Share

Bab 3. Memikirkan Gadis Asing

Tidak mungkin jika kedua temannya itu hendak mencelakai dirinya. Charlene cukup mengenal mereka. Ia yakin bahwa pasti ada penjelasan di balik semua hal ini.

"Apa mereka berniat menjebakmu?" Axel seakan bisa membaca pikiran Charlene. Ia mengenal Lucy dan Christine karena pernah beberapa kali bertemu dengan mereka.

Charlene menggeleng. "Seperti katamu tadi, sepertinya ini hanya masalah salah paham."

"Apa kau sudah menghubungi mereka?"

"Tidak. Aku belum menghubungi mereka. Aku tidak ingin membuat mereka cemas, apalagi ini sudah malam."

Well, Charlene percaya pada teman-temannya. Ia tidak ingin membuat mereka merasa bersalah karena telah mengakibatkan dirinya kini terkena masalah hukum.

Axel mengangguk samar, masih belum melepaskan tangannya dari pipi Charlene. Wajahnya tampak menyimpan beban.

"Katakan saja yang sebenarnya," tandas Charlene yang sudah pasrah.

Axel menatapnya dengan lembut. "Aku sungguh minta maaf, karena malam ini, kemungkinan besar kau harus berada di sini." Axel tidak ingin menyebutnya dengan gamblang. Charlene gadis yang cerdas, jadi ia sudah pasti mengerti dengan maksud ucapan Axel.

Malam ini Charlene harus tidur di balik jeruji besi. Hal itu terdengar buruk dan menakutkan untuk gadis sepolos Charlene.

Axel menarik tangannya dari wajah Charlene. "Menurutku, ada baiknya jika kau menghubungi temanmu, agar mereka bisa bersaksi bahwa ini hanyalah salah paham."

Pria itu tidak ingin Charlene menetap terlalu lama di dalam sel. Lebih cepat Charlene dibebaskan, maka hal itu lebih baik.

"Aku akan bicara dengan pengacara," putus Axel secara sepihak.

Namun, ternyata Charlene memberikan anggukan sebagai tanda persetujuan. Axel bergegas keluar untuk bicara dengan pengacara. Tidak sampai satu jam, kedua teman Charlene telah berada di kantor polisi untuk memberikan kesaksian.

"Maafkan aku sehingga kau sampai salah paham. Seharusnya aku mengatakannya dengan jelas," sesal Lucy. Sebab, dialah yang memberitahu Charlene informasi tentang Lee.

Charlene menggeleng pelan dan tersenyum tipis. "Tidak apa-apa. Aku yang salah menangkap maksudmu. Kau bilang kalau Tuan Montana adalah bos dari bos URead Novel, tetapi aku malah mengira kalau kau mengatakan bahwa Tuan Montana adalah bos URead Novel."

"Semoga dengan kesaksian dari kami, Tuan Montana bersedia mempertimbangkan untuk mencabut tuntutannya," harap Christine.

"Entahlah. Semoga saja." Charlene tampak pasrah.

***

Sejak tadi Lee bolak-balik di atas tempat tidur, berusaha untuk terlelap, tetapi pikirannya terus tertuju kepada gadis yang ditemuinya tadi. Ia turun dari atas ranjang, kemudian berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Ada beberapa hal yang terasa sangat mengganggu dirinya.

Jam menunjukkan hampir pukul 10 malam ketika Lee memutuskan untuk menghubungi Marvin. Namun, ponselnya berdering terlebih dahulu sebelum ia meraihnya. Lee melihat nama yang tertera di layar telepon.

Well, sepertinya Marvin memiliki kemampuan telepati.

"Ada apa, Marvin?"

Lee tampak menyimak informasi yang Marvin berikan dari seberang sana.

"Aku ingin bicara dengannya," ujar Lee lagi.

"Baik, Tuan," balas Marvin di ujung telepon. "Saya akan menghubungi Anda kembali."

"Emmm ...." Hanya itu yang keluar dari bibir Lee sebelum memutus sambungan telepon.

Lee mendudukkan dirinya di ujung tempat tidur dengan ponsel yang masih berada di tangannya.

"Astaga ... ada apa denganku?" Ia meletakkan satu tangannya ke dekat jantung. Sejak bertemu dengan Charlene— tadi Marvin memberitahu nama gadis itu di telepon—tubuhnya jadi mengeluarkan reaksi-reaksi aneh.

Sekarang ia bahkan merasa gemetar! Lee benar-benar tidak bisa tenang.

"Heuh! Kau harus membayarnya, Nona Flynn." Selanjutnya Lee mengumpat kesal sembari meninju udara. Hal itu dia lakukan untuk mengalihkan perhatian dari perasaan aneh yang menghinggapinya.

Ponsel Lee kembali berdering. Ia tidak memperhatikan siapa yang menelepon dan langsung meletakkan benda pipih tersebut ke daun telinganya.

"Halo!" suara di seberang sana terdengar sedikit ketus.

Lee menjauhkan telepon genggam itu dari telinganya. Ia mengenal suara itu. Charlene.

Gadis itu sebenarnya sangat manis, tetapi tidak ada anggun-anggunnya sama sekali. Mendadak Lee mengernyitkan dahi, merasa heran dengan dirinya sendiri. Sejak kapan ia memperhatikan lawan jenis, selain Rachel?

"Nona Flynn, ini aku, Lee Montana."

"Aku tahu. Apa yang ingin Anda bicarakan?"

"Aku akan mencabut tuntutanku—."

"Hah?! Anda bilang apa?!" seru Charlene terdengar kaget. Saking kagetnya, ia langsung berdiri, sampai menjatuhkan kursi besi yang didudukinya hingga menimbulkan suara gaduh yang sangat menusuk telinga.

Lee kembali menjauhkan telepon dari telinganya. Menunggu suara gaduh itu menghilang.

"Tuan Montana," panggil Charlene kala tidak mendengar respon Lee, setelah ia membenarkan kembali posisi kursi yang ia jatuhkan dan duduk seperti semula.

Lee meletakkan kembali benda hitam itu ke telinganya. "Jangan memotong ucapanku."

"Maaf, Tuan." Charlene terdengar menyesal, tetapi Lee tidak tahu saja bahwa di seberang sana, gadis itu memutar bola matanya karena kesal dengan ucapan Lee. Hanya saja, Charlene berusaha menahan diri karena tidak ingin Lee menarik kembali keputusannya.

"Aku akan membebaskanmu, tetapi ...." Lee sengaja menggantung ucapannya dalam waktu yang cukup lama.

Ralat, hanya beberapa detik saja, tetapi bagi Charlene, terasa seperti berabad-abad.

"Tetapi apa, Tuan?" buru Charlene.

***

<span;>***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status