"Maaamaaaaa!!!" Axel dan Aireen menjerit kegirangan penuh suka cita mendengar suara mobil mamanya yang memasuki garasi.
Mereka berlari serta berebut untuk memeluk Jelita yang baru saja datang dan turun dari mobilnya.Saat ini hari masih sore, dan anak-anak begitu gembira karena mamanya sudah pulang kerja lebih cepat daripada biasanya.Jelita memeluk erat kedua anak kembarnya itu dengan rasa sayang yang meluap-luap. Dengan gemas, ia pun mengecup pipi mereka dan menggendong kedua anak itu di pinggangnya.Dara, pengasuh si kembar, ikut berdiri di dekat Jelita dan mengambil tas kerja majikannya itu sambil tersenyum ramah."Biar saya yang bawakan tasnya, Bu," ucap sopan gadis muda itu."Terima kasih. Eyang sudah pulang, Ra?" tanya Jelita.Mobil papa Dirga memang tidak ada di garasi, tapi terkadang papa mertuanya itu sering meminta Pak Marcel untuk membawa mobil Dirga ke rumah ajudannya itu setelah mengantarnya pulang.Jelita masih bingung dengan permintaan yang terlontar dari bibir oranye redup Dionne Graham itu. Maksudnya, dia diminta jadi model gitu? Untuk brand fashion yang terkenal itu? Urban Dictionary?? Benarkah??"Ha?" rasanya Jelita ingin menabok mulutnya sendiri yang dengan bodohnya mengucapkan dua huruf itu sampai dua kali. Tapi sebenarnya dia hanya bingung sih. Jelita memang pernah mendapat tawaran menjadi model ketika dia masih berusia sembilan belas tahun, namun saat itu dia pun masih harus melalui proses casting. Dan tawaran itu akhirnya dia tolak, karena Jelita merasa tidak memiliki bakat dan minat untuk bergaya di depan kamera.Tapi masalahnya kali ini adalah yang menawarinya bukanlah agensi model, melainkan desainernya langsung! Jelita mengalihkan tatapannya kepada Dexter yang berada di samping Dionne, namun lelaki itu terlihat sama bingungnya dengan Jelita."Uhm...," Jelita membuka suara sambil melirik sekilas pada tangannya yang digenggam Dionne erat."Aku merasa sangat tersa
**15 MENIT SEBELUMNYA....Dexter menatap kepergian Jelita ke arah kolam air mancur dengan kening berkerut. Pikirannya menjadi tidak tenang setelah mendengar perkataan wanita itu yang sepertinya telah melihat keberadaan Farrel.Bagaimana jika Jelita benar? Apa maksud lelaki itu memunculkan dirinya di sini?Tangannya pun segera bergerak meraih ponsel dari sakunya untuk menelepon Nero, ajudan setianya."Nero? Periksa semua CCTV. Cari keberadaan Farrel Bintang Arjuna di sini, lalu segera tangkap dan interogasi dia." Dexter pun segera mematikan sambungan ponselnya saat melihat William Green yang berjalan ke arahnya."Heaven sudah hampir sampai, Dex!" ayahnya memberitahu dengan antusias. Dexter tersenyum dan mengangguk, lalu mengeluarkan remote kecil dari sakunya. Ia menekan salah satu tombol yang berwarna merah, lalu seketika suasana pun berubah gelap karena semua lampu taman otomatis padam.Beberapa saat
*30 MENIT SEBELUMNYA...Suara petir yang keras dan menggelegar serta rintik kecil hujan mengiringi perjalanan Dexter menuju alamat yang diberikan si penelepon misterius itu. Kilat yang sesekali menyambar seakan mengancam seluruh penduduk bumi agar bersiap menghadapi hujan badai yang akan turun dengan deras dari langit.Dexter menyetir mobilnya seperti kesetanan, karena yang ada dalam pikirannya hanyalah bagaimana ia bisa secepatnya menyelamatkan Jelita. Ia telah berulang kali berusaha menelepon nomor tak dikenal itu, namun tak kunjung juga diangkat. Apakah Farrel adalah dalang dibalik penculikan Jelita?? Bajingan!! Dexter akan memastikan untuk mematahkan semua tulang belulangnya jika dia berani menyentuh Jelita meskipun hanya seujung kuku!!GPS di mobil Dexter berbunyi pelan, menandakan bahwa posisinya saat ini telah sampai sesuai dengan alamat yang dituju.Kilat pun kembali menyambar, dan sinarnya membuat D
Warning : ada adegan hot kiss, buat yg sedang puasa, boleh dibaca setelah berbuka. dosa ditanggung berdua. hehe.***"Tanda tangani dulu surat pernyataan pengembalian aset akuisisi ini kalau tidak ingin tubuh semulus ini terluka," ancam Farrel sambil mengeluarkan pisau dari sakunya dan menempelkan benda tajam itu di leher Jelita."Aku akan mengembalikan harta tidak berhargamu itu, Farrel! Tapi lepaskan Jelita dulu, dan mari kita duel satu lawan satu sesudahnya," Dexter menggeram sambil mengepalkan kedua tangannya.Farrel mendengus kasar. "Tak usah banyak bicara! Tanda tangani surat itu saja, Dexter Green!" bentaknya kesal.Romeo yang dari tadi diam saja, seketika mengambil pulpen biru dari atas meja dan menjejalkannya di tangan Dexter agar menggenggam alat tulis itu. Tanpa ragu Dexter pun langsung menandatangani surat itu, yang sontak menerbitkan senyum kepuasan di wajah Farrel."Bagus. Sekarang kau boleh memukuli dia s
Hujan terus turun membasahi tubuh dua insan yang sedang saling memagut dengan penuh suka cita, seakan saling berlomba untuk menunjukkan gairah yang menguasai diri mereka.Detik-detik yang berlalu terasa begitu sakral dan penuh keajaiban. Bahkan hujan pun terasa begitu manis, suara petir bagaikan alunan lagu merdu dan sambaran kilat bagaikan lampu temaram yang bersinar hangat di malam yang gelap.Entahlah dengan Dexter, namun Jelita tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Berciuman seperti ini sebelumnya, meskipun di masa lalu dirinya dan Dexter adalah sepasang kekasih.Namun yang terjadi saat ini begitu berbeda, seakan Jelita mencium Dexter yang berbeda dengan sepuluh tahun yang lalu. Meskipun tetap ada getaran yang familier, seperti aroma maskulin sesegar pegunungan yang menguar dari tubuh Dexter, sama seperti dulu.Tapi hanya itu. Hanya aromanya saja yang sama, selebihnya begitu berbeda.Ciuman d
makasi gems-nya, otot kasi bonus deh nih 2 bab Yeay ┌(・。・)┘♪***Selesai mandi, Jelita merasa tubuhnya jauh lebih segar. Dengan hanya mengenakan bath robe, ia menyisir pelan rambutnya yang panjang dan masih setengah basah. Biasanya Jelita selalu mengeringkannya dengan hair dryer, tapi ia takut suara mesin itu akan membangunkan anak kembarnya.Ia pun memutuskan untuk membalut rambutnya dengan handuk kering, sebelum merebahkan tubuhnya di ranjang besar dari kayu rustic yang ditutup seprai putih halus dan bedcover coklat muda berbulu lembut.Ia sangat lelah, dengan tenaga dan emosi yang serasa terkuras habis. Sesaat ketika Jelita baru saja hendak terlelap dan menutup matanya, tiba-tiba terdengar suara ketukan pelan dari arah luar pintu kamar. Haaah... sebenarnya ia sangat malas untuk membuka pintu, dan sedang mempertimbangkan untuk menutup telinga pura-pura tidak mendengarnya saja.Tapi jika dip
"Mari kita buktikan, apakah kelainanmu itu tidak kambuh karena euforia, ataukah... karena diri kita saja yang saling menginginkan!" Jelita terkesiap ketika Dexter meraih tengkuk dan lengannya lalu memagut bibirnya dengan keras dan menuntut, seakan Dexter benar-benar marah dan ingin menghukumnya.Untuk beberapa detik yang membingungkan, pikiran Jelita benar-benar tidak bisa diakses. Buntu. Blank. Kosong. Ia merasa gamang karena sentuhan tiba-tiba Dexter di bibirnya. Di satu sisi ia ingin sekali mendorong tubuh lelaki itu, tapi di sisi lain ia sebenarnya juga penasaran. Apakah ia tidak akan muntah?Dan ternyata... Jelita memang tidak muntah.Ciuman Dexter pun yang semula menekan keras bibirnya, kini mulai melembut. Lelaki itu menghirup napas Jelita, menyapukan ujung lidahnya di bibir bawah Jelita, hingga wanita itu pun tersentak kaget dan membuka mulutnya. Kesempatan itu pun tidak dis
*BEBERAPA SAAT SEBELUMNYA...Dexter berusaha menyelesaikan meeting mingguan dan penandatanganan berkas-berkas untuk hari ini dengan secepat mungkin karena ia ingin bertemu dengan Jelita. Damned it! Dexter benar-benar kesal karena wanita itu terus-menerus menghindarinya sepanjang hari ini. Dexter sengaja meminta Jason untuk datang ke Gedung Alpha Green dalam meeting yang membahas klausul perjanjian kerjasama dengan salah satu perusahaan. Hanya alasan, tentu saja. Dexter sudah paham semua poin-poin yang tertera di dalam perjanjian itu. Ia hanya ingin bertemu dengan Jelita, ingin memastikan bahwa wanita itu baik-baik saja. Dexter tak bisa menampik perasaan was-was yang membuatnya resah atas keselamatan Jelita, pasca penculikannya semalam. Diam-diam, Ia juga menugaskan Nero dan beberapa bodyguard untuk mengikuti Jelita setiap hari, dan melaporkan semua aktivitasnya.Dexter tak peduli jika ia dianggap berlebiha