaskannya di sana, ciuman Dinara tadi juga tubuh Dinara yang menekan dirinya saat gadis itu berada di pangkuan, membuat Aris belum mampu menurunkan keinginannya dan ia harus segera menuntaskan ini. Sama seperti yang sudah sering dilakukannya ketika sedang sangat menginginkan Alea.Ia bukan lelaki yang munafik. Aris bahkan pernah menjalani hubungan tanpa batas dengan wanita wanitanya sebelum Alea. Namun semua itu berhenti setelah ia mengenal Alea. Gadis itu membawa banyak kebaikan pada diri Aris, tetapi sebaliknya ia justru memperkenal
Read more
Bab 47
Sudah tiga hari ini, Aris selalu pulang tepat waktu. Ia sengaja meminta Alea tak memberi jadwal kerja yang melebihi jam kerja karyawan Tulip yang lain. Maka sudah tiga hari ini pula sejak ia dan Dinara menginap di rumah Oma Lili, Aris akan pulang bersamaan dengan karyawan lain.“Pastikan Alea sampai di rumah dengan selamat.” Aris sedang berada di depan lift bersama Alea dan Pras sore ini.“Baik, Pak.” Pras yang berdiri di belakang Aris mengangguk, sementara Alea yang berdiri di samping Pras hanya diam tak menanggapi.Sudah tiga hari ini, Aris selalu meminta Pras mengantarnya pulang. Bahkan kemarin saat Alea berusaha melawan rasa traumanya dengan kembali berangkat ke kantor dengan mengendarai motor, Aris justru melarangnya pulang dengan sepeda motornya dan menyuruh karyawan lain yang membawa motor Alea, sementara pria itu tetap memerintahkan Pras untuk mengantarnya pulang. Masih seberkuasa itu Aris pada diri Alea, meski Alea terkesan menghindarinya.Di belakang punggung Aris, Alea mena
Read more
Bab 48
“... jadi boleh kan, Om?”Aris baru menyadari bahwa ternyata Dinara mengekorinya sampai ke depan kulkas. Ia bahkan tak sempat mendengarkan apa yang baru saja dikatakan gadis itu. Aris menoleh, mendapati Dinara berdiri di berjarak beberapa meter sambil menunggu reaksinya. Apa yang dikatakan gadis itu tadi? Aris sama sekali tak menyimaknya, tetapi melihat ekspresi Dinara, sepertinya gadis itu sedang menunggu persetujuannya.Dipindainya Dinara dari kaki hingga kepala. Gadis ini terlihat berbeda, seperti ada semangat baru dalam sorot mata Dinara yang selama ini hanya menggambarkan kesedihan dan kenakalannya. Mungkin kebersamaan Dinara dan Oma Lili yang menghangat selama beberapa hari ini sudah membuat Dinara memiliki semangat baru. Di balik kaca yang terhubung ke taman belakang, Aris juga bisa melihat bahwa Oma Lili pun seperti baru saja menemukan semangat baru, atau mungkin lebih tepatnya menemukan cucunya yang hilang, yang selalu berselisih pendapat dengan wanita tua itu.Aris tersenyum
Read more
Bab 49
“Kamu ngapain sih, Nara?!” Aris menghardik. Sudah sejak beberapa menit yang lalu ia berusaha menahan diri untuk tidak menegur Dinara yang terlihat mondar-mandir di dalam kamar, sebentar membongkar isi koper berwarna pink miliknya lalu sebentar kemudian membuka lemari dan mengeluarkan isinya. Bahkan Aris sempat melihat gadis itu juga mengutak atik sekat lemari yang berisi pakaian miliknya.Ini memang sudah hari ketiga di mana mereka menginap di istana Oma Lili. Dan lemari berukuran besar di kamar itu menjadi tempat Aris dan Dinara meletakkan barang-barang pribadi mereka di sana, meski Dinara mengatur sedemikian rupa hingga pakaiannya terpisah jauh dari sekat di mana pakaian Aris tersusun.“Nara nyari diktat kuliah, Om. Kemarin perasan Nara masukin koper, tapi kok nggak ada, ya?” Dinara mengeluh.“Nyari diktat kok sampai mondar mandir kayak setrikaan? Lagian itu tadi sampai bongkarin pakaian Om!”Di posisinya berdiri, Dinara menggaruk tengkuk. “Ehm! Itu ... siapa tau aja kan nyasar di s
Read more
PREV
1
...
34567
...
15
DMCA.com Protection Status