All Chapters of Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku : Chapter 41 - Chapter 50
77 Chapters
41 Segalanya Tentang Elkan
“Kita harus bikin Naya dipecat, Yang. Biar kita bisa dekat sama Elkan, siapa tahu bisa minta suntikan modal kalau kita buka bisnis.” Andika bergeming, kali ini dia agak kurang setuju dengan ide yang diajukan Lika. “Ada Naya atau nggak, bukan masalah. Kalau memang kita sudah ada bisnis, tinggal kita kasih tahu Elkan dan buat penawaran yang bagus buat dia. Kalau cocok, Elkan pasti akan kasih kita suntikan modal tanpa perlu pertimbangan Naya.” “Begitu?” “Ya iyalah, coba deh pikir. Setahuku jabatan Naya di kantor adalah sebagai pegawai admin, jadi dia nggak ada urusannya sama Elkan. Mana bisa dia jadi penghalang kita meraup kesuksesan.” Lika menepuk-nepuk dagunya. Meskipun terdengar logis, tapi tetap saja dia merasa risih jika melihat Nayara yang tampak akrab sekali dengan Elkan. “Ya sudah, gampang lah itu. Tapi seandainya Naya mencoba jadi penghalang kita, maka kamu harus secepatnya bertindak.” Andika mengibaskan tangannya. “Santai, aku nggak akan membiarkan Naya mengusik rencana
Read more
42 Aktivitas yang Kurang Wajar
“Salah, Bu. Elkan itu sudah jadi bos sekarang,” ujar Andika. “Paling karena campur tangan papanya, Elkan itu anak mama papa.” Ibu nyinyir. “Latar belakang orang tua Elkan itu pengusaha, tapi ibu nggak tahu pasti usaha apa.” “Oh, jadi Elkan pakai jalur orang dalam. Gayanya sok kasih nasihat sama aku, kalau dia merintis karir. Tanpa orang dalam, dia nggak bisa apa-apa.” Andika monyong-monyong sendiri bibirnya, teringat bagaimana Elkan tadi berlagak memberinya nasihat bijak supaya karirnya menanjak. “Yang, kita ke mal yuk?” ajak Andika saat malam minggu tiba. “Mau ngapain?” Lika tidak seperti biasanya, dia terlihat tidak antusias. “Belanja dong, memangnya mau ngapain lagi?” “Kok tumben kamu ngajak aku ke mal? Kemarin-kemarin katanya disuruh hemat, jangan boros boros.” Andika nyengir melihat kekasihnya yang merajuk. “Kemarin itu aku Cuma mau ngerem kebiasaan belanja kamu, soalnya kalau nggak direm kamu tuh suka kebablasan. Tapi kali ini aku pengen bikin kamu senang, Yang. Kamu bol
Read more
43 Mengganggu Jatah Cuti
Elkan menoleh ke arah Nayara dan mengisyaratkannya untuk makan. Nayara menurut dan membuka plastik itu, sebuah kotak makan terlihat menggoda karena aromanya sungguh menggugah selera. “Wah!” Mata Nayara terbelalak ketika dia melihat satu paket nasi, ayam bakar, lalapan serta sambal yang tersaji di hadapannya. “Kenapa sih? Tidak pernah makan ayam?” ledek Elkan ketika melihat reaksi Nayara. “Bapak tahu salah satu makanan kesukaan saya, canggih!” “Masa? Justru saya lihat kamu apa-apa doyan, kamu ini pemakan segala?” Nayara tidak menanggapi, air liurnya nyaris menetes dan sudah tidak sabar untuk menyantap menu makanan itu. “Saya makan duluan, Pak!” Nayara buru-buru pindah ke arah sofa. “Kenapa harus pindah sih?” “Saya merasa tidak pantas saja kalau atasan harus makan satu meja sama bawahan, Pak.” Elkan mendengus. “Di luar, kita sudah sering makan satu meja.” “Itu lain, kita ini kan sedang di kantor. Jangan sampai Jaka atau siapa pun merasa curiga kalau kita terlalu akrab.” Elka
Read more
44 Selentingan Soal Pungutan Liar
“Sebentar Pak, saya belum siap-siap ini ....” Tut! Elkan langsung memutuskan percakapan, seperti kebiasaan-kebiasaan sebelumnya. “Selalu saja dadakan kayak tahu bulat ... kenapa nggak kemarin-kemarin sih? Pas pengajian cuti saja di-ACC, tapi tetap saja disuruh masuk kerja ....” Nayara terus saja menggerutu setibanya di kantor. Setelah sarapan yang sangat terburu-buru dan apa adanya itu, dia terpaksa memenuhi panggilan Elkan untuk membantunya menyelesaikan pekerjaan. “Datang juga kamu.” Elkan tersenyum miring saat Nayara memasuki ruangannya. “Terpaksa, demi uang halal.” Nayara menyahut ketus. Elkan berdiri dan melangkah pasti ke arah Nayara dengan sebelah tangan terselip di saku celana panjangnya. “Anda m—mau apa, Pak?” Sontak Nayara menjadi gugup saat Elkan semakin dekat, dia refleks melangkah mundur untuk menciptakan jarak. Kepala Elkan menunduk, hingga membuat Nayara memejamkan matanya dengan jantung berdegup kencang. “Telinga kamu masih ada bekas sabun, atau sampo? Kamu ma
Read more
45 Misteri Biaya Tambahan
“Kan ada jawaban lain yang bisa Anda berikan, kenapa tidak bilang saja kalau saya kasih pinjaman uang?” Mantyo tertegun, ingin rasanya mengelak meskipun ucapan Andika benar adanya. “Kenapa Bapak diam? Sekarang urusannya jadi melebar kan? Tapi kalau sudah dibilang itu dana tambahan, memangnya bagian keuangan tidak curiga itu dana dari mana?” Mantyo menggeleng perlahan, itu karena dia mengatakan jika dana itu didapat dari seorang dermawan yang berniat untuk memberikan dana secara cuma-cuma. “Dan mereka percaya begitu saja?” ucap Andika dengan mata melebar. “Begitulah ....” Andika menyibak rambutnya, merasa ada yang janggal dengan hal ini. “Ya sudah, itu artinya masalah selesai. Saya kira pungutan liar itu benar-benar diketahui, Pak ... Lain kali kasih infonya jangan setengah-setengah, bikin orang jantungan saja.” “Ya pegawai lainnya kan bisa saja menafsirkan macam-macam, Andika!” “Ah, itu sih cuma kekhawatiran Anda saja. Sepanjang pegawai baru yang kita bantu kemarin ti
Read more
46 Kita akan Hancur Bersama
Elkan mendengarkan penjelasan Nayara dengan saksama, kedua matanya menyipit saat sekretarisnya itu menyebut sesuatu tentang biaya tambahan. Beberapa hari berlalu damai, tapi tidak di kantor Andika. “... revisi lagi? Yang benar saja, Pak?” “Terus mau gimana lagi, kita ini satu tim! Kalau salah ya bakalan salah semua!” “Tapi bolak-balik revisi juga tidak baik, Pak ....” “Terus mau diapain lagi? Disetor apa adanya?” Andika menerobos masuk karena pintu yang tidak dikunci. “Maaf telat, biasa macet!” Mantyo menoleh, lalu mendengus pelan. “Bantu mikir sini!” “Ada apa sih, Pak? Masih pagi juga ....” “Masih pagi, masih pagi kepalamu.” Mantyo mendelik ke arah Andika dengan ekspresi murka. “Laporan keuangan jadi harus bolak-balik revisi supaya tidak ada yang curiga.” Andika mengedarkan pandangannya kepada orang-orang yang sedang sibuk menatap layar komputer. Kenapa jadi banyak orang begini sih, pikir Andika gusar. “Apa lagi yang mau direvisi, Pak? Bukankah kemarin-kema
Read more
47 Tidak Punya Bukti
“Apa mungkin kita membicarakan Pak Andika yang berbeda, Mbak? Siapa tahu nama Andika ada banyak di sana,” celetuk Egi yang belum lama bekerja. “Ya bisa jadi sih ...” Nayara mengangguk. “Memang Mbak kenal sama Pak Andika di sana?” “Gimana nggak kenal, dia kan mantan suaminya!” sahut Kalisa sambil nyengir. “Hussst!” desis Nayara. “Ya sudah, yang penting kan sekarang kamu sudah dapat kerjaan mapan. Berarti rejeki kamu memang di sini, Gi.” “Betul, Mbak.” Kalisa menoleh ke arah Nayara yang melamun. “Kenapa sih Nay, kamu tanya-tanya soal Andika? Masih berharap kamu rujuk sama dia?” Kalisa memastikan saat mereka kembali ke kantor. “Amit-amit jabang bayikkkkk, mana ada!” “Siapa tahu saja, Nay. Nggak ada yang tidak mungkin di dunia ini kan?” “Tapi sayangnya aku masih waras, Lis. Mana mau aku rujuk sama dia, kayak nggak ada pejantan lain saja di planet ini.” Kalisa nyengir sendiri mendengar Nayara ngomel-ngomel karena pertanyaan yang dia lontarkan. “Pak, Anda pasti tidak
Read more
48 Saya Tidak Kenal Kamu
“Ya iyalah satu cangkir, masa iya satu ember ...” gumam Nayara sambil cepat-cepat pergi sebelum Elkan mendengarnya. Setelah minum kopi, Nayara menumpang mobil Elkan yang memutuskan untuk mengemudi sendiri tanpa sopir. Mobil itu melaju kencang ke arah kantor tempat Andika bekerja. “Kalau boleh tahu tindakan apa yang akan Bapak ambil kalau sudah sampai di sana nanti?” Nayara tidak tahan jika tidak bertanya. “Tentu saja saya akan menindak tegas laporan keuangan yang tidak jelas itu.” “Tapi apakah Anda bisa memberikan mereka bukti kalau Bapak punya wewenang, sekalipun itu atas permintaan orang yang menyuruh Anda?” “Kamu lihat saja nanti, kamu tinggal memberikan poin-poin pendukung supaya mata mereka terbuka.” Nayara menelan saliva, sensasi akan membuat keributan di kantor orang lain ini membuatnya ketar-ketir. Terlebih lagi kantor yang dia tuju adalah kantor di mana mantan suaminya bekerja mencari nafkah. Demi alasan apa pun, Nayara enggan sekali untuk bersinggungan lagi de
Read more
49
Nayara mengetuk pintu dan cepat-cepat masuk ke ruangan Elkan. “Permisi, Bapak sakit?” “Menurut kamu?” sahut Elkan dengan suara sengau, dia mengenakan masker warna hitam yang membuatnya semakin terlihat misterius dan menarik. “Kenapa tidak libur saja sih, Pak?” “Karena tidak ada yang bisa menggantikan saya.” “Masalahnya Bapak tidak punya sekretaris sih, ya?” komentar Nayara sambil meletakkan setumpuk dokumen yang baru saja dia cetak. “Setidaknya saat Bapak sakit, dia bisa meng-handle pekerjaan di sini.” Elkan tidak menjawab, melainkan dia langsung memeriksa dokumen yang Nayara serahkan. “Sudah minum obat belum, Pak?” tanya Nayara lagi ketika melihat Elkan yang berulang kali menyeka matanya yang berair. “Sudah minum kopi tadi ....” “Kok minum kopi sih Pak, seharusnya kan Bapak minum obat.” “Saya minum kopinya sekitar dua jam yang lalu,” kilah Elkan. “Tetap saja kopi itu bukan obat, itu bapak masih kuat kerja kan?” Elkan lagi-lagi tidak menjawab. “Saya kembali ke ruangan tim
Read more
50
Untuk pertama kalinya sejak berita tentang masa lalu itu terbongkar luas di platform digital, Siska dan Kavita bertemu di kafe untuk minum kopi bersama. Kalau biasanya mereka memilih kafe standar masyarakat umum, khusus untuk pertemuan kali ini mereka memilih kafe ekslusif demi kenyamanan privasi masing-masing. “Vit, bagaimana kabar kamu?” tanya Siska begitu mereka duduk berhadapan. Wajah Kavita tampak sayu seperti orang yang kekurangan waktu tidur yang berkualitas. “Aku? Baik, Sis.” Suasana sedikit canggung, sehingga Siska bingung bagaimana cara untuk mencairkannya. “Kita ... sudah lama tidak bertemu, ya? Jujur aku kangen ngopi-ngopi begini sama kamu, Vit. Tapi aku tidak enak buat ajak kamu, takut mengganggu ....” Sebisa mungkin, Siska mencoba agar perbincangan mereka tetap mengalir seperti air. “Tidak apa-apa, kebetulan selama beberapa hari belakangan ini aku menonaktifkan ponselku atas saran dari Ezra.” Kavita menjelaskan dengan suara berat. “Kamu pasti sudah tahu apa yang
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status