Entah sudah berapa lama berlalu, Tirta perlahan-lahan siuman dan membuka mata dalam keadaan setengah sadar.Meski rasa sesak di dadanya sudah menghilang, hati Tirta tetap terasa kosong seolah ada bagian yang secara paksa dicabut dari dalam dadanya. Sesekali, rasa sakit yang tajam seperti disayat pisau akan kembali menyerangnya.Kini, mata Tirta yang kosong memandang ke sekeliling ruangan. Barulah dia menyadari ada Darwan, Mahib, Zavrina, dan beberapa orang lainnya di sana. Selain itu, ada juga seorang dokter yang mengenakan jas putih."Ayah, Darwan, lihatlah Pak Tirta sudah sadar!" seru Zavrina dengan gembira.Mahib segera memberi perintah, "Baguslah! Dokter Artur, makasih ya sudah buru-buru datang ke sini. Seseorang, ayo antar Dokter Artur pulang."Setelah itu, Mahib menoleh ke arah Tirta dan bertanya dengan nada penuh perhatian, "Tirta, gimana rasanya sekarang?"Melihat Tirta akhirnya sadar, semua orang di kamar terlihat lega. Satu per satu dari mereka mulai menanyakan keadaannya den
Baca selengkapnya