All Chapters of Sang Pewaris Buta : Chapter 31 - Chapter 40
47 Chapters
Tiga puluh satu
Laila bergegas menghubungi dokter.Selagi menunggu, iapun . memasukkan seluruh makanan dengan aroma petai ke dalam kantong plastik.Kepanikan terlihat di wajahnya. Tadinya ia mau mengerjai Jono untuk membalas dendam, akan tetapi ternyata Jovan malah seperti mau pingsan."Oh tidak, kenapa hasilnya seperti ini? Ini sangat diluar perkiraanku," gumamnya.Setelah selesai membersihkan makanan dan menyemprotkan pewangi ruangan maka iapun melihat kondisi kedua pria yang mabuk karena aroma petai buatannya. Benar saja, ayah mertuanya terpaksa mendapatkan bantuan pernafasan dan Jono harus terbaring karena kelelahan.Laila diam membeku karena merasa sangat bersalah."Laila, kemarilah," panggilan Jono membuyarkan lamunannya."Ehmm, iya," jawabnya pelan dan mendekat."Apa yang terjadi, kenapa kamu meracuni kami? Kamu meracuni suami dan ayah mertuamu, apa kau sudah gila?"Laila menunduk pasrah, rasa sesal jelas t
Read more
Tiga puluh dua
Jono berkedip, melihat wanita ini serasa mengingatkan pada Winda dahulu.Ya, dia adalah art yang bekerja untuk Winda dan merawatnya saat buta.Awalnya dia berpikir Laila adalah gadis istimewa dan baik, tapi ternyata dia adalah wanita yang juga memikirkan uang dan uang semata.Bekerja di Fantasia, memiliki banyak kekasih dan juga membuatnya hampir mati.Apa tidak tau berapa uang yang ia keluarkan demi membuat ibu angkatnya sembuh? Nenek tua itu bisa diselamatkan adalah karena uang darinya, dan sekarang dia ingin bebas?"Jonathan, kenapa kau tidak menjawabku? Apakah kau ingin aku bekerja atau berada di rumah?"Pria itu masih diam dan berpikir, andai ia membuat wanita ini manja, mengandalkan uang darinya, maka bisa saja nanti hidupnya makin sengsara jika berpisah darinya. Akan tetapi jika Laila tetap bekerja..."Kau bisa bekerja, selama kau bisa mengatur waktu.""Hmm, baiklah, aku menghargai prinsip ini," celetuk Laila. "Kalau begitu,
Read more
Tiga puluh tiga
Jono sungguh tak mengerti, bagaimana ayahnya berada dalam keyakinan seperti ini.Ia merasa sakit melihatnya, bahwa ayahnya yang sangat setia ini ternyata dilupakan ibunya sendiri."Apa kau yakin mau menemui ibu?" tanya Jono akhirnya menyerah."Jonathan, aku sudah menunggunya selama puluhan tahun, tentu saja kau harus mempertemukan ayahmu dengan ibumu. Aku harus meminta maaf kepadanya karena tidak punya kemampuan untuk memperjuangkan keluarga kita."Jono benar-benar harus terdiam atas penuturan ayahnya. Ia sangat prihatin, tapi tidak bisa berterus terang untuk sementara ini.$$$Di perusahaan akhirnya Winda benar-benar datang dengan penampilan yang sangat berbeda.Wanita itu sudah seperti wanita karir sungguhan, ia berpakaian rapi dan berdandan ala modern.Jono sudah tidak asing lagi dengan penampilan itu, bahkan sekarang penampilan Winda jauh lebih seksi.Dari dinding kaca kantornya, Jono bisa melihat dengan jelas wanita itu bersikap sangat perfeksionis. Akan tetapi jauh di hati Jono
Read more
Tiga puluh empat
"Istri?" lirih wanita itu dan seketika wajahnya menjadi pucat mendengar pengakuan Jono bahwa Laila adalah istrinya.Ia menatap Jono penuh terkesima, seolah tidak mungkin Laila yang bekerja di tempat tersebut bersuami pria kaya ini."Kenapa kau tidak memanggilnya cepat?""Eh iya...ehmm... tunggu sebentar, saya harus bertanya pada atasanku," gugupnya seketika.Jono menunggu dengan tenang di sebuah ruang tamu.Ia sungguh penasaran apa yang dikerjakan wanita itu.Tak lama kemudian Laila muncul di sana. Ditatapnya pria yang duduk tenang di kursinya dengan menatap layar ponsel di tangannya."Maaf, kau sudah lama menunggu?" tanya Laila dan duduk di dekat Jono."Benar, aku bosan dan hampir saja mau pulang.""Oh, maafkan aku."Jono melihat penampilan Laila dengan seksama, ada rasa penasaran pada wanita yang sekarang berstatus istri ini."Apa kau juga melayani ekstra lelaki yang datang ke tempat ini?""Hmm? Maksudmu?""Kau pura-pura tidak tahu, padahal kau juga sama saja.""Pelayan ekstra? Pela
Read more
Tiga puluh lima
Winda tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya mendengar penuturan Jono. Ia tak pernah tahu kalau mantan suaminya ini sudah menikah lagi.Dibandingkan dengan dirinya yang semakin kacau hidupnya, terlebih saat Desta memilih menduakan dirinya dengan wanita lain. Ia sungguh ingin terlepas dari jeratan pria brengsek itu, tapi tak kuasa melawannya."Ka-kau sudah menikah?"Jono tersenyum sinis, seolah mengejek keterkejutan Winda."Tidak sulit mencari pengganti, bahkan aku tidak pernah ingat dengan perempuan yang pernah kunikahi."Winda menatapnya dengan menggigit bibirnya kuat, sebenarnya berita ini sangat melukai hatinya."Aku harus pergi, kerjakan apa yang kau butuhkan, tapi tolong jangan menggangguku. Selain itu kau hanya punya waktu satu minggu di tempat ini, setelah itu kau harus pergi."Langkah Jono langsung memasuki ruangan, lalu menutup pintu dengan cepat.Jono berdiri tegak di gawang pintu sebelum benar-benar duduk di kursinya.Neraka hidup baru saja terlihat di matanya dan membua
Read more
Tiga puluh enam
Sementara itu Laila yang baru saja merebahkan tubuhnya merasa sedikit terganggu dengan darah yang mengalir dari hidungnya. Darah segar itu cukup banyak dan menodai seprai dan juga bantal yang ia pakai."Apa ini? Kenapa banyak sekali darah?"Laila menutup hidungnya, ia cukup takut karena tidak pernah mengalaminya.Ia mulai teringat dengan Hanah yang sering kali mimisan dan mengatasinya dengan cara sederhana. Maka iapun melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Hanah di kampus.Sayangnya cara tersebut tidak begitu berhasil sehingga darah masih keluar cukup banyak dan kini membuatnya sedikit pusing.Laila berusaha menenangkan dirinya, berharap Jono segera muncul dan memberinya bantuan. Akan tetapi pria itu tidak muncul juga.Laila hanya pasrah, ia merasa lemah dan berkunang-kunang. Akan tetapi beruntung ia bisa meraih sofa dan duduk di sana.Pagi harinya, Laila terbangun dan ia merasa tubuhnya sedikit memiliki tenaga. Ia tak tahu apa yang terjadi namun ia yakin dirinya sempat pingsa
Read more
Tiga puluh tujuh
Laila tersenyum tipis, mendengar bagaimana Jono tidak merasa bersalah samasekali dengan sikapnya selama ini."Maaf, aku marah bukan karena perduli denganmu, tapi aku perduli dengan diriku sendiri. Apa pandangan orang jika aku membiarkan seorang wanita melakukan hal tak senonoh di rumah istrinya."Setelah mengatakan hal itu, tubuh Laila terasa menggigil, ia mulai merebahkan tubuhnya lagi di tempat tidur. "Jika kau sibuk, sebaiknya urusi saja adik tirimu itu, tak perlu kuatir denganku," katanya dan membalikkan tubuhnya membelakangi Jono.Jono hanya kebingungan sendiri, saat Laila membelakangi dan terlihat marah padanya."Hei, jangan salah sangka. Huft, kenapa kau membuatku bingung... sekarang yang terpenting kau harus ke rumah sakit, kau harus memeriksakan diri," ujarnya."Tidak perlu, aku hanya mau tidur, pergilah.""Jangan keras kepala, aku ini manusiawi, apa aku masih kurang baik? Ah, kalau kau tidak mau bangun, aku akan memanggil ambulans untuk membawamu ke rumah sakit."Sontak saj
Read more
Tiga puluh delapan
"Eh, itu...ehmm... tidak ada, aku hanya merasa kuatir dengan kondisimu, kau memang harus memeriksakan diri," gugupnya. Ia merasa sangat gugup karena takut Laila mendengar ucapannya."Jangan terlalu percaya dengan dokter, kau tahu ini cuma mimisan, bukan penyakit serius. Bahkan anak-anak kecil saja hanya ditolong dengan selembar daun sirih, semua sudah beres."Lihatlah, wanita ini pasti ketakutan penyakitnya diketahui orang lain. Dia pasti tahu penyakit memalukan itu bisa menghancurkan reputasinya."Apa kau yakin? Tapi setidaknya kita akan memastikan kalau kau memang baik-baik saja. Sebagai suami, aku akan memaksamu melakukan pemeriksaan menyeluruh, aku tidak mau disalahkan banyak orang karena dianggap tidak perhatian," tegasnya."Astaga... kau sangat memaksa," keluh Laila dan iapun kembali memejamkan matanya menikmati perjalanan yang sedikit melelahkan.Ia merasa lelah, ia tidak tahu apakah Jono bisa merasakan betapa sedih hatinya saat ini.Sekian lama, setelah kedua orang tuanya tiad
Read more
Tiga puluh sembilan
Laila berkedip, sadar kalau ia menatap pria itu dan membuatnya begitu gugup.Iapun tidak bisa memungkiri betapa gugup dan terkejutnya ia saat ini.Pria yang begitu dingin dan acuh ternyata bisa bersikap sangat manis dan menghangatkan hatinya. Ia sadar betapa ia membutuhkan perlakuan Jono seperti ini. Ia sungguh berdebar merasakannya."Eh, iya... terimakasih," jawabnya kaku.Jono membantu Laila duduk, lalu mengambil semangkuk bubur untuk menyuapinya."Aku... bisa makan sendiri," kata Laila merasa tidak enak."Sudahlah, aku sudah biasa melakukan hal semacam ini. Aku besar di panti asuhan, aku biasa membantu teman-teman yang sakit dengan memberinya obat atau menyuapi," katanya kemudian. "Ayo, buka mulutmu, aaa..."Meskipun merasa canggung, akhirnya Laila menurut menerima suapan dari Jono. Sesekali matanya menangkap sosok pria itu tersenyum manis, membuat hatinya semakin menghangat."Berhenti saja dari pekerjaanmu, supaya tidak semakin memperparah penyakitmu. Aku punya banyak uang untuk
Read more
Empat Puluh
Bulan madu? Hah, benar juga, seharusnya ini adalah hari-hari bulan madu sepasang pengantin. Akan tetapi sepertinya itu tidak akan berlaku baginya.Jono termenung, memikirkan perkataan Laila yang sempat ia dengar dari gadis itu.__"Aku mungkin menyedihkan, tapi aku tidak akan menjalani hidup yang lebih menyedihkan bersamamu. Aku sungguh ingin terlepas dari beban ini," katanya dengan raut yang murung."Kau mau apa? Mau uang, mobil atau apa? Aku akan membantumu memiliki semua itu tapi jangan hidup menyedihkan. Seolah kau tidak membutuhkan semua ini tapi kau malah bekerja dengan pekerjaan kotor.""Akan tetapi bukan itu yang kubutuhkan, apakah kau tidak mengerti?" lirih Laila dengan mata yang berkaca-kaca."Lalu apa memangnya yang kau butuhkan?""Aku... aku butuh ketulusan... aku butuh seseorang yang melihatku dengan hatinya. Aku tau sekarang bahwa seseorang itu bukanlah orang sepertimu," ujarnya dan buliran air mata mulai menetes di pipinya.___"Perempuan gila itu berharap ketulusan darik
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status