All Chapters of Gara-gara Selembar 50 Ribu: Chapter 21 - Chapter 30
87 Chapters
Bab 21
Perempuan itu memang manis dan masih sangat muda. Nisa tidak habis pikir, mengapa ada laki - laki yang tega menyia - nyiakan perempuan yang begitu terlihat manis seperti ini. Nisa saja begitu bertemu langsung suka dan jatuh hati, apalagi kaum adam? "Nama Saya Tini, Bu. Kata Teh Maya Saya boleh kerja di sini?" Nisa mengangguk. "Tapi kalau Ibu boleh tahu, kenapa Kamu bercerai? Bukannya anak Kamu masih kecil - kecil?" Tini tertunduk. Entah apa yang ia rasakan atas pertanyaan Nisa tadi. "Maaf, Tin. Kalau ucapan Ibu nyakitin perasaan Kamu." ucap Nisa terburu - buru. Nisa tidak melihat ada senyum miring di bibir Tini. "Nggak papa, Bu.Maaf Saya belum bisa cerita, Bu. Rasanya masih sakit." Nisa mengangguk dengan hati iba.Malam ini Tini mulai bekerja di warung pemancingan. Kehadirannya membuat heboh para pemancing dan karyawan Iman."Mereka bersedia mengantar dan menjemput Tini pulang pergi bekerja. "Udah keduluan sama si Rasya." keluh Juned. "Kamu 'kan punya istri, Ned. Ngapain Kamu i
Read more
Bab 22
Setelah Mumu pergi, Nisa juga ingin bergegas masuk ke dalam rumah. Ia ingin melepaskan tangisannya di atas bantal. Tapi baru sampai pintu Iman menegurnya."Mau kemana, Mah?""Kan tadi disuruh Masuk? Dasar plin - plan!"Iman melongo. Sebenarnya ada apa, sih?"May, sebenarnya ada apa, sih?" Hanya Maya yang dapat diminta pertanggungjawabannya. Bukan pertanggung jawaban juga, sih.. Maksudnya diminta penjelasannya karena ia yang dari tadi bersama Nisa di sini. Ia pasti tahu kejadiannya. "Maya nggak pinter cerita, Bang. Nanti malah salah." "Udah, cerita aja. Kenapa Bang Mumu sampai melabrak Nisa?""Iya, Bang. Tapi sebelumnya, kalau ada salah - salah kata, maafin Maya, ya.""Kok malah pidato? Ayo cepetan cerita!"Maya berusaha mengingat. Ia terlihat bingung. "Darimana dulu, ya?" Iman mengacak kasar rambutnya. Mau mengacak rambut Maya nanti dibilang pelecehan."Jangan bertele - tele! Cepetan cerita!" ucapnya tidak sabar."Eh! Iya, Bang!" dengan sedikit gugup Maya mulai bercerita.Mata Ima
Read more
Bab 23
Nisa mengulurkan upah Maya untuk hari ini. "Makasih, Mbak.""Hati - hati, May!" setelah memastikan Maya sudah naik ke boncengan suami yang menjemputnya, Nisa masuk ke dalam rumah. Warung Nisa sekarang ada di depan rumah atau menjadi bagian dari rumahnya."Ibu, Saya pulang dulu, Bu." pamit Rasya."kok pulang?""Ada perlu sebentar. Nanti Saya balik lagi, kok." Nisa melihat mata Rasya yang merah. Sepertinya ia menyembunyikan sesuatu. Lagi - lagi Nisa merasa tidak enak. Ia juga mencium bau alkohol dari mulut Rasya. "Kamu minum, ya?" selidik Nisa. Rasya menunduk. Semua yang bekerja di empang tau kalau Iman dan Nisa melarang mereka minum minuman keras di area pemencingan."Kalian mau mabok di mana - mana terserah! Yang penting jangan di empang Aku!" begitu tegas Iman. Nisa bersyukur, sejelek - jeleknya Iman, ia tidak pernah mau menyentuh barang haram itu. Tidak seperti Bang Mumu dan bang Edi. "Maaf Bu, Saya sedikit pusing.""Rasya, kalau pusing itu minum obat, bukan minum itu!""Saya p
Read more
Bab 24
Kita lupakan dulu masa lalu Iman dan Nisa. Masa yang tidak terlalu lama sebenarnya. Hanya hitungan tahun saja. 'Mamaaah! Kartu ulangan Doni ditahan, Mah. Mamah belum bayar uang bangunan, ya? Doni nggak boleh ikut ulangan!' chat Doni pada Nisa. Doni sepertinya panik. Dan kepanikan itu menular pada Nisa. 'Iya, Nang. Maafin Mamah, ya?''Sekarang suruh bayar, Mah. Setengahnya dulu juga nggak papa.' airmata Nisa meluncur turun. 'Mamah belum ada uangnya, Nang. Bagaimana ini?''Gimana dong, Mah?''Mamah pinjem sama pinjol dulu, ya? Tapi ya nggak bisa sekarang bayarannya.''Jangan coba - coba pinjem sama pinjol, Mah. Mamah jangan gitu, dong.' Meskipun bungsu, jalan pikiran Doni itu jauh lebih dewasa dari usianya. Hanya kadang ia terlihat ingin bermanja - manja, seperti ingin tidur bersama sang Mama saat Papahnya menginap di luar kota.'Habisnya Mamah mau kemana lagi, Nang? Itu jalan satu - satunya.''Aduh, Mamah. Jangan gitu, dong. Jangan bikin Doni jadi stress!' hp Doni langsung tidak akt
Read more
Bab 25
Dalam keheningan hati, dalam sempitnya jiwa angan Nisa tersesat tak tentu rimba. Ia berusaha mencari jalan keluar. Apa ia sanggup tanpa pertolongan Sang MAHA CINTA?"Ya Allah, berilah hidayahMU pada suami hamba. Kembalikan Dia pada saat Dia masih sangat mencintai Hamba." itu selalu doa yang Nisa panjatkan setelah sholatnya. Apakah Iman akan berubah? "Pagi, Nisa." Nisa yang sedang menyapu terasnya yang luas itu mengangkat kepalanya. Ia tersenyum melihat siapa yang datang. "Pagi, Bang. Mau servis, ya?" Nisa lalu celingukan karena ia tidak mendengar suara mobil datang."Iya, Aku mau servis motorku itu." Putra menunjuk motor yang di parkir di depan rumah Teh Yanah. "Bang Imannya ada, 'kan?" Nisa mengangguk. Hatinya lega karena ada pekerjaan untuk Iman hari ini. Sudah 2 hari tidak ada pemasukan selain dari pemancing yang hanya 1 - 2 orang itu. "Ada di belakang. Lagi ngasih makan ikan, mungkin." Nisa melambai pada Umboh yang sedang duduk di depan rumahnya. "Boh, tolong panggilin Mang
Read more
Bab 26
Suasana romantis tiba - tiba hadir. Dipagutnya bibir Nisa yang penuh dan menantang. Nisa membalasnya dengan tak kalah hangatnya. Iman mengeluh. Tangannya mulai mengembara ke bukit kembar milik Nisa."Mmhh.." Nisa ganti mengeluh saat Iman mulai meremasnya.."Aw!" Iman mengaduh karena Nisa tiba - tiba menggigit bibirnya dengan gemas."Mah?!" protes Iman. Ia mengusap bibirnya."Untung saja tidak sampai berdarah!" gerutunya. Nisa menggigitnya cukup keras. Keromantisan yang baru terasa langsung bubar jalan."Ini masih pagi, Pah. Aku belum selesai bebenah! Kamu juga belum mandi. Badan Kamu bau ikan!" Nisa bergegas bangun untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.Iman menggaruk kepalanya. Kelelakiannya sudah terlanjur menegang, bagaimana melemaskannya lagi? "Aaaahh..!!" gerutunya lagi. Ia langsung masuk ke kamar mandi untuk mengguyur kepalanya.Nisa sibuk sepagian ini. Semua pekerjaan rumah ia yang mengerjakannya setelah Wiwi kembali bekerja. Rifki ia bawa untuk dititipkan di rumah ib
Read more
Bab 27
Mereka mendengarkan ceramah yang sama sekali tidak menarik itu. Apalagi Nisa. Hatinya perih mendengar seorang ulama menggunakan kata *nj*ng untuk mengungkapkan kekesalannya. 'Ulama kok begitu.' batin Nisa tidak suka, sementara orang di sekitarnya tertawa terbahak - bahak karena menganggapnya lucu. Di tempat penuh sesak itu ada yang masih mencari kesempatan untuk menjemput rezeki."Kacang! Kacang kacang!""Kacang - kacang!" ada yang berjualan pula!"Nisa, bayarin ini, dong?!" pinta Yanti. Nisa mengangguk. Untung ia sempat mengantongi uang tadi. Yanti masih terus ngedumel. "Awas aja, kalau ngajak - ngajak lagi Kita nggak usah ikut!""Tapi kalau dapat kupon lagi, gimana?" sergah Sari. "Iya, ya." Nisa hanya diam memperhatikan kakak kakak iparnya ini bersungut - sungut sambil terus memakan kacangnya. "Kamu nggak makan, Nisa? Ini enak banget, lho!"Nisa menggeleng. Ia takut haus sedang mereka tidak ada yang membawa minum. Dan benar saja, "Aduuh! Aku kok jadi haus, nih?" keluh Yanti.
Read more
Bab 28
Telphon Nisa langsung ditolak oleh Doni. "Nggak di angkat?" Nisa mengangkat bahunya. Bibib bibib..!Doni men chat nya.'Ada apa, Mah. Jangan telphon, Doni masih belajar.''Mamah mau pergi sama Wak Yanah. Kalau Kamu pulang masak mie aja, ya. Mie sama telornya ada di lemari makan.' balas Nisa. 'Mamah mau kemana?''Nggak tau. Ini sama Wak Yanti dan Wak Sari juga.''Oh.' Hanya itu jawaban Doni. "Gimana? Jadi ikut, 'kan?"Nisa mengangguk menanggapi pertanyaan Yanti. Sari menghela nafas lega. Ia sendiri tidak ada yang perlu dipikirkan. Anak - anaknya sudah menikah semua. Sedang Yanti anaknya juga sudah bekerja dan tinggal di luar kota."Hayuk!" Ijay akhirnya tiba dan menyuruh mereka masuk ke dalam mobil. "Pah, Kita cari makan dulu, ya?" kata Yanah begitu Ia duduk. Ijay mengerutkan dahinya."Makan? Kemana?""Terserah Papah aja, yang enak di mana."'Kok pakai acara makan, sih?' Ijay menggaruk kepalanya. ia mulai melajukan mobilnya"Emang harus makan dulu ya?""Haruslah! Teh Yanah 'kan u
Read more
Bab 29
"Pah?" hanya panggilan berupa desahan yang terlontar dari bibir Nisa saat pagutan itu berakhir."Kita lanjutin yang tadi pagi, ya?" Iman menarik Nisa masuk ke dalam kamar dan langsung menguncinya. Iman perlahan mendorong Nisa ke tempat tidur.Nisa memejamkan matanya saat Iman kembali melumat bibirnya. Ia membalas lumatan itu dengan bergairah. "Emmmhh..' keluh Nisa saat Iman mulai memberi kecupan - kecupan kecil di lehernya. "Paahhh..?" tubuh Nisa menggelinjang sesaat. Tubuhnya mulai terasa terbakar. "Mmm?" nafas Iman mulai memburu. Ia membuka kancing daster Nisa. Begitu terbuka ia membenamkan wajahnya di sana."Awwhh...Geli.. Pah.." Tok - Tok! Tok -Tok!Tok - Tok! Tok -Tok!"Mamaah! Kok dikunci, sih? Doni mau be - a - be!" suara Doni terdengar memaksa. Kenapa anak itu tiba - tiba pulang?"Busyet, dah!" Iman mengucak rambutnya seraya bangun dari atas tubuh Nisa. "Kenapa nggak di kamar mandi sana aja sih, Don?!" seru Iman gusar. Ia sudah berdiri di depan pintu tapi tidak ingin mem
Read more
Bab 30
"Hari ini terakhir Kita ngangkatin lumpurnya. Besok lanjut renov, ya?" teriak Iman pada 3 orang karyawannya. Nisa bersyukur, perkiraanya tidak salah. Hanya membutuhkan waktu seminggu untuk mengangkat lumpur itu. "Besok Papah mulai belanja untuk keperluan renov ya, Mah." Nisa mengangguk senang. Iman mengakui kebenaran pendapat Nisa dalam hatinya, tapi ia tidak mau mengungkapnnya apalagi mengakui kalau Nisa itu benar. Iman langsung belanja untuk keperluan renovasi. Ternyata itu menghabiskan banyak dana. Untung uangnya masih ada. "Tuh, kalau Papah bayar tukang gali itu. Nggak akan cukup 'kan, Pah?" Iman juga senang. Ia bahkan dapat memberi upah pada karyawannya itu. Meskipun tidak banyak tapi mereka sangat senang menerimanya. "Makasih, Bos!" teriak mereka serempak.Akhirnya renovasi selesai. Tapi bagaimana membeli ikannya? "Mah, Bang Ijay nawarin untuk nerusin kredit mobil Kita.""Lah, terus uang muka yang udah Kita bayar gimana? 'Kan, sayang. 40 juta, lho."'Lagian bang Ijay itu a
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status