Winda berdiri melihat ke arah Jovan dan Jono bergantian dengan senyuman manis. Matanya berkedip dan melangkah maju."Begini, Pak. Saya datang bukan untuk membicarakan masalah pekerjaan. Jika diijinkan ada hal yang ingin saya sampaikan," kata Winda penuh percaya diri."Benarkah begitu? Soal apa?"Winda melirik ke arah Jono sebentar."Saya merasa sangat tidak adil karena sebagai istri Jono dahulu, saya tidak mengetahui apapun soal keluarganya. Setidaknya saya juga ingin tahu dan memiliki keluarga meskipun itu cuma bekas suami, bukankah begitu?"Jono langsung menyebik, memangnya apa yang harus disesalkan, hubungan itu sudah berakhir dan sekarang dia bahkan mengaku sebagai orang yang tertipu?"Uhmm, aku masih tak mengerti," jawab Jovan."Begini, waktu itu kehidupan kami sangatlah sulit, bahkan Jono mengalami buta yang membuatku sangat kesulitan. Akan tetapi akulah yang bekerja memenuhi semua kebutuhannya, aku tidak pernah menyangka dia menyembunyikan sesuatu," kisahnya.Jono langsung ters
Melihat Jono begitu serius mengatakannya, Jovan akhirnya menghempaskan nafasnya kuat."Entahlah, apakah aku terlalu tua untuk cemburu, Jonathan? Apakah ayahmu tidak berhak untuk merasa kecewa?"Jono merasa bersalah, melihat raut ayahnya yang terlihat sedih dan layu. Padahal baginya,. ayahnya adalah orang yang begitu tegar dan setia, kenapa ibunya begitu tega?"Menikah saja dengan perempuan lain, aku lebih setuju.""Hahahaha, kau pikir menikah membuat ayah melupakan ibumu? Enggak putraku, itu justru akan lebih menyakiti istriku kelak karena aku masih memikirkan ibumu."Tiba-tiba saja ayahnya tergelak mendengar usulan Jono untuk menikah lagi. Bukan apa-apa, pria tua itu bisa melihat bibir kebencian di mata putranya. Itu tidak boleh terjadi!"Ah sudahlah, terserah ayah saja," rutuk Jono kesal.###Laila merasa sedikit segar setelah minum obat dan tertidur pulas beberapa waktu lamanya. Iapun melihat ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas siang. Lalu dengan sedikit tenaga ia me
Luapan emosi Laila terlihat jelas. Padahal biasanya Laila sangat bisa menutupi rasa marah dan emosional. Setelah mengatakannya iapun membalas tatapan Jono dengan cukup tajam."Laila, apa maksudmu sebenarnya? Hubungan apa yang kau maksud?" tanya Jono tak mengerti."Benarkah? Kau pasti sedang berpura-pura untuk membuatku semakin bodoh dalam sandiwara kalian. Sudahlah, mari kita bercerai dan aku akan mengembalikan seluruh biaya yang kau keluarkan untukku.""Tapi Laila, aku sungguh tidak punya hubungan dengan siapapun. Percayalah... aku juga menjaga pernikahan ini sebaik mungkin. Bagaimana bisa kau menuduhku seperti itu?"Mereka berhadapan dan saling menatap satu sama lain.Laila menatap tajam ke arah Jono sementara Jono membalas menatapnya dengan tatapan tak mengerti."Bukankah hubungan kalian sangat kentara? Kenapa kau masih mangkir?" ketus Laila."Kalian _kalian_ Aku sungguh tak tau siapa yang kau maksud dengan kalian, Laila. Tolong lebih jelas lagi, hmm?" kesal Jono karena masih tak
Laila mencubit pelan lengan Jono yang membuat pria itu terkekeh.Siapapun akan mengira mereka adalah pasangan yang romantis dan mesra. Pada saat sedang saling berbisik, seorang wanita datang dengan pakaian dan penampilan yang sedikit mencolok.Dia memperhatikan apa yang ada di hadapannya sedikit memicingkan matanya. Ia seperti mengenali wanita yang berada di sisi Jono namun tidak terlalu yakin.Setelah cukup dekat,. sekarang ia baru menyadari siapa sebenarnya wanita tersebut."Bukankah kamu Laila? Gadis yang menjadi pembantuku dulu?" Suara Winda membuat banyak orang memperhatikan dan melihat kearah mereka.Jono sedikit tersentak dan Laila juga menoleh ke arah Winda."Bu Winda... uhmm..."Tangan Jono reflek menarik Laila dan menyembunyikan Laila di belakang tubuhnya. Ia tau Winda tidak akan bersikap baik pada Laila."Ooh, jadi kamu ini berkerja denganku punya maksud tertentu ya? Kamu mengincar suamiku? Atau sebenarnya... suamiku yang menjanjikan sesuatu padamu?" kata Winda dengan emos
"Pak Jono, saya sebenarnya adalah utusan Pak Jovan." Jono mengerutkan kening, bingung. Pria yang tak lama ini menjadi buta akibat kecelakaan itu benar-benar tak tahu siapa pria yang dimaksud oleh sopir sang sahabat. "Pak Jovan? Siapa Jovan?" tanyanya. "Kemungkinan besar, Pak Jovan adalah ayah dari Pak Jono."Deg! "Ayahku?" Jono terkejut. "Sejak kecil, saya tidak punya orang tua, Pak. Mana mungkin ada orang yang bisa menemukan anaknya padahal sudah puluhan tahun lamanya?" Jono menyipitkan matanya, berusaha menatap tajam pria paruh baya di hadapannya, meskipun tak berhasil melihat raut wajahnya."Saya rasa bapak salah orang," tegasnya."Tidak, saya sudah memastikan. Selain itu dari postur tubuh dan juga wajah... kalian punya kemiripan," kata pak Burhan meyakinkan."Hahaha...." Jono tertawa miris. "Sudahlah Pak, biarkan saja orang tuaku menjalani hidupnya sendiri. Saya tidak akan mengganggu mereka. Apalagi mana ada yang mau mengakui seorang anak buta seperti ini." "Saya sudah sangat
Jono melihatnya sekilas.Dari penglihatannya yang tak sempurna itu, dia juga melihat dua tiket bioskop. "Ooh, baik. Masukkan kembali tiket tersebut dan uang yang kau temukan lagi," perintah Jono kemudian."Baik, Pak," ucap Laila hormat.Di sisi lain, Pak Burhan menunggu di ruang tamu, dan tak lama kemudian Laila keluar dengan membawa dompet tersebut."Ini Pak, dompetnya," ujar Laila sambil menyerahkan dompet Winda pada Pak Burhan.Pria itu pergi dan Jono sebenarnya sedang melihat dengan seksama pria yang tempo hari mengatakan semua hal tentang ayahnya.Antara percaya dan tidak percaya, Jono akhirnya memutuskan untuk memercayai pria itu."Laila, bisakah kau memanggil Pak Burhan untukku?" kata Jono setelah Pak Burhan pergi. "Katakan bahwa ada sesuatu yang ingin kukatakan kepadanya."Laila mengangguk dan segera berlari ke arah Pak Burhan. Pria itu melihat Laila yang berlari ke arahnya akhirnya urung menyalakan kendaraannya.Tak lama kemudian, Jono berjalan pelan seperti orang yang benar
Di sisi lain, Jono tengah mempersiapkan dirinya untuk segala kemungkinan setelah mendapat informasi dari satpam.Ia harus melihat sendiri bagaimana dan ke mana kedua orang tersebut pergi. Jono berdiri di dekat area parkir bioskop dan berharap bisa melihat dengan jelas perbuatan mereka.Pria itu mengikuti ke mana mereka akan pergi sehingga bisa mendengar percakapan mereka berdua."Winda, kamu senang bekerja di tempatku?"Terdengar suara Desta tak jauh dari Jono bersembunyi, karena meskipun terlihat, mereka tidak akan menyadari karena masih menganggap Jono buta dan tidak berdaya."Iya dong Mas, inilah hidup yang aku inginkan sebenarnya. Aku bisa bekerja dan juga menikmati hidup dengan uangku sendiri. Selain itu aku bisa mengenal pria hebat sepertimu.""Lalu, bagaimana dengan Jono?"Jono terdiam. Dia masih terus mendengar percakapan mereka meskipun batinnya mendidih."Mau bagaimana lagi, Mas? Dia buta sekarang. Untuk saat ini, biarkan saja dia berada di rumah. Toh ada Laila yang menguru
Diam-diam, Winda mencermati wajah suaminya, mencoba mencari ekspresi apa yang ada di sana. Mungkinkah Jono mengetahui sesuatu?Bagaimanapun juga ia harus memastikan Jono tidak curiga dengan perubahan yang ada pada sikapnya.Jadi setelah selesai mandi, Winda pun mendekati Jono."Mas, apa kau mencium aroma wangi sekarang?" tanya Winda mencoba sedikit menggoda Jono. Ia harus bisa bersikap senormal mungkin untuk bisa bersenang-senang dengan Desta atau semua akan rusak sebelum waktunya.Seperti yang diharapkan, Jono mendengus seperti kucing mencium aroma ikan di sisi tubuhnya."Hmm, lumayan, kau memang sangat wangi. Kalau begitu kau bisa melayaniku malam ini?" Jono berpura-pura membutuhkan, padahal sebenarnya ia bertekad tak akan menyentuh istrinya lagi!Winda menegang. Setelah sekian lama semenjak kecelakaan yang membutakan mata Jono, tak pernah sekalipun Jono menyentuhnya. Itu karena Jono tak bisa melakukan sembarang gerakan karena akan menimbulkan rasa sakit yang luar biasa di kornea ma