Semua Bab Pewaris Tunggal II: Skandal Cinta Masalalu: Bab 731 - Bab 740

Satu minggu kemudian, ikatan di kaki juga mulai di lepas, sama seperti tangannya, terasa sangat ngilu. Tapi dengan tekad keras dan kemauan yang tinggi untuk sembuh, hari-hari selanjutnya Mahyudin mulai merasakan tidak begitu sakit lagi di tangan dan kakinya.Semangatnya untuk membalas dendam membuatnya gigih berlatih dan lupakan rasa sakit.Tangannya juga mulai nyaman di gerakan. Seminggu kemudian kakek Kurawa bawa dua tongkat dan minta Mahyudin berlatih berjalan di bantu tongkat dari ranting pohon tersebut.Namun karena musim salju dan jalanan licin, Mahyudin hanya berlatih di rumah dan sesekali ke halaman.Itupun dia melangkah dengan sangat hati-hati, kalau jatuh tulang-tulang tangan dan kakinya bisa bergerser lagi.Sebulan kemudian, atau saat ini sudah hampir 4 bulan di sini, Mahyudin sudah bisa berjalan normal perlahan tanpa tongkat lagi, tangannya pun nyaman di gerakan.“Ajaib sekali, kalau pengobatan dokter, bisa setengah tahun aku berbaring saja di ranjang,” batin Mahyudin lega

“Hati-hati,” cetus Mahyudin dan karena tubuh Miko mungil, enteng saja dia angkat tubuh si cantik imut ini dan membawanya ke dalam rumah kakek Kurawa yang kini sepi dan kosong.“Udin San, pernah nggak punya kekasih badannya mungil kayak aku?” tanya Miko sambil turun dari gendongan Mahyudin.“Hmmm pernah, kenapa emanknya?”“Pasti dia ke enakan merasakan milik Udin San yang gede,” Miko terkekeh, hingga Mayudin spontan tertawa.“Kamu ini ada-ada saja, darimana kamu tahu milik aku gede?” pancing Mahyudin.“Badan Udin San gede, pasti itunya ngikut, ya kan? Pacar aku badannya hanya setinggi 165 centimeteran, benda miliknya kecil, mana mainnya bentar lagi,” cetus Miko blak-blakan, Mahyudin yang sedang minum air putih sampai tersedak kaget.“Kamu…sudah pernah ML, padahal usia kamu belum genap 17 tahun, baru 16 tahun 10 bulanan…?” Mahyudin langsung terheran-heran, tanpa ragu Miko mengangguk.“Di sini usia 14 atau 15 tahun udah legal lakukan ML, emank kenapa! Aneh ya? Di negaranya Udin San usia b

Mahyudin mencoba pistol otomatis yang pembeliannya sangat ketat syaratnya, tapi saat dia perlihatkan ID Card-nya sebagai interpol di ponsel barunya, semua pun lancar.Tujuannya adalah…ke markas Ako Tanaka, markas Yakuza Cabang Osaka. Tak sulit cari markas ini, karena ada plang-nya yang besar dan menyolok.Markas ini lumayan besar dan halamannya pun juga sangat luas, ada tamannya yang indah pula.Tanpa ragu dan takut Mahyudin langsung menuju ke lobby markas ini, puluhan penjaga yang melihat mobil mehong dan saat Mahyudin keluar sambil perbaiki jas-nya tanpa dasi tanpa lepas kaca hitamnya, dia langsung di hadang 2 orang.“Stop anda siapa dan mau apa?” kata seorang penjaga menghadangnya sambil merentangkan tangannya ke depan Mahyudin.“Aku mau bertemu Ako Tanaka, di mana dia?” sahut Mahyudin kalem.“Tuan Putri tak bisa di ganggu, sebaiknya anda pergi sebelum anda tinggal nama,” dengus penjaga ini, sekaligus lontarkan ancaman tak main-main.Mahyudin tersenyum dingin, kini selain dua orang

“Ooohh…!” Mahyudin malu sendiri, ternyata yang membuat ke 100 orang ini membungkuk hormat, bukan padanya, tapi sang tokoh yang tadi bertanya padanya.Dia pun letakan pedang samurainya. Melihat pria berjas hitam dengan cerutu di tangan, Mahyudin mau tak mau segan juga, dia pun lalu memberi hormat.“Namaku Mahyudin Hasim Zailani tuan!” Mahyudin tak ragu sebut nama lengkapnya.Pria ini langsung tertegun dan dia dengan isyarat tangan langsung bikin 100 an anggota Yakuza ini mundur dan bubar, untuk kembali ke pos masing-masing.“Satria samurai....! Kei berikan dia pakaian dan berikan jas dan pistolnya kembali. Tuan Mahyudin mari kita bicara di dalam,” ajak pria ini.Kei yang juga asisten pria parobaya ini lalu panggil salah satu anggota Yakuza yang langsung mengangguk paham.Jas dan pistol Mahyudin di kembalikan, dia di beri satu pakaian him putih yang agaknya masih baru.Karena ada stikernya dan di copot anggota Yakuza itu sebelum diserahkan padanya dengan sikap hormat, yang langsung di pa

“Ini tahun berapa sih?” tanya Ano Tanaka pada remaja tanggung yang tiba-tiba saja ada di dekat mereka dan kini bersembunyi bersama.“Tahun…1877, kita ini dari pasukan samurai dan sedang di desak pasukan pro pemerintahan yang berkuasa dan mau di habisi semua,” cetus si anak remaja ini.“Waduuuhh…jauh amat kita nyasarnya, mimpi apa aku semalam bisa nyasar ke tahun ini,” keluh Mahyudin sambil hela nafas dan saling pandang dengan Ano Tanaka yang masih kebingungan dan dia sampai detik ini tak percaya, kok mereka bisa nyasar ke alam ini..?“Ayo ikuti aku, kita di minta pergi dan bersembunyi di bukit Shiroyama oleh Tuan Ogahara, ayahku yang juga pemimpin gerakan kita ini,” ajak si remaja berambut panjang yang di ikat atau chonmage ini.Mau tak mau Mahyudin dan Ano Tanaka ikuti si remaja tanggung ini.Mereka terus menyusup-nyusup dan kini sangat jauh meninggalkan hiruk pikuk pertempuran yang memang mulai selesai, karena pasukan samurai kalah jumlah dan persenjataan.Setelah lebih 4,5 jam non s