All Chapters of The Seductive Revenge: Chapter 41 - Chapter 50
154 Chapters
41. The Lunch Meeting
Lunch meeting yang diadakan di ruang rapat VIP di lantai 39 pun mulai berlangsung. Dexter memulai rapat dengan pidato singkatnya mengenai tema pembahasan rapat kali ini, yaitu due dillegence kepada beberapa perusahaan yang akan diakuisisi oleh Alpha Green.Sebelum masuk ke pembahasan utama, Dexter juga mengumumkan mengenai isu pemecatan salah satu karyawan yang melakukan perbuatan asusila di dalam lift dan telah menjadi desas-desus di perusahaan.Sebagai pemimpin, ia menegaskan bahwa ia tidak akan segan memecat siapa pun yang melakukan perbuatan yang akan mencoreng nama baik perusahaan. Itu sebabnya ia memecat Denis Ankarian setelah menemukan bukti-bukti yang cukup.Setelahnya, lunch meeting pun dimulai. Di tengah-tengah acara rapat, Jelita merasa ingin ke toilet. Mumpung agenda meeting belum masuk ke pembahasan sisi legal business yang menjadi ranahnya Jason dan Jelita, maka wanita itu pun memutuskan untuk ijin keluar sebenta
Read more
42. Let Me Be Your Friend
Lunch meeting akhirnya selesai tepat pukul lima sore. Suara-suara desahan lega serta orang berbincang terdengar memenuhi ruang rapat yang semakin lama semakin sepi itu.Ponsel Jelita tiba-tiba berdering saat ia sedang membereskan berkas-berkas. "Uhm... Jason, aku harus menerima telepon ini dulu," pinta Jelita pada bosnya yang sudah bersiap untuk pulang."Okay. Kalau begitu aku duluan ya? See you tomorrow Jelita," pamit Jason sambil menyentuh lembut lengan kiri Jelita sekilas. Bagi Jelita, gerakan itu tidak ada artinya sama sekali kecuali menyiratkan pertemanan. Namun tidak bagi sepasang mata caramel yang menatapnya tajam sedari tadi.Yang menelepon Jelita adalah Axel, anak lelakinya. Ia kangen dengan Jelita dan hanya ingin mendengar suara mamanya."Okay, Sayang! Sampai jumpa di rumah! I love you... muaaah!!" Jelita mengakhiri telepon dengan memberikan kecupan mesra sambil tersenyum. Ketika ia menyimpan ponsel dan hend
Read more
43. The Surprise Party
"Maaamaaaaa!!!" Axel dan Aireen menjerit kegirangan penuh suka cita mendengar suara mobil mamanya yang memasuki garasi. Mereka berlari serta berebut untuk memeluk Jelita yang baru saja datang dan turun dari mobilnya.Saat ini hari masih sore, dan anak-anak begitu gembira karena mamanya sudah pulang kerja lebih cepat daripada biasanya.Jelita memeluk erat kedua anak kembarnya itu dengan rasa sayang yang meluap-luap. Dengan gemas, ia pun mengecup pipi mereka dan menggendong kedua anak itu di pinggangnya.Dara, pengasuh si kembar, ikut berdiri di dekat Jelita dan mengambil tas kerja majikannya itu sambil tersenyum ramah. "Biar saya yang bawakan tasnya, Bu," ucap sopan gadis muda itu. "Terima kasih. Eyang sudah pulang, Ra?" tanya Jelita. Mobil papa Dirga memang tidak ada di garasi, tapi terkadang papa mertuanya itu sering meminta Pak Marcel untuk membawa mobil Dirga ke rumah ajudannya itu setelah mengantarnya pulang.
Read more
44. Farrel's Revenge
Jelita masih bingung dengan permintaan yang terlontar dari bibir oranye redup Dionne Graham itu. Maksudnya, dia diminta jadi model gitu? Untuk brand fashion yang terkenal itu? Urban Dictionary?? Benarkah??"Ha?" rasanya Jelita ingin menabok mulutnya sendiri yang dengan bodohnya mengucapkan dua huruf itu sampai dua kali. Tapi sebenarnya dia hanya bingung sih. Jelita memang pernah mendapat tawaran menjadi model ketika dia masih berusia sembilan belas tahun, namun saat itu dia pun masih harus melalui proses casting. Dan tawaran itu akhirnya dia tolak, karena Jelita merasa tidak memiliki bakat dan minat untuk bergaya di depan kamera.Tapi masalahnya kali ini adalah yang menawarinya bukanlah agensi model, melainkan desainernya langsung! Jelita mengalihkan tatapannya kepada Dexter yang berada di samping Dionne, namun lelaki itu terlihat sama bingungnya dengan Jelita."Uhm...," Jelita membuka suara sambil melirik sekilas pada tangannya yang digenggam Dionne erat."Aku merasa sangat tersa
Read more
45. The Missing Jelita
**15 MENIT SEBELUMNYA....Dexter menatap kepergian Jelita ke arah kolam air mancur dengan kening berkerut. Pikirannya menjadi tidak tenang setelah mendengar perkataan wanita itu yang sepertinya telah melihat keberadaan Farrel.Bagaimana jika Jelita benar? Apa maksud lelaki itu memunculkan dirinya di sini?Tangannya pun segera bergerak meraih ponsel dari sakunya untuk menelepon Nero, ajudan setianya."Nero? Periksa semua CCTV. Cari keberadaan Farrel Bintang Arjuna di sini, lalu segera tangkap dan interogasi dia." Dexter pun segera mematikan sambungan ponselnya saat melihat William Green yang berjalan ke arahnya."Heaven sudah hampir sampai, Dex!" ayahnya memberitahu dengan antusias. Dexter tersenyum dan mengangguk, lalu mengeluarkan remote kecil dari sakunya. Ia menekan salah satu tombol yang berwarna merah, lalu seketika suasana pun berubah gelap karena semua lampu taman otomatis padam.Beberapa saat
Read more
46. Saving Jelita
*30 MENIT SEBELUMNYA...Suara petir yang keras dan menggelegar serta rintik kecil hujan mengiringi perjalanan Dexter menuju alamat yang diberikan si penelepon misterius itu. Kilat yang sesekali menyambar seakan mengancam seluruh penduduk bumi agar bersiap menghadapi hujan badai yang akan turun dengan deras dari langit.Dexter menyetir mobilnya seperti kesetanan, karena yang ada dalam pikirannya hanyalah bagaimana ia bisa secepatnya menyelamatkan Jelita. Ia telah berulang kali berusaha menelepon nomor tak dikenal itu, namun tak kunjung juga diangkat. Apakah Farrel adalah dalang dibalik penculikan Jelita?? Bajingan!! Dexter akan memastikan untuk mematahkan semua tulang belulangnya jika dia berani menyentuh Jelita meskipun hanya seujung kuku!!GPS di mobil Dexter berbunyi pelan, menandakan bahwa posisinya saat ini telah sampai sesuai dengan alamat yang dituju.Kilat pun kembali menyambar, dan sinarnya membuat D
Read more
47. Sweet Kiss Under The Bitter Rain
Warning : ada adegan hot kiss, buat yg sedang puasa, boleh dibaca setelah berbuka. dosa ditanggung berdua. hehe.***"Tanda tangani dulu surat pernyataan pengembalian aset akuisisi ini kalau tidak ingin tubuh semulus ini terluka," ancam Farrel sambil mengeluarkan pisau dari sakunya dan menempelkan benda tajam itu di leher Jelita."Aku akan mengembalikan harta tidak berhargamu itu, Farrel! Tapi lepaskan Jelita dulu, dan mari kita duel satu lawan satu sesudahnya," Dexter menggeram sambil mengepalkan kedua tangannya.Farrel mendengus kasar. "Tak usah banyak bicara! Tanda tangani surat itu saja, Dexter Green!" bentaknya kesal.Romeo yang dari tadi diam saja, seketika mengambil pulpen biru dari atas meja dan menjejalkannya di tangan Dexter agar menggenggam alat tulis itu. Tanpa ragu Dexter pun langsung menandatangani surat itu, yang sontak menerbitkan senyum kepuasan di wajah Farrel."Bagus. Sekarang kau boleh memukuli dia s
Read more
48. Unforgettable Kiss
Hujan terus turun membasahi tubuh dua insan yang sedang saling memagut dengan penuh suka cita, seakan saling berlomba untuk menunjukkan gairah yang menguasai diri mereka.Detik-detik yang berlalu terasa begitu sakral dan penuh keajaiban. Bahkan hujan pun terasa begitu manis, suara petir bagaikan alunan lagu merdu dan sambaran kilat bagaikan lampu temaram yang bersinar hangat di malam yang gelap.Entahlah dengan Dexter, namun Jelita tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Berciuman seperti ini sebelumnya, meskipun di masa lalu dirinya dan Dexter adalah sepasang kekasih.Namun yang terjadi saat ini begitu berbeda, seakan Jelita mencium Dexter yang berbeda dengan sepuluh tahun yang lalu. Meskipun tetap ada getaran yang familier, seperti aroma maskulin sesegar pegunungan yang menguar dari tubuh Dexter, sama seperti dulu.Tapi hanya itu. Hanya aromanya saja yang sama, selebihnya begitu berbeda.Ciuman d
Read more
49. It Was Not Euphoria!
makasi gems-nya, otot kasi bonus deh nih 2 bab Yeay ┌⁠(⁠・⁠。⁠・⁠)⁠┘⁠♪***Selesai mandi, Jelita merasa tubuhnya jauh lebih segar. Dengan hanya mengenakan bath robe, ia menyisir pelan rambutnya yang panjang dan masih setengah basah. Biasanya Jelita selalu mengeringkannya dengan hair dryer, tapi ia takut suara mesin itu akan membangunkan anak kembarnya.Ia pun memutuskan untuk membalut rambutnya dengan handuk kering, sebelum merebahkan tubuhnya di ranjang besar dari kayu rustic yang ditutup seprai putih halus dan bedcover coklat muda berbulu lembut.Ia sangat lelah, dengan tenaga dan emosi yang serasa terkuras habis. Sesaat ketika Jelita baru saja hendak terlelap dan menutup matanya, tiba-tiba terdengar suara ketukan pelan dari arah luar pintu kamar. Haaah... sebenarnya ia sangat malas untuk membuka pintu, dan sedang mempertimbangkan untuk menutup telinga pura-pura tidak mendengarnya saja.Tapi jika dip
Read more
50. The Kiss-proof
"Mari kita buktikan, apakah kelainanmu itu tidak kambuh karena euforia, ataukah... karena diri kita saja yang saling menginginkan!" Jelita terkesiap ketika Dexter meraih tengkuk dan lengannya lalu memagut bibirnya dengan keras dan menuntut, seakan Dexter benar-benar marah dan ingin menghukumnya.Untuk beberapa detik yang membingungkan, pikiran Jelita benar-benar tidak bisa diakses. Buntu. Blank. Kosong. Ia merasa gamang karena sentuhan tiba-tiba Dexter di bibirnya. Di satu sisi ia ingin sekali mendorong tubuh lelaki itu, tapi di sisi lain ia sebenarnya juga penasaran. Apakah ia tidak akan muntah?Dan ternyata... Jelita memang tidak muntah.Ciuman Dexter pun yang semula menekan keras bibirnya, kini mulai melembut. Lelaki itu menghirup napas Jelita, menyapukan ujung lidahnya di bibir bawah Jelita, hingga wanita itu pun tersentak kaget dan membuka mulutnya. Kesempatan itu pun tidak dis
Read more
PREV
1
...
34567
...
16
DMCA.com Protection Status