All Chapters of Rendang Basi Dari Mertua: Chapter 11 - Chapter 20
30 Chapters
Bab 11. Tidak Terduga
Sifa menatap Risa yang tengah memainkan boneka besarnya. Sudah lama sekali keinginannya belum menjadi kenyataan dan sekarang, ada orang baik yang menghadiahkan boneka yang selama ini diinginkan.Sifa memberanikan diri keluar rumah untuk menemui Fadil. Jantung berdetak begitu cepat ketika kaki sudah berada di ambang pintu."Ada apa denganku? Tidak sepatutnya aku seperti ini!" Gumam Sifa. Sifa melanjutkan langkahnya menemui Fadil di teras."Kak Fadil, maaf lama menunggu!""Oh, tidak apa-apa, Sifa. Maaf jika aku menganggumu!" Sifa memilin pinggiran baju, pikirannya mulai tidak karuan. Khawatir akan menjadi fitnah untuk yang lain jika melihat dirinya sedang berduaan drngan Fadil."Kak, maaf jika Sifa tidak mempersilahkan Kak Fadil masuk. Karena--"Tidak apa, Aku paham, Sifa!" "Baiklah. Sifa buatkan teh hangat dulu, Kak!" Sifa kembali melangkah masuk ke dalam untuk menenangkan gejolak hatinya sesaat. Diraihnya piring dan diisi beberapa bakwan sayur yang baru saja digorengnya. Sifa kembali
Read more
Bab 12. Pemberian Sifa
Obrolan mereka terhenti ketika Sifa keluar dan kembali menghampiri mereka.“Mbak Rina. Ini ada bakwan sayur untuk Mbak Rina bawa pulang. Maaf jika Sifa cuma bisa–“Bakwan sayur buatanmu enak. Aku terima bakwan ini!” Rina memotong ucapan Sifa kemudian meraih kantong plastik di tangan Sifa. “Alhamdulillah, terima kasih sudah mau menyukai makanan Sifa, Mbak!” “Makanan buatanmu semuanya enak. Andai kamu buka warung nasi, pasti ramai!” Ide yang cukup bagus bagi Sifa. “Iya, itu sangat bagus. Tapi–“Cukup jualan di depan rumah aja pasti laku! Siapa yang tidak kenal dengan masakanmu yang selalu enak!” Rina memuji masakan Sifa membuatnya malu. Sifa diam sejenak memikirkan ide dari Rina. Meski hanya tetangga tetapi Rina sosok yang baik kepada Sifa maupun dengan keluarganya.“Aku pulang dulu, Sifa. Terima kasih bakwannya!” Rina berlalu meninggalkan rumah Sifa. Kini tinggal Fadil dan dirinya di teras rumah. Hari sudah menjelang sore, Sifa merasa aneh jika harus berlama-lama bersama Fadil. Lagi
Read more
Bab 13. Penyesalan Sulhan
Sejak pulang dari kampung dan bertemu Sifa, akhir-akhir ini Sulhan sering melamun sendiri di balkon rumahnya. Kenangan dan rasa bersalah seakan tidak rela membuatnya mencicipi rasa bahagianya bersama anak dan istrinya di kota.Marisa dan Putri juga sering tidak di rumah, selain diajak ke tempat usaha Marisa, Marisa sendiri mulai bosan dengan sikap dingin yang ditunjukkan Sulhan kepadanya.Dibukanya lipatan dompet miliknya dan diambilnya foto pernikahan sederhana antara dirinya dengan Sifa di masa lalu. Teringat masa sulit yang mereka lalui hingga berakhir membuatnya mengalah dan terpaksa berbuat curang demi keluar dari masa sulitnya. TingSebuah foto terkirim ke nomor ponsel Sulhan. Kedua mata Sulhan memanas melihat kebersamaan Fadil dengan Sifa. Ternyata Marni sengaja mengirim foto tersebut kepada Sulhan. Tidak ada alasan lain selain membuat Sulhan semakin membenci Sifa.“Ternyata kamu menikungku, Fadil. Beginikah sikap seorang teman sebenarnya?” Gumam Sulhan seraya menghapus foto k
Read more
Bab 14. Bikin rusuh
Menjelang isya, jualan Sifa sudah habis tidak tersisa. Hari pertama berjualan yang cukup menyenangkan.“Alhamdulillah, Risa. Kita diberikan nikmat yang luar biasa. Semua dagangan Ibu habis.“Alhamdulillah, Risa senang!” Sahut Risa di sebelah Sifa yang akan membantu Ibunya beberes.Dari kejauhan dua pasang mata mulai memperhatikan aktivitas Risa dan Sifa sedang berkemas. Keduanya rela menyusuri gelapnya jalan menuju rumah Sifa.“Mbak Irma. Kita apain sekarang Sifa? Bukannya besok rencana kita akan dilakukan?” Rana menengok ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada orang yang tahu jika dirinya berdua sedang menguntit Sifa.“Aku mau memberi peringatan saja padanya. Kalau dia mengabaikan peringatanku maka aku akan berbuat lebih buruk lagi!” Sahut Irma. Keduanya menggunakan masker supaya tidak dikenali warga.Setelah Sifa dan Risa masuk dan menutup pintunya, Irma dan Rana bergegas ke halaman rumah Sifa. Di tangan Irma sudah terdapat satu kantong plastik berisi air got yang cukup bau. Air g
Read more
Bab 15. Marisa Marah
PrangMarisa melempar gelas minumnya di dinding ruang kerjanya. Kemarahannya meledak setelah tahu Irma dan Rana gagal mencoba membakar rumah Sifa."Dasar tidak berguna. Membakar rumah dia saja tidak bisa!" Kedua tangannya mengepal kuat, kemarahannya tidak lagi bisa terbendung. Dilemparkannya beberapa barang yang ada di mejanya demi kepuasan hatinya.Irma dan Rana menggigil demam akibat makhluk yang menakutinya semalam. Bahkan Rana dan Irma mengalami mimpi buruk malam ini. Tidak hanya mimpi buruk, beberapa kali Rana dan Irma menjerit tanpa sadar dan mengigau bertemu makhluk itu lagi.Marni berkali-kali menenangkan mereka namun hasilnya tetap sama. Teriakan semakin menjadi-jadi bahkan setiap satu jam sekali mereka tertidur."Gini amat punya menantu. Sangat menjengkelkan sekali!" Gerutu Marni yang sejak semalam tidak bisa tidur karena harus mengurus kedua menantunya. Pagi ini kedua menantunya baru tertidur lelap. Kesempatan Marni untuk membeli sarapan karena perut sudah terasa lapar dan
Read more
Bab 16. Negosiasi
Marisa mendekatkan mobilnya ke posisi Marni yang tengah menatap ponselnya. Marisa mengulas senyum melihat ibu mertuanya seakan takut dengan panggilannya. Mobil sudah sangat dekat dengan Marni, namun Marni sama sekali tidak menyadari keberadaan Marisa saat ini. Marisa menurunkan kaca mobilnya untuk menyapa mertua.“Hai, Bu!” Marni tersentak kaget melihat Marisa sudah berada di depannya. “Kenapa secepat ini dia datang?” Gumam Marni dalam hati.“Ha-hai Marisa. Masuk dulu, Ibu mau beli makanan!” Marni mengulas senyum pura-pura baik pada Marisa.“Marisa sudah bawa ayam bakar untuk Ibu dan Kakak ipar!” Biasanya Marni akan sangat suka jika menantunya membawakan makanan untuknya. Namun kali ini berbeda, pasti ada maksud tersembunyi di balik datangnya Marisa.Marisa keluar dari mobil dengan membawa satu kotak besar berisi ayam bakar lengkap dengan nasi. Tidak hanya Marni yang merasakan kegugupan saat Marisa datang. Irma dan Rana pula tidak kalah terkejutnya melihat Marisa. “Duh, kenapa dia k
Read more
Bab 17. Resmi bercerai dan hadirnya bencana
Singkat cerita, tiga bulan kemudian, Sifa dan Sulhan resmi bercerai. Atas saran Fadil, Sifa hadir dalam persidangan ketiga saat ikrar talak diucapkan. Keluarga Fadil juga membantu Sifa dengan mendatangkan pengacara yang membantu Sifa.“Sifa, alhamdulillah kemarin sidangnya lancar!” Sahut Fadil sambil menikmati menu yang dijual Sifa sore ini. Tidak hanya Fadil, disana juga terlihat Bu Endang tengah menikmati makanan yang sama dengan Fadil.“Alhamdulillah, Kak. Itu juga karena bantuan dari Kal Fadil!” Sahut Sifa sambil melayani pembeli lain.“Mbak Sifa itu pantasnya jadi istri Fadil. Sudah akrab sejak kecil sampai sekarang!” Sahut Mona yang kebetulan sedang dilayani Sifa. Mona sekarang menjadi salah satu pelanggan tetap Sifa setiap sore. Bahkan Mona selalu bertanya dulu menu yang dimasak Sifa setiap pagi.Uhuk uhukFadil terbatuk mendengar ucapan Mona sedangkan Bu Endang hanya mencebik ke arah Fadil yang tengah merasa salah tingkah.“Mbak Mona bisa saja. Kami cuma berteman, tidak lebih!
Read more
Bab 18. Terpuruk
Fadil beserta Faisal, sang ayah melongo mendengar jenazah Sifa dan Risa tidak ditemukan. Sungguh ini pernyataan tidak masuk akal. “Bisa dipastikan jenazah sudah melebur sebab api yang membakar rumah ini terlalu besar!” Mulai muncul argumen menyakitkan terkait tidak ditemukannya jenazah Sifa dan Risa.“Bagaimana bisa tulang-tulang bisa melebur? Sedangkan—Fadil berusaha menyangkal pernyataan dari tim evakuasi yang menurutnya tidak masuk akal.“Fadil, tenangkan pikiranmu! Nyatanya Sifa dan Risa tidak ditemukan!” Faisal paham jika Fadil belum bisa menerima kenyataan akan tewasnya Sifa dan Risa.“Sifa,” Fadil jatuh terduduk, butiran bening kembali mengalir begitu derasnya karena kehilangan Sifa untuk kedua kalinya. Bahkan untuk selamanya.“Kita pulang, Nak. Kita doakan Sifa dan Risa supaya tenang disana!” Tatapan Fadil begitu lekat menatap rumah yang sudah hancur menjadi arang, rumah yang sempat menjadi tempat utama untuk mampir jika sedang berlibur ke kampung. Kenangan akan senyum dan p
Read more
Bab 19. Rencana Soimah dan Eli
Pagi ini Rana sudah bersiap pergi dari rumah mertuanya. Dirinya juga bakalan tidak mau kembali ke rumah yang berisi orang jahat seperti Marni dan Irma. Kedua mata Marni membola sempurna ketika melihat Rana tengah menyeret koper besarnya saat dirinya tengah mengobrol bersama anak lelakinya.“Mas, aku sudah siap. Kita pulang yuk!” Meski masih terlihat pucat namun Rana memilih untuk segera pulang.“Kamu mau pulang? Jadi Toni kemari karena jemput kamu?” Marni terlihat tidak suka dengan kepulangan Rana yang mendadak.“Rana rindu rumah, Bu. Maafkan Rana tidak bisa menemani Ibu!” Rana berlalu dibantu Toni memasukkan kopernya ke dalam bagasi. Di balik spion, Rana melihat jelas wajah Marni yang seolah tengah marah padanya. Rana sudah tidak peduli lagi, hanya pulang dan menjauh dari mertuanya yang dia inginkan.Suasana warga kampung masih berkabung, garis polisi masih membentang di lokasi kejadian. Fadil menatap lekat garis polisi yang mengelilingi lokasi kejadian. Eli di atas balkon rumahnya
Read more
Bab 20. Terkejut
Dua bulan sudah, Sifa tinggal di kota. Risa juga sudah menemukan sekolah yang baru untuknya. Untung saja beberapa dokumen sempat dibawa saat pergi dari rumah malam itu.“Ibuuuu!” Risa berlari ke arah sang Ibu yang sudah menunggunya di gerbang sekolah.“Risa, tidak perlu lari-lari!” Tegurnya kepada Risa.“Bu, teman-teman Risa baik sekali!” “Benarkah?”Keduanya bercerita sepanjang jalan pulang ke rumah miliknya yang berada di komplek tidak jauh dari lokasi sekolah. Penampilan Sifa pun terlihat berbeda. Eli dan Soimah berkali-kali mengingatkan Sifa untuk tetap merawat diri. Akhirnya, kecantikan Sifa mulai terpancar, meski sudah cantik dari lahir, Sifa melakukan perawatan sesuai arahan Eli dan Soimah.“Risa suka tinggal di kota. Ternyata kota tidak seseram itu!” Sesampai di rumah, Sifa mulai berkutat dengan ponsel pintarnya. Atas kebaikan dari teman sekolahnya yang sudah memiliki usaha butik, Sifa mencoba mengikuti jejaknya. Sifa memasarkan produk salah satu temannya dengan sistem drops
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status