Semua Bab Dipaksa Menikah Dengan Orang Mati: Bab 51 - Bab 60

Saat Naura sedang sibuk membaca beberapa pesan dikampus, tiba-tiba rambutnya dijambak ke belakang. Ia yang sedari tadi fokus pada pesan-pesan digrup tidak menyadari kedatangan Diana dan juga Laura. "Bagaimana dengan hadiah kehamilan dariku. Apakah hal itu cukup membuatmu terkejut?" sarkas Laura. Naura menatap Laura dengan tatapan tidak percaya, tiba-tiba ia menyadari sesuatu, tanpa sadar kedua tangannya pun terkepal. "Apakah kamu yang menyebarkan gosip itu di grup kampus?" Laura hanya memberikan jawaban dengan senyuman simpul. "Apapun jawaban yang aku berikan, menurutku kamu tidak akan mempercayainya. Jadi terserah apa kata hatimu saja." "Laura ... Beraninya kamu. Apakah kamu nggak takut dengan kemarahan ibu mertuaku? Aku yakin kamu ibu mertuaku nggak mungkin akan melepaskan mu," ancam Naura. Sementara Laura hanya tersenyum sarkastik. "Foto itu bukan gosip. Semalam memang suaminya sengaja memesan bangku ekslusif dan makan berdua dengan cinta pertamanya." "Dia sama s

Naura sekarang ini merasa bingung, ibunya sudah dibawa ke kantor polisi. Ia tidak bisa menghubungi suaminya, mau meminta bantuan ibu mertuanya. Naura sungguh merasa sungkan. Bahkan ia merasa takut, kalau sampai ibu mertuanya bertanya. 'Kenapa kamu nggak menghubungi Liam?' Padahal ia belum meminta tolong, tapi ia sudah merasa takut sendiri. Naura memaksa bangun, lalu melepas infus yang terpasang dipergelangan tangannya. Ia teringat, kalau kemarin saat hampir pingsan. Sandalnya terlepas ntah dimana, sekarang ini ia hanya bisa bertelanjang kaki. Naura berjalan tak tentu arah, karena sekarang ini rumah sakit sedang penuh dan sibuk, apalagi ditambah jam besuk. Para suster tidak ada yang menyadari, jika sekarang Naura sudah meninggalkan ruangannya. Ia berjalan tak tentu arah tanpa alas kaki, saat dirinya ingin menghentikan taksi. Tiba-tiba ia mengurungkan niatnya, sekarang ini ia tidak membawa uang atau pun dompet. Hanya ponsel saja, itu pun baterainya hanya

Karina ingin menghentikan putrinya tapi tidak bisa, putrinya berjalan seperti robot tanpa bisa dihentikan. "Naura sadarlah!" teriak Karina, tapi sayang Naura tidak menggubrisnya. Bahkan pintu kedai sudah tertutup rapat, Karina berusaha bangkit, berjalan ke pintu kedai tapi pintu kedai seperti ada yang menguncinya. Naura menoleh sebentar kebelakang, menatap ke arah ibunya. Seolah-olah ia berkata, 'Aku tidak akan pernah membiarkan ketidakadilan terus berpihak pada kita.' Selama ini, ia dan ibunya terlalu sabar dan mengalah, makanya terus mendapatkan ketidakadilan dalam kehidupan ini. Ia mulai merasa lelah dan jenuh, hatinya yang tulus terus diperlakukan seperti ini. Dengan langkah kaki cepat, Naura berjalan ke rumah sakit. Tidak membutuhkan waktu lama untuk dirinya sampai dirumah sakit, tanpa rasa lelah, yang ia rasakan sekarang ini hanyalah amarah. Tanpa bertanya pada bagian informasi rumah sakit, Naura langsung berjalan ke arah ruang inap Laura. Disana Laura bar

Daniel panik, saat bulu seperti seekor serigala keluar dari tubuhnya. Liam juga melihat bulu yang yang keluar dari tubuh Daniel. "Kamu ... " Ucapan Liam terhenti, saat Naura merintih kesakitan. "Sakit ... Tubuhku panas," ujar Naura. Liam menatap Naura dengan tatapan bingung, urat ditubuh Naura mulai menonjol. Ia melihat Naura sekarang ini, seperti ia melihat dirinya sendiri saat akan berubah menjadi vampir. "Apa yang sebenarnya terjadi?" desah Liam, merasa semua yang terjadi sekarang ini seperti ilusi. Ia yang sudah masuk ke dalam mobil, berkata pada Dylan. "Cepat hubungi ibuku!" Dylan menjawab dengan nada patuh, "Baik Tuan." Ia segera menghubungi Helena, tak berselang lama telepon tersambung. Lalu Liam menceritakan semua hal aneh yang terjadi kepada ibunya. Dari balik telepon, Helena berteriak dengan nada panik. "Nggak mungkin. Harusnya bukan tahun ini," ujarnya dengan nada ambigu. Alis Liam semakin mengerut. "Ibu apa maksudmu?!" "Nggak ada waktu lagi unt

"Liam semua ini!" ujar Kanaya mencoba membela diri. Tapi sebuah alasan logis sulit keluar dari otaknya. Liam menyela, "Apakah cara membuktikan cintamu, itu dengan cara membunuhku?" Kanaya bingung, darimana Liam mengetahui semua rencananya. Kanaya pun akhirnya teringat, Liam pingsan dan koma sebelum ia melakukan kesepakatan dengan Helena. Jadi tidak mungkin Helena mengatakan sesuatu yang belum terjadi pada Liam, apalagi seingatnya sebelum pingsan. Liam masih sibuk mengurus Naura dan ibunya. Tiba-tiba lamunan Kanaya buyar, saat Liam mengatakan. "Aku setuju untuk menceraikan Naura sebagai syarat, tapi aku nggak setuju kalau harus menikahimu." Sontak tanda tanya besar terucap dari bibir Kanaya, "kenapa? Bukankah kamu sangat mencintaiku?" "Cinta?" ujar Liam dengan tawa sinis, lalu ia melirik Kanaya tajam. "Dari awal kamu berniat membunuhku? Kamu ingin mendapatkan cinta dariku, nggak usah mimpi!" Kanaya tertegun, ntah kenapa hatinya merasa sakit setelah Liam mengatakan tid