All Chapters of Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku: Chapter 1101 - Chapter 1110

Begitu mendengar bahwa putrinya saat ini masih aman, hati Afkar sedikit merasa lega. Dia bertanya dengan penuh perhatian, "Apa yang perlu kuputuskan? Kondisi di sana sebenarnya seperti apa?"Memikirkan bahwa putrinya kini berada di tangan Tulang Iblis, hati Afkar terasa seperti dicekik oleh tangan tak kasatmata.Sahira menurunkan suaranya dan menjelaskan secara singkat kondisi yang terjadi di tempatnya, termasuk apa yang harus dia lakukan, lalu menceritakannya dengan jelas kepada Afkar.Di akhir pembicaraan, mungkin karena khawatir Afkar tidak percaya, Sahira melambaikan tangan ke arah Shafa sambil berbicara padanya, "Shafa, kemarilah. Ini ayahmu! Katakan sesuatu."Begitu mendengar Sahira menyebut "ayah", mata besar Shafa yang semula pura-pura bodoh langsung berbinar.Beberapa saat kemudian, saat Sahira mendekatkan ponsel kepadanya, Shafa ragu-ragu sejenak lalu memanggil dengan suara pelan, "Papa ...."Di seberang sana, begitu mendengar suara anaknya, tubuh Afkar langsung bergetar. Waj

Saat ini, Stevano menatap penuh kebencian ke arah Felicia dan Afkar, lalu berteriak dengan nada penuh dendam, "Sementara ini aman? Hahaha .... Bocah itu sekarang sudah jatuh ke tangan kakek buyutku, 'kan? Coba kalian tebak, kalau kakek buyutku tahu kalian memperlakukanku sampai seperti ini, kira-kira dia akan melakukan apa ke anakmu? Hahaha ....""Sekalipun membunuhmu, untuk sementara Tulang Iblis nggak akan berani menyentuh anakku! Kalau kamu terus ngoceh, percayalah aku akan langsung kirim kamu ke akhirat," balas Afkar dengan suara dingin. Sorot matanya penuh ketegasan dan ancaman.Alasan Afkar sampai rela membocorkan rahasia terbesarnya kepada Sahira untuk disampaikan kepada Tulang Iblis, semua itu semata-mata demi keselamatan Shafa.Stevano memang bisa jadi alat tawar. Namun sekarang, setelah Tulang Iblis tahu bahwa Afkar telah memperoleh warisan kekuatan, justru dirinya yang jadi kartu truf paling kuat."Kamu ...." Stevano yang tubuhnya sudah lumpuh karena tangan dan kakinya dipat

Sahira tersenyum menggoda ke arah Tulang Iblis, tetapi senyumannya saat ini terlihat agak dipaksakan. Dia merasakan sesuatu yang tidak beres dari senyum aneh Tulang Iblis. Kata-katanya juga seolah punya makna tersembunyi. Hal itu membuat Sahira memiliki firasat yang tidak baik.Tulang Iblis bertanya, "Sahira, apa kamu jatuh cinta pada Afkar? Hmm? Kasih sayang keluarga itu memang luar biasa, tapi cinta juga sama luar biasanya! Hehehe ...."Begitu mendengar ucapan ini, ekspresi Sahira langsung berubah total. Bibirnya sedikit bergetar, lalu dia berusaha tersenyum meski terlihat kaku dan memaksa. Dia bertanya, "Guru, sebenarnya ... apa yang lagi kamu bicarakan? Mana ... mana mungkin aku jatuh cinta pada Afkar?"Wajah Tulang Iblis saat ini terlihat muram, tetapi di balik itu ada sedikit kesan mengejek. Dia membalas, "Demi menyelamatkan putrinya, Afkar bahkan rela membocorkan rahasia bahwa dia sudah memperoleh warisan kekuatan. Sementara itu, kamu ...."Saat mengucapkan ini, ekspresi Tulang

Afkar mengikuti Ares dan Arisa kembali ke dalam gua tempat asal Sarang Roh Jahat itu. Mereka berdiri di bekas pintu masuk sarang tersebut. Namun kali ini, cahaya kabur yang dulu menutupi pintu masuk sudah lenyap. Kini, itu berganti menjadi dinding batu biasa yang tidak ada bedanya dengan bagian gua yang lain.Meski terdengar tak rela menerima kenyataan, Ares bertanya dengan nada penuh harapan, "Aduh. Sekarang, pintu masuk ke Sarang Roh Jahat sudah lenyap. Mayat para saudara kita masih tertinggal di dalam sana. Pak Afkar, menurutmu apa masih ada cara untuk membuka kembali pintu itu?"Afkar hanya bisa menggeleng sambil, lalu membalas sambil tersenyum pahit, "Pintu masuknya saja sudah hilang. Mana mungkin bisa membukanya lagi? Pak Ares, ikhlaskan saja ... Vanaro sudah mati. Setidaknya, kita sudah membalaskan dendam para prajurit itu."Meskipun hatinya juga merasa sangat sedih, Afkar hanya bisa berkata seperti itu. Sebab kenyataannya, jiwa para prajurit itu sudah lebih dulu dilenyapkan ole

Afkar menjawab lewat kesadarannya, "Aku mengerti.""Oke, aku akan bersembunyi. Saat kamu bersama Felicia yang sekarang, aku nggak akan muncul sama sekali. Ingat baik-baik, kalau kamu mau menyelamatkan Felicia yang asli, kamu cuma punya waktu 49 hari. Kamu ... pertimbangkan sendiri saja." Setelah berkata begitu, sisa jiwa Leluhur Naga pun benar-benar tenggelam dan tak bersuara lagi."Afkar?""Pak Afkar, kamu kenapa?"Pada saat ini, Arisa dan Ares yang berada di sampingnya melihat ekspresi wajah Afkar yang berubah-ubah, langsung bertanya dengan nada khawatir.Afkar segera sadar kembali dari lamunannya. Dia menjawab sambil menggeleng, "Oh, aku nggak ada apa-apa."Berhubung hanya punya waktu tiga hari sebelum bertemu dengan Tulang Iblis, Afkar tidak berani menyia-nyiakan sedikit pun waktunya.Hari itu juga, Afkar langsung berangkat bersama Felicia dengan membawa Stevano yang saat ini sudah jadi "sandera". Mereka meninggalkan wilayah Goldenta dan kembali ke Yanura.Pada waktu yang sama, Afk