Rai tidak segera menjawab.Sorot matanya tetap terkunci pada wajah Sua, seolah berusaha menahan gejolak yang meluap dari dada. Tapi ketegangan yang semula tegang di wajahnya perlahan mencair. Sudut bibirnya terangkat sedikit, bukan senyum penuh, tapi sesuatu yang cukup untuk menyiratkan bahwa kata-kata gadis di hadapannya baru saja menusuk ke bagian terdalam hatinya.Lalu, dengan suara parau dan serak tertahan, ia bergumam, "kau sangat manis, Linjin.”Sua menelan ludah, wajahnya sudah merona sejak tadi, tapi kini berubah menjadi merah muda merata seperti kelopak bunga sakura yang baru mekar.“Kalau boleh…” lanjut Rai, kali ini dengan nada lebih pelan, tapi jelas. “Aku sangat ingin menggigitmu.”Seketika, mata Sua membelalak. “APA?!”Rai tertawa pelan. Suara tawanya rendah, dalam, dan entah kenapa terdengar lebih berbahaya dari biasanya, seperti lolongan senyap seekor serigala yang baru keluar dari bayang malam."Hanya sedikit. Tidak akan menyakitkan,” bisiknya, menyipitkan mata, jelas
Last Updated : 2025-06-25 Read more