Saat Mahendra tengah memanas, di sebuah restoran elit dua orang yang terikat kerjasama malah sibuk dengan urusan mereka sendiri.Suasana ruangan privat itu hening, hanya diiringi alunan piano lembut dari lantai bawah. Cahaya lampu gantung berkilau di atas meja marmer, memantulkan warna keemasan pada gelas dan piring.Rei duduk santai dengan wajah sumringah, tubuhnya sedikit menyandar ke kursi empuk. Dari tadi matanya tak lepas dari sosok di depannya, menatap Nayara seperti dunia di sekeliling mereka menghilang.“Jadi? Ngapain manggil aku kesini?” suara Nayara terdengar dingin, penuh jarak. Ia menyilangkan tangan di dada, tatapannya tajam menusuk.“Ya makan siang, Tuan Putri,” Rei tersenyum menawan, senyum yang bisa meruntuhkan pertahanan wanita mana pun. “Supaya kamu sehat, tidak sakit lagi.”Bukannya luluh, Nayara justru mendengus keras. “Aku bisa makan di kantin kantor. Kukira ada urusan penting.”Seolah tak terganggu, Rei melirik ke arah pelayan yang datang membawa steak panas. Aro
Huling Na-update : 2025-08-21 Magbasa pa