“Kalau dia tidak sadar-sadar juga, maka kita yang harus menyadarkannya.”Ucapan Qiaofeng menggantung di udara kamar Qing An, disambut keheningan sejenak. Hanya suara kayu terbakar di perapian yang terdengar, pelan-pelan mengisi ruang.Qing An menghela napas, lalu menoleh pada ibunya, Selir Agung Shu Qiongshing, yang sedang duduk tenang di sisi tempat tidur. “Aku rasa ide ini tidak salah.”“Kalian mau menyadarkan dia? Bagaimana?” tanya Jiali akhirnya bersuara.Qiongshing tersenyum lembut, matanya penuh pengertian. “Yuwen harus diberi dorongan kecil,” komentarnya menyulut semangat Qiofeng.Qing Qiaofeng mencondongkan tubuh, suaranya bersemangat. “Makanya kami punya rencana.”“Rencana yang sedikit berisiko,” sambung Qing An.Saat itu pintu kamar diketuk pelan, dan pelayan masuk, memberi jalan bagi seseorang yang dikenal semua orang di ruangan itu.Yang Zili yang masuk sambil membawa kotak kayu kecil. “Maaf terlambat. Aku—”“Justru tepat waktu,” potong Qiaofeng, matanya bersinar jahil. “k
Last Updated : 2025-05-20 Read more