All Chapters of Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin: Chapter 31 - Chapter 40
261 Chapters
Pertemuan Ronald Dengan Vivian
Malam hari.Kediaman Jenderal.Vivian berdiri tegak di tengah kamar yang luas, matanya menatap tempat tidur yang baru saja dibeli oleh suaminya, Charlie. Dia merasa tak nyaman dengan pemikiran bahwa dia harus berbagi tempat tidur itu dengan lelaki yang sebenarnya tidak dia cintai. "Apa kamu tidak sabar lagi mengunakan tempat tidurnya sehingga dari tadi kamu berdiri di sini dan hanya menatapnya?" tanya Charlie dengan nada sinis, sambil tersenyum tipis. "Aku tidak ingin tidur denganmu, Lebih baik aku tidur di lantai atau sofa," jawab Vivian tegas, wajahnya memerah. Charlie mendekati Vivian, menatapnya dalam-dalam. "Jangan lupa anakku ada di dalam perutmu, Jadi, kalian tidak boleh tidur di lantai," ujarnya.Vivian mengepalkan tangan, menahan amarah yang sedang memuncak. "Tidak masuk akal sama sekali, Ini adalah perjanjian awal. Sekarang kamu mengingkari perjanjian itu dan memaksa aku untuk tidur bersamamu," katanya dengan nada kesal."Baiklah, Aku sengaja membeli yang berukuran besa
Read more
Perdebatan Vivian dan Ronald
"Lahirkan anak itu dan pergi! kami yang akan menanggung semua biayanya, Akan tetapi, kamu tidak layak menjadi menantu keluarga kami," ucap Ronald dengan nada ketus, membuat Vivian terkejut dan merasa terhina. Vivian merasa ingin menangis, namun dia berusaha menahan air matanya. Dia tidak ingin menunjukkan kelemahannya di depan Ronald. Di saat yang sama, Charlie tiba-tiba berdiri di antara mereka, menarik Vivian ke sampingnya dan berhadapan langsung dengan ayahnya. "Siapa yang memintamu ikut campur urusan rumah tanggaku," kata Charlie dengan nada tegas, melindungi Vivian dari tekanan yang diberikan oleh ayahnya. "Charlie...," ucap Ronald dengan nada kesar, mencoba mengendalikan emosinya. Namun, Charlie tetap bersikap tegas dan tidak mau ayahnya mengintervensi kehidupan rumah tangganya. Charlie menatap tajam ayahnya dengan kecaman,"Sudah ku katakan, Jangan coba-coba ikut campur," jawab Charlie."Apakah dia adalah papanya Charlie? Kalau memang dia, berarti dia adalah Perdana Menteri
Read more
Hasil Laporan Medis Milik Seseorang
"Maaf, Tuan. Saya tidak mengerti di mana kesalahan saya," ucap Alena dengan suara lirih, hampir tak terdengar. Dia berusaha mengumpulkan keberanian untuk menjawab pertanyaan Charlie, namun jantungnya berdebar kencang, takut akan kemarahan majikannya"Tidak tahu? Kamu sengaja menyuruh Vivian keluar agar dia menerima hinaan dari Perdana Menteri. Aku bukannya tidak tahu niatmu dari awal. Hari itu kamu yang menyuruhnya masuk ke kamarku. Padahal kamu sudah tahu kalau aku tidak pernah mengizinkan siapa pun yang masuk ke kamarku. Untuk apa kamu melakukan itu?" tanya Charlie dengan nada sedikit tinggi "Saya hanya ingin membimbingnya, Tuan. Tidak ada niat lain," jawab Alena dengan alasan.Dengan tatapan tajam Charlie mengatakan,"Aku tidak peduli apa yang ada di pikiranmu, Kamu perlu ingat! Jangan coba-coba melakukan hal yang sama! Vivian sekarang adalah istriku. Tugasmu menjaganya dengan baik dan hati-hati. Kalau sampai terjadi sesuatu padanya aku tidak akan ragu mencabut nyawamu!" kecam Char
Read more
Perdebatan Vivian dan Elena
"Vivian sudah menjadi istrimu, Sepertinya dia harus mengetahuinya."saran Micheal.Charlie menghela napas panjang dan meletakan dokumen itu ke atas meja,"Belum saatnya, Kami baru menikah. Aku tidak ingin mengejutkan dia," jawab Charlie."Menurutmu, Apa mungkin dia berani melakukan itu? Ini adalah satu kesalahan besar dan tidak bisa dimaafkan," tanya Micheal."Saat itu dia sudah buta karena mengenal wanita lain, Apa yang tidak bisa dia lakukan demi kepentingan sendiri," jawab Charlie."Charlie, mungkin saja kamu harus mempertimbangkan lagi. Apa mungkin dalam kediaman yang kalian tempati dulu ada orang lain yang pantas dicurigai? Saat itu begitu banyak orang keluar masuk. Seperti pelayan rumah tangga, para pejabat yang datang bertemu dengan perdana menteri. Mungkin saja kita bisa mencurigai mereka.""Tidak ada alasan aku mencurigai mereka, Karena mereka tidak memiliki alasan untuk menyakiti seseorang yang bukan musuh mereka," jawab Charlie dengan tegas, matanya menatap ke arah Michael.
Read more
Penyerangan di Tengah Jalan
Elena langsung terdiam dan menunduk," Maaf, Tuan. Kami tidak bertengkar," ucap Elena dengan sopan.Charlie melirik tajam pada wanita itu dan kemudian menatap istrinya," Vivian, apa kamu baik-baik saja?" tanya Charlie dengan penuh perhatian."Aku tidak apa-apa," jawab Vivian. Charlie yang telah mendengar pertengkaran mereka sejak tadi, Dirinya hanya diam dan sudah memahami sikap istrinya yang bisa menghadapi Elena.Restoran termewah di kota LA.Seorang pria bertato di bagian leher serta wajahnya terdapat bekas luka pisau. Pria itu memiliki tatapan tajam sedang memandang ke arah seorang pria yang berlutut di hadapannya.Ia ditemani oleh beberapa anggota berpakaian serba hitam sedang berdiril mengelilinginya."Bos, Maafkan aku. Aku mohon padamu... beri aku satu kesempatan lagi. Aku akan melakukan yang terbaik." Pria itu ketakutan hingga gemetar di sekujur tubuhnya.Pria itu memegang cangkir minuman dan berkata, "Aku tidak ada alasan memberimu kesempatan, Kamu sama sekali tidak berguna,"
Read more
Charlie Vs Pembunuh
Malam itu, langit tampak gelap dan mendung. Angin berhembus kencang, menambah ketegangan suasana. Di tengah kegelapan, terdengar suara sekelompok pembunuh yang mengejek Charlie Parkitson. "Charlie Parkitson, Malam ini hari kematianmu!" teriak salah satu pembunuh dengan nada sinis, sambil mengepalkan tangannya. "Tunjukan kehebatan kalian," balas Charlie dengan tenang, tak terpengaruh oleh cemoohan mereka. Wajahnya penuh keteguhan dan keberanian. "Aku penasaran, Apakah Jenderal kita sangat tangguh seperti yang dikatakan orang," ujar pembunuh itu sambil tersenyum licik, kemudian mengeluarkan senjata tajam dari balik jubahnya. Melihat itu, Charlie menghela nafas, lalu membuang pistol yang ada di tangannya. Ia memilih untuk menggunakan pisau belati sebagai alat senjata melawan musuh-musuhnya. Kilatan tajam belati itu terlihat mengancam di balik kegelapan malam. "Tuan..." ucap Andrew, anak buah Charlie yang melihat aksi atasannya. Wajahnya tampak cemas, namun tak berani untuk mencegah.
Read more
Pertarungan Charlie
Masih belum puas dengan pembalasan yang telah ia berikan, Charlie mengeluarkan pisau lipat dari saku celananya dan menikamnya tepat di jantung pembunuh ke-4, memastikan tak ada lagi nyawa yang tersisa di tubuh pria itu. Seketika itu juga, pembunuh ke-4 terkapar tak berdaya."Aahh!" Sesaat kemudian lawannya tewas dengan satu tikaman yang menembus jantungnya."Serang dia!" perintah Pembunuh 7 dengan suara keras dan tegas. Segera, Pembunuh 6, 7, 8, serta Pembunuh 9 dan 10 bahu-membahu melancarkan serangan mematikan kepada lawan mereka, Charlie. Charlie, dengan sigap dan lincah, berusaha menghadapi serangan dari kelima pembunuh itu. Di tengah pertarungan sengit, keringat mengucur deras membasahi wajah dan leher Charlie. Penglihatannya mulai buram, namun dengan tekad kuat, ia berusaha berdiri tegap dan menyembunyikan kelemahannya dari lawan-lawannya. Sepuluh pembunuh itu melancarkan serangan bersamaan kepada Charlie. Mereka mengayunkan senjata tajam mereka, berusaha menancapkan ujung-uju
Read more
Charlie Terluka
Pembunuh itu semakin ketakutan saat melihat senyuman lawannya. Tidak terlihat sedikit pun ia sedang menahan sakit."Sudah ku katakan, kalian bukan siapa-siapa bagiku," ujar Charlie mencabut pisau itu. Semakin deras darah yang keluar dari tubuhnya tidak membuat sang Jenderal menjadi lemah.Charlie membuang pisau itu ke jalan, "Berapa tikaman lagi yang ingin kamu lakukan?" tanya Charlie."Jangan bunuh aku! Aku hanya menerima bayaran dan ikut perintahnya saja," ujar pembunuh itu yang memundurkan langkahnya."Baiklah, Sampaikan pesanku padanya! Lain kali kalau masih ingin membunuhku kirim pembunuh yang lebih tangguh. Kalian hanya seekor semut di mataku," kata Charlie yang melempar pisau itu ke jalan.Pembunuh itu gugup dan berdiri dengan kedua kakinya yang lemas,"A-aku boleh pergi?""Tidak berguna aku membunuhmu, Hanya membuang waktuku. yang aku inginkan adalah kepala bosmu itu," jawab Charlie dengan santai dan masuk kembali ke dalam mobilnya.Beberapa saat kemudian mereka meninggalkan lo
Read more
Alat Pelindung
Malam itu pukul 23.00, suasana di kediaman Jenderal Charlie terasa sepi dan sunyi. Setelah bertarung mati-matian dengan para musuhnya, Charlie akhirnya baru kembali ke rumahnya yang megah. Ia menghela nafas panjang, melepas penat sejenak, lalu melangkah menuju kamar tidurnya. Di dalam kamar, istrinya Vivian telah terlelap dalam tidur yang pulas. Rambut panjangnya terurai di atas bantal, wajahnya tampak damai dan tenang. Charlie tersenyum tipis melihat istrinya, kemudian menghampirinya dengan langkah perlahan. Mendengar suara pintu, Vivian langsung terjaga dari tidurnya. Kedua matanya terbuka lebar, menatap suaminya dengan ekspresi kaget sekaligus senang. "Kamu baru pulang? Aku akan menyiapkan makanan ringan untukmu," ujar Vivian yang ingin bangkit, namun ditahan oleh suaminya yang duduk di tepi kasur. "Aku tidak butuh makanan ringan," jawab Charlie dengan suara lembut, mencoba menenangkan istrinya. Ia mendekatkan wajahnya ke arah Vivian, menatapnya dengan penuh kasih sayang. Tangan
Read more
Penyakit Charlie
Keesokan harinya.Kediaman Jenderal.Charlie berdiri di hadapan cermin dengan telanjang dada. Ia memandang tubuhnya yang dipenuhi oleh perban.Charlie mengingat kejadian semalam, dirinya yang harus melawan belasan pembunuh, "Astone Villare, kau Ingin membunuhku? Kau belum layak. Lihat saja sampai akhir...siapa yang mati. Suatu hari kau akan mati di tanganku," ucap Charlie.Vivian membuka pintu ruangan itu dan melangkah masuk ke dalam, "Charlie, Makanan sudah siap!" seru Vivian yang terdiam sejenak. Mata wanita itu terbelalak kaget saat melihat tubuh suaminya yang penuh dengan balutan."Kamu terluka?" tanya Vivian.Charlie tersenyum melihat istrinya,"Masuklah!" titah Charlie yang masih berdiri di sana.Vivian menghampiri pria itu yang sedang menatapnya, Ia dikejutkan oleh pemandangan yang ada di hadapannya itu."Sejak kapan kamu terluka?" tanya Vivian."Semalam, hanya luka kecil," jawab Charlie."Begitu banyak perban, Kamu menganggapnya luka kecil?" "Kamu takut? Luka ini tidak seband
Read more
PREV
123456
...
27
DMCA.com Protection Status