Semua Bab Asisten Tersayang Detektif Tampan: Bab 31 - Bab 40
99 Bab
31. Kehangatan Arsen (a)
Hari berlalu begitu cepat.Hubungan Arsen dan Leina masih canggung. Arsen tak bisa tenang saat bertemu Leina di meja makan. Tetapi, dia tak bisa berkata apapun. Leina pun demikian— dia tak bisa menatap Arsen dengan pandangan seperti biasa.Meja makan terasa sangat sunyi. Biasanya, Leina akan banyak bicara dan mengomel. Sekarang— wanita itu banyak diam.Arsen tidak suka ini. Namun, bagaimana caranya memperbaiki hubungan mereka?Jauh di lubuk hatinya, dia ingin Leina menjauh dari hidupnya agar tak terjadi peristiwa penculikan lagi— tetapi, dia juga tak mau itu. Rasa bimbang dalam dirinya makin lama makin menggila sampai dia tak bisa konsentrasi."Kamu yakin tidak mau ikut?" kata Arsen memecah keheningan di meja makan. Dia menatap Leina sudah menyelesaikan makan malamnya.Leina merespon, "tidak. Klien itu hanya ingin bertemu denganmu, jadi kamu saja yang datang. Lagipula, Serena pasti sudah menunggu. Kamu harus segera berangkat."Arsen tidak mengira akan datang hari di mana Leina berkat
Baca selengkapnya
32. Kehangatan Arsen (b)
Demam.Leina sering demam saat perubahan cuaca ekstrim seperti musim penghujan ini. Tetapi, dia biasanya hanya perlu tidur, dan semua akan baik-baik saja.Selama setengah jam telah berlalu, dan selama itu pula— tangan Leina masih menyentuh telapak tangan Arsen. Kalau sudah begini, mana mungkin pria itu meninggalkannya? "Leina?" Arsen memanggil lirih, memastikan kalau wanita itu sudah tidur atau tidak.Tidak ada jawaban. Leina malah menggigau dengan bergumam, "... Arsen ... bodoh ...""Oke." Arsen paham. Salah satu ciri Leina kalau sudah tertidur adalah berkata kasar tentang dirinya. Iya, bahkan di mimpi pun, wanita itu sangat ingin mengomelinya.Tetapi, ini membuat Arsen tersenyum saat menatapnya. Menurutnya, Leina sangat manis ketika sudah tertidur begini— bagai anak polos.Leina terlihat banyak gerak, meremas tangan Arsen seolah mencari kehangatan. "... dingin ..."Arsen sudah mengatur suhu agar sehangat mungkin, tetapi tubuh Leina sudah terlanjur demam. Ini membuat pria itu khawa
Baca selengkapnya
33. Terlalu Mencintaimu
Sejak kehadiran Leina di rumahnya, Arsen sudah tak pernah lagi memasak. Sebelumnya, dia masih bisa membuat makanan seperti omelet atau roti isi. Tetapi, sekarang— keahliannya dalam membuat makanan sirna seketika. Dia bahkan sudah tidak ingat bedanya mie matang atau masih mentah.Segala-galanya sudah diurus Leina. Wanita itu tak pernah absen membuat makanan untuk keseharian mereka. Dia memenuhi semua syarat untuk menjadi istri teladan dambaan semua pria.Arsen membuat sup ayam dengan bantuan resep dari YouTube. Langkah demi langkah dia turuti hingga setengah jam berlalu— akhirnya matang juga.Meski tampilan sup tidak sama dengan yang ada di YouTube, dia tetap bangga.Leina turun akibat mendengar suara gaduh di dapur. Dia tidak ingat apapun saat masih tertidur pulas tadi. Karena itulah, dia bersikap biasa saja saat melihat Arsen.Kalau saja dia ingat sudah memeluk, melepaskan kancing kemeja, menciumi lehernya, memanggil-manggul namanya— pasti dia takkan berani bertatapan muka.“Arsen?”
Baca selengkapnya
34. Detektif atau Maling? (a)
Malam harinya ...Leina sudah pulih sepenuhnya. Dia beraktifitas seperti biasa. Demamnya sama sekali tidak mengancam, tapi memang Arsen saja yang berlebihan.Dia membuatkan makan malam. Selain itu, dia juga melakukan pekerjaannya sebagai asisten detetif untuk memeriksa pesan-pesan masuk dari calon klien lain.Sambil menghidangkan kopi untuk Arsen di atas meja makan, dia berkata, "Arsen, tadi sore ada permintaan kasus, aku harus menolaknya 'kan?"Arsen meletakkan ponselnya di meja, lalu fokus menatap Leina. "Kenapa membahas pekerjaan sekarang? Kamu juga kenapa masak— sudah tidur saja. Biar aku yang melakukan pekerjaan rumah hari ini.""Aku ini tidak sakit, kok. Kamu saja yang berlebihan. Lagian masakanku sudah matang.""Tidak sakit? Tapi tadi siang kamu sampai tidak sanggup makan sendiri, minta disuapi? Masa tidak sakit? Bohong, dong?""Kamu ..." Leina menahan malu dan kesal. Dia langsung balik badan dan mengambil piring-piring penuh dengan ikan bakar. "Mending diam saja— ayo kita maka
Baca selengkapnya
35. Detektif atau Maling? (b)
Apa maksudnya Arsen?Leina sama sekali tidak paham apa maunya sekarang. Kenapa pria ini malah mengajaknya diam-diam menyelinap masuk ke rumah orang?Untuk pertama kalinya, dia diajak dalam menyelesaikan kasus. Tetapi, ketimbang menyelidiki, ini lebih ke tindakan pencurian.Wanita itu mengawasi sekitar. Suasana halaman rumah calon target mereka ini sangat luas— sebagian lampu taman mati sehingga pencahayaan agak kurang. Belum lagi, kabut putih yang menggantung di antara pepohonan.Setiap langkah yang diambil harus hati-hati juga karena tanah berumput masih basah, menyebabkan kondisi yang licin.Leina menarik-narik lengan kemeja Arsen, lalu berbisik, "kamu sudah gila, ya? Kenapa kita diam-diam masuk kawasan rumah orang? Apa kita jadi pencuri sekarang?”"Permintaan klien mengharuskan kita merusak properti orang. Wajarlah kita diam-diam masuk ke sini.“"Sudah kubilang kasus ini bukan pekerjaan detektif, harusnya tadi aku tolak.""Leina— jangan lupa, aku adalah detektif yang biasa disewa un
Baca selengkapnya
36. Pengakuan Cinta?
Keesokan harinya ...Leina mengurus pengembalian guci kepada klien mereka. Pekerjaan itu selesai dalam waktu semalam. Sementara itu, Arsen masih tidur di kamarnya.Hari ini berlangsung seperti biasa. Leina mengurus seluruh pekerjaan rumah. Berhubung pagi ini juga hujan, dia tidak bisa menjemur baju di halaman belakang, melainkan di atap balkon lantai tiga.Setelah semua pekerjaan selesai, Jam sudah menunjukkan pukul delapan. Akan tetapi, Arsen belum juga bangun. Leina tidak tahan lagi— dia membuka pintu kamar pria itu."Arsen, bangun! Waktunya sarapan!" Dia berteriak.Arsen masih menggulung dirinya di bawa selimut. Dia sudah terbiasa dengan teriakan Leina, dan tetap tidak mau bangun."BANGUN!" Leina mendekat ke ranjang. Dia menarik paksa selimut itu hingga Arsen nyaris jatuh."Mmmm ..." Arsen mau tidak mau harus membuka mata, lalu bangun.Kondisinya agak berantakan. Kancing kemeja tidurnya banyak yang terbuka, rambut kusut bukan main. Ketika tidur, dia benar-benar bertingkah layaknya
Baca selengkapnya
37. Ada Apa ini?
Arsen terlalu malu untuk berada di rumah setelah apa yang terjadi di meja makan. Alhasil, dia pergi setelah itu tanpa banyak bicara dengan Leina.Leina tahu kalau pria itu hanya ingin melarikan diri. Dia tak terlalu mempermasalahkannya, dan kembali mengurus pekerjaan rumah.Saat semua kegiatan di rumah selesai, dia lanjut dengan mengurus berkas-berkas pekerjaan, dan bersiap memasak."Tadi Arsen bilang akan pulang saat jam makan siang, jadi mending aku masak ..." ucapnya sambil menaruh daging, asparagus dan beberapa bahan makanan di atas meja dapur.Aktifitas memasaknya terhenti usai mendengar bel berbunyi. Dia menoleh— tidak mungkin Arsen menekan bel. Apa mungkin tamu? Calon klien?Tapi, jarang ada yang kemari jika tanpa melakukan kontak terlebih dahulu.Leina melepaskan celemek, lalu segera turun anak tangga— menuju lantai bawah.***“Ngomong-ngomong, Arsen—” Hans menyerahkan satu map coklat kepada Arsen. "Ini berkas yang kamu minta."Keduanya sedang berada dalam satu mobil. Mobil it
Baca selengkapnya
38. Menangkap Pembunuh Berantai (a)
Malam harinya ...Arsen terpaksa membawa Leina untuk menangkap sang pembunuh berantai. Alhasil, di dalam satu mobil, selain mereka berdua, sudah ada Serena dan Hans.Serena tampak tidak nyaman duduk di kursi penumpang dengan Leina. Dia terus melirik ke kaca depan—sempat bertukar pandangan dengan Arsen yang menyetir lewat situ.Leina sendiri sedikit aneh. Dia agak pendiam dari biasanya, dan melihat keluar jendela sejak berangkat. Sesekali, dia melihat ke layar ponsel seakan menunggu ada pesan atau panggilan masuk."Leina? Kamu nanti tetap di sini, oke?“ Serena membuka obrolan. Tidak tahan dengan keheningan di antara mereka."Iya." Leina menjawab dengan dingin.Hans merasa sesak berada di mobil itu. Setiap kali Leina bersama Serena, udara di sekitarnya perlahan menipis. Dia menoleh ke Arsen— seperti ingin menyalahkannya.Arsen tak peduli. Semua ini demi keselamatan mereka bersama. Dia tidak mungkin meninggalkan Leina di rumah sendirian setelah tahu siapa dalang penculikannya waktu itu.
Baca selengkapnya
39. Menangkap Pembunuh Berantai (b)
"Aku mau kamu ..."Itulah yang terus dikatakan oleh sang pembunuh berantai bernama Norman itu. Aura yang menyelimuti pria ini gelap nan menakutkan. Aroma mawar juga menebar di sekitarnya— seolah-olah dia baru saja mandi air kelopak bunga mawar.Leina sesak berada di posisi itu, terjepit di antara dada Norman dengan tembok. Andaikan dia bisa menjejak selangkangan pria ini— maka kesempatannya kabur terbuka.Tetapi, dia semakin tak berdaya tatkala Norman mengeluarkan pisau lipat dari saku mantel. "Sayang ... kamu cukup berani ternyata, biasanya wanita lain akan menangis dan memohon agar aku lepaskan," kata pria itu sembari menodongkan mata pisau ke bawah dagu Leina.Leina bisa merasakan sensasi dingin dari bilah pisau tersebut. Meski takut, tapi tak dia tunjukkan. "Jika kamu memang mau membunuhku, bunuh saja sekarang. Percuma menakut-nakutiku segala.""Oh— asisten detektif memang punya mental yang agak berbeda dari kebanyakan wanita, tapi ini yang membuatku suka padamu."Leina mencoba b
Baca selengkapnya
40. Ciuman Singkat
Arsen membawa Leina pulang. Dia menutup seluruh pintu, menguncinya serta mengaktifkan alarm keamanan darurat. Usai memastikan kondisi rumah itu aman, dia naik ke lantai tiga.Di atas, Leina masih diam di depan pintu kamarnya. Dia diliputi perasaan bersalah sekaligus bingung."Arsen ..." Dia menatap Arsen.Arsen mendekat, lalu memberikan pelukan padanya. "Sudah, kamu cepat tidur, ini sudah lewat tengah malam.""Aku minta maaf.""Ini bukan salahmu.""Ini salahku. Misi kita hampir gagal karena aku ... aku mengacau.""Siapa bilang mengacau? Sejak awal kita berniat memancingnya keluar. Kamu sudah baik berani jadi umpan." "Tapi ...""Sudahlah." Arsen melepaskan pelukannya. Senym hangat tampak mengiasi bibirnya. Dia mengulurkan tangan kepada Leina.Dia berkata, "oh iya, berikan ponselmu.""Untuk apa?""Tadi, ingatan terakhirmu sebelum bertemu pembunuh itu, kamu masih ada di mobil 'kan?""Iya.""Hans bilang kamu sedang menelpon seseorang, jadi mungkin ada hubungannya dengan telepon kamu.""T
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status