"Ih Kak Kenzie! Mana handuknya!" Zea memekik, segera meraih gaunnya yang tergeletak di lantai, menutupi tubuhnya dengan gerakan terburu-buru. "Nggak usah pakai handuk segala, toh nanti juga mau dibuka," bisikku, suara sengaja ku buat mendayu, mengusik perasaannya. Aku mendekat, merengkuh tubuhnya, lalu menggendongnya dengan mudah. Zea terkejut, matanya membulat sempurna. Tanpa basa-basi, bibirku menyambar bibirnya. Aku tak mampu lagi menahannya. Ketegangan yang menyesakkan sudah mencapai puncaknya, rasa sakit mulai muncul. Aku butuh sentuhannya, apalagi setelah melihat tubuhnya yang telanjang. Rasa ingin memilikinya membara. Dadanya, montok dan menggoda, menunggu untuk kucicipi. Tanpa penghalang kain, kesempurnaannya tampak jelas, jauh lebih memikat dari yang kubayangkan. Kurebahkan tubuh Zea perlahan di atas kasur, lalu melepaskan ciuman. Napasnya tersengal, kejutan masih terukir jelas di wajahnya. "Nggak usah tegang dan takut, Sayang. Aku akan bermain pelan. Aku jamin rasanya
Terakhir Diperbarui : 2025-06-02 Baca selengkapnya