Semua Bab Mencari Selingkuhan Suamiku: Bab 11 - Bab 20
299 Bab
Bab 11 Penemuan Tak Terencana
Setelah insiden jatuh dari tangga, mungkin karena masih ada rasa takut yang tersisa, Adele jadi sangat manja dan terus saja berada di pelukanku selama satu harian penuh. Aku jadi harus berada di dekat Adele setiap saat, dan itu membuatku merasa sedikit cemas. Harry pun tingkahnya tak jauh beda dengan seekor rubah yang licik. Dia tidak memberikan ruang bagiku sedikit pun untuk mencari petunjuk. Dia selalu berangkat dan pulang kerja tepat waktu, tidak ada satu pun kejanggalan yang bisa kutemukan pada dirinya. Semua barang yang dia bawa pulang pun tidak memberikan petunjuk apa-apa. Terkadang, aku jadi heran apa mungkin aku sendiri saja yang berhalusinasi.Siang hari itu dengan susah payah aku berhasil membuat Adele tertidur pulas. Aku menyadari di rumah ternyata sudah tidak ada buah apa pun yang tersisa. Melihat Adele tidur begitu pulas, aku memutuskan untuk pergi ke pasar sebentar.Lokasi pasar dengan rumahku sangat dekat. Aku buru-buru mengganti baju dan keluar, dan pulang secepat mungk
Baca selengkapnya
Bab 12 Istri Palsu
Saat aku mendengar si resepsionis menyapa “Ibu”, aku langsung berbalik untuk melihat bagaimana Fanny akan menghadapiku. Berani-beraninya dia menyamar sebagai diriku selama ini. Namun ketika mataku melintas sekilas, orang yang awalnya kukira Fanny ternyata adalah Jasmine.Dia berpakaian dengan sangat fashionable, dengan warna baju yang terang dan rambut panjang berwarna kecokelatan dibuat agak ikal sebahu. Wajahnya yang kecil juga dirias dengan sangat cantik, membuat tampang aslinya yang tidak seberapa jadi terlihat sangat menggoda. Dengan anggun dia berjalan mendekat dengan senyum angkuh di wajah. Saat dia baru ingin berbicara, dia melihat aku yang saat itu sedang berbalik. Seketika menatapku, bola matanya langsung menciut dan tubuhnya terdiam di tempat seperti dipaku. Dia jelas tidak menyangka aku akan muncul di tempat ini.Aku tersenyum geli melihat situasi ini. Harus kuakui dari penampilan kami berdua saat ini, memang Jasmine-lah yang lebih cocok disebut sebagai istrinya Harry, dan
Baca selengkapnya
Bab 13 Kunci yang Mencurigakan
Kami berdua tidak berbicara selama berada di dalam lift. Jasmine terus menunduk selama lift membawa kami ke atas, dan aku pun malas untuk meladeninya. Dia sudah terlalu dimanja oleh Harry, tapi aku tidak akan melakukan hal yang sama.Setibanya di ruang kantor Harry, rupanya dia memang benar-benar sedang rapat. Seorang bawahan memanggilnya, dan dia terlihat kebingungan melihat aku datang berduaan dengan Jasmine. Bola matanya menatap ke arah kami berdua, lalu berhenti padaku, “Kamu kenapa ….”“Aku bikin kamu malu, ya? Apa aku perlu pakai baju bagus-bagus cuma untuk pergi ke pasar?” selaku. “Cepat kasih kunci rumah, Adele masih tidur.”Harry langsung kembali ke mejanya dan memberikan kuncinya padaku, “Bukannya aku sudah bilang minta Jasmine antar kuncinya ke kamu?”Aku mengambil kuncinya dari Harry dan menatap Jasmine,”Dia mana punya waktu untuk ngantar kuncinya. Dia lagi sibuk perjalanan kemari berlagak jadi aku. M kamu jelasin, tuh, sama ‘istri’ kamu. Kamu ini jadi kakak benar-benar lem
Baca selengkapnya
Bab 14 Gadis Manja
“Kamu kenapa?” tanya Harry “Kecapekan? Gimana kalau kamu tiduran saja sebentar. Aku nggak balik ke kantor lagi, deh. Biar aku yang jagain Adele main.”“Iya, mungkin aku terlalu cape. Kalau begitu titip Adele, ya. Aku mau tidur sebentar. Jangan lupa kasih makan juga, di dapur sudah nggak ada apa-apa!”“Oh, oke! Kamu tidur saja sana, kamu bangun nanti aku ajak kalian berdua pergi makan di luar!”Lantas, aku pun masuk ke kamar tidur dan berbaring di atas kasur, dengan napas yang tidak beraturan dan air mata berlinang. Tampaknya memang ada sesuatu dengan dua kunci itu, makanya Harry buru-buru pulang untuk mengambil kuncinya kembali. Dia pulang sama sekali bukan karena mengkhawatirkan Adele.Yang namanya pria kalau sudah selingkuh, hati nuraninya pasti sudah menghilang entah ke mana. Bisa saja kunci itu adalah kunci untuk mengakses rumah selingkuhannya. Spontan aku langsung terpikir tentang Fanny. Pekerjaannya sedang sangat maju selama dua tahun ini dan dia tidak lagi tinggal bersama denga
Baca selengkapnya
Bab 15 Pertemuan yang Kebetulan
James adalah supervisor di bagian marketing perusahaanku. Begitu melihat kedatangan kami, dengan antusiasnya dia bermain dengan Adele sambil memesankan makanan untuk kami. Bergabungnya James di perusahaan bisa dibilang menggantikan posisiku dulu.Awalnya akulah yang merekrut James, dan dia terus bekerja di bawahku selama satu tahun lebih. Divisi marketing saat itu hanya diisi oleh lima orang. James yang baru saja lulus kuliah memiliki beberapa ide segar dan memang berbakat di bidang ini. Dia punya kemampuan berbicara yang bahkan mampu membuat orang mati hidup kembali.Setelah aku mulai mengandung, James-lah yang menggantikan posisiku sebagai kepala divisi, dan dia juga mendapat didikan langsung dari Harry. Sekarang, bisa dikatakan dia adalah tangan kanannya Harry.Sepertinya James sudah langganan di restoran ini. Ketika melihat kami datang, dia langsung mencari manajer restoran ini dan memesankan ruangan khusus.Jasmine juga tampaknya cukup akrab dengan James. Saat sedang memesan makan
Baca selengkapnya
Bab 16 Mendapatkan Tontonan Menarik
Suaranya terdengar aneh seperti diseret-seret, dan terdengar mirip dengan ….Saat aku membuka pintu bilik untuk keluar, aku mendengar suara seorang pria yang berkata, “Akhirnya dapat juga kamu, aku kangen banget!”Aku sontak tercengang karena itu adalah suaranya James. Aku pun menarik kembali tanganku dan tidak jadi keluar. Tak disangka-sangka ternyata James cukup berani juga. Padahal dia sudah punya istri yang luar biasa, tapi dia masih saja menyeleweng. Sepertinya yang namanya lelaki itu memang tidak pernah beres.“Jangan dekat-dekat! Kalau kamu kangen aku, kenapa kamu masih mikirin orang lain? Tadi di depan kamu ramah begitu, tapi kenapa kamu nggak pernah sebaik itu sama aku? Masih bilang aku penting di hatimu pula! Cih, kenapa aku baru sadar sekarang kalau kamu itu cuma mulutnya yang manis!”“Mana ada, kamu saja yang jago godain orang lain …. Sini, kucium … aku ….”Suara James terdengar sangat keras dan lantang, membuatku yang mendengarnya saja jadi malu.“Tadi itu bosku, mana mung
Baca selengkapnya
Bab 17 Memberi Pelajaran
“Kak Maya jangan nggak tahu diri, ya! Kamu masih nggak sadar betapa baiknya kakakku ke kamu? Kamu bisa hidup santai setiap hari tanpa kerja itu berkat kakakku yang banting tulang kerja keras sendirian di luar sana. Punya hak apa kamu ngomong begitu?”“Lho, kenapa malah jadi kamu yang sewot? Sejak kapan kamu boleh ikut campur kalau aku lagi ngomong sama Harry?” balasku.“Aku ….”“Aku apa?! Memangnya kenapa kalau aku nggak kerja? Kayaknya kamu sendiri juga tersinggung dibilang pengangguran, ya? Pantas saja kamu bangga banget setiap hari datang ke kantor untuk ngerasain kayak apa rasanya jadi ibu bos. Pasti enak, ya?”Aku menatap lurus Jasmine dengan sorot mataku yang tajam. Tampaknya selama ini aku terlalu baik sampai Jasmine berani kurang ajar padaku.“Kakak kamu banting tulang sendirian? Coba tanya dia apa dia berani ngomong begitu ke aku? Aku yang ke sana kemari menemani klien minum sampai lambungku berdarah. Nggak tahu kamu? Atau memang kamu sekeluarga nggak ada yang tahu? Kakakmu s
Baca selengkapnya
Bab 18 Mencelakai Adele
Adele sudah tertidur sebelum kami sampai di rumah. Begitu mobil terparkir dengan baik, Harry turun dan menggendong Adele masuk ke dalam kamar tidurnya. Aku juga langsung mandi sehabis menyelimuti Adele.Tiba-tiba ponsel Harry berbunyi, spontan aku melirik sekilas sebelum bunyi itu terhenti. Namun aku tahu Harry tidak mungkin mengangkat telepon itu di hadapanku. Aku mengambil baju tidur dan ponselku masuk ke dalam kamar mandi. Aku menyalakan air dan diam-diam mengintip ke luar melalui celah pintu. Sambil memperhatikan suara di luar, benar saja, aku dapat mendengar suara Harry yang sedang berbicara dengan suara lirih.Aku langsung menghubungi nomor Fanny, tapi yang kudapat adalah nada sibuk. Benar dugaanku, sepertinya Harry sedang berbicara dengannya. Aku langsung naik pitam sampai tanganku gemetaran. Di bawah pengaruh amarah itu aku mandi dan langsung keluar dari kamar mandi. Harry yang mendengar suara dari dalam kamar mandi langsung menutup panggilan dan pergi ke balkon berpura-pura si
Baca selengkapnya
Bab 19 Mulut Manis
Kami berdua sama-sama terkejut dengan telepon yang datang secara mendadak itu. Bola mata Harry mendadak menciut, sedangkan bola mataku justru makin tajam. Aku terus mengamatinya dan berkata, “Angkat!”Tubuh Harry membatu dan hanya berdiam diri di tempat.“Harry, kalau kamu masih punya hati nurani, cepat angkat teleponnya tepat di depan mukaku. Aku kasih kamu kesempatan terakhir! Dulu aku pikir kalaupun semua cowok yang ada di dunia ini selingkuh, kamu bakal tetap setiap. Kamu benar-benar sudah bikin aku kecewa!”Akhirnya aku melepaskan kata-kata yang paling tidak ingin kuutarakan. Aku tak pernah berpikir bahwa hubungan di antara kami berdua bisa sampai ke tahap ini. Seketika mengatakannya, air mataku bercucuran bagaikan air hujan dan ikut menangis bersama Adele.Akibat ancaman dariku, Harry pun perlahan mengangkat teleponnya. Nada dering ponsel terus berbunyi makin nyaring, sungguh berbanding terbalik dengan suasana di rumah ini. Aku melihat Harry masih saja terdiam membatu dan menatap
Baca selengkapnya
Bab 20 Kesempatan yang Baik
Aku melihat ponselku yang masih terus berbunyi. Entah harus bagaimana aku menggambarkan perasaanku saat ini. Waktunya benar-benar pas, ketika Harry baru pergi, dia langsung menelepon. Apa lagi yang perlu dijelaskan? Harry pasti melapor kepadanya begitu dia pergi.“Halo, Fanny!”“Kamu lagi apa? Adele sudah baikan?” tanya Fanny dengan suasana hati yang terdengar bahagia.Bagaimana tidak bahagia? Aku terus ribut dengan Harry, dan sudah pasti dialah yang paling diuntungkan.“Hari ini lagi santai kamu? Tumben banget pagi-pagi sudah telepon!” ledekku.“Gini-gini aku juga masih manusia, bukan robot. Aku juga butuh waktu untuk istirahat! Mau makan? Aku traktir.”“Aku mau menemani Adele main di rumah saja!” jawabku.“Oh? … baguslah kalau begitu. Tapi ajak Adele keluar, dong. Aku juga mau ketemu sama dia. Waktu itu kamu lagi bete, jadi aku nggak berani lama-lama!”Aku pun berpikir sejenak. Ini kesempatan yang sempurna. Berhubung dia yang begitu proaktif, rasanya aku yang menyia-nyiakan keramahan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
30
DMCA.com Protection Status