"Kak Kenzie sedang pergi dengan Opanya, Pak," jawabku."Oh pergi. Ya sudah... Bapak tunggu dia sampai pulang saja di sini.""Kalau ditungguin biasanya lama, Pak." Aku tidak enak saja takut Pak Bahri bosan. Menunggu memang menjadi sesuatu hal yang membosankan, apalagi dalam situasi menegangkan seperti ini."Enggak apa-apa. Lama juga nggak mungkin sampai dua hari." Suaranya terdengar lebih lembut, mencoba meyakinkanku, mencoba untuk meredakan kekhawatiran yang tersirat dalam ucapanku."Biar Ayah yang menemani Pak Bahri di sini, Zea," ucap Ayah, suaranya hangat, menawarkan bantuan dengan penuh kelembutan. Lalu menatap Pak Bahri. "Ayok diminum dulu kopinya, Pak.""Iya, Pak." Pak Bahri mengangguk lalu meraih secangkir kopi itu."Kamu balik lagi ke kamar yuk, Zea, istirahat," ucap Bunda, suaranya lembut, menawarkan pelukan tanpa kata. Dia tiba-tiba memegang tanganku, sentuhannya terasa begitu hangat dan menenangkan. Dia seol
Huling Na-update : 2025-06-26 Magbasa pa