"Satu tamparan ini sebagai balasan satu tamparan yang kamu layangkan pada Gijran tadi."Ardika mengibaskan tangannya, melontarkan satu kalimat itu dengan acuh tak acuh."Terima kasih, Kak Ardika!"Saking senangnya, mata Gijran sampai berkaca-kaca. Ardika membantunya membalaskan dendamnya, itu artinya Ardika telah memaafkan dirinya yang sebelumnya tidak menjalankan tugas dengan baik."Ardika, aku sudah mengingat tamparan ini.""Sampai jumpa lagi!"Sambil menutupi wajahnya, Dinda memelototi Ardika dengan tajam, lalu berencana untuk pergi begitu saja."Tunggu!"Ardika tiba-tiba berkata, "Apa aku sudah mengizinkanmu untuk pergi?"Tubuh Dinda langsung membeku. Kemudian, dia menoleh dan berkata sambil menggertakkan giginya, "Apa lagi yang kamu inginkan?"Ardika tidak memedulikan wanita itu. Sebaliknya, dia menunjuk Keiko dan berkata, "Pak Hilto, sebelumnya seorang adikku diculik oleh polisi palsu yang dikirim oleh Dinda. Tapi, pihak Rumah Sakit Marim sama sekali nggak mengambil tindakan untu
Read more