Di dalam kamar, Danang duduk di tepi ranjang, masih dengan wajah kusut. Sejak pulang dari pengadilan, amarahnya tak juga surut. Pikirannya penuh dengan bayangan Dina yang tak muncul di persidangan dan ucapan pengacara yang dingin dan tak memberi harapan. Pintu kamar diketuk, lalu terbuka perlahan. "Mas, ini teh hangat," ucap Dinda sambil masuk pelan dan meletakkan gelas di meja samping ranjang. Namun, bukan ucapan terima kasih yang ia dapat. Danang menatapnya tajam. “Kenapa kamu ambil buku nikah itu, Din?” Dinda menatap kakaknya, terdiam sejenak. "Kamu yang bikin dia bisa gugat aku!” suara Danang meninggi, penuh emosi. Dinda menghela napas. “Mas, aku—” “Kamu pikir kamu itu siapa, hah? Kamu adik aku! Tapi kamu malah bantu orang lain buat ninggalin aku!” Danang berdiri, tu
Terakhir Diperbarui : 2025-07-05 Baca selengkapnya