Raka terdiam sejenak, menatap Nayara yang duduk di atas ranjang. Air mata membasahi pipinya, tapi sorot matanya tetap menusuk seperti belati.“Nay…” suaranya terdengar ragu, nyaris berbisik, saat ia mencoba melangkah mendekat.Namun Nayara langsung meraih lampu tidur di meja samping.“Melangkah lagi, kepalamu akan pecah!”Nada suaranya bergetar, tapi tatapannya tak gentar sedikit pun. Jemarinya mencengkram kuat kaki lampu, urat di punggung tangannya menegang.Raka mematung. Pandangannya berpindah pada lampu tidur yang kini terangkat di tangan Nayara—siap melayang kapan saja. Tegangan di udara kian pekat. Ia menatap lama, seolah menimbang, sebelum akhirnya bibirnya melengkung tipis.“Baiklah, aku akan pergi,” ucapnya, memaksakan senyum meski wajahnya kaku. “Tidur yang nyenyak, Nay.”Ia mundur perlahan, mengangkat kedua tangan seperti menyerah, lalu berbalik meninggalkan kamar. Tak lama, suara pintu depan tertutup keras, memastikan ia benar-benar pergi.Begitu Raka hilang dari pandangan
Huling Na-update : 2025-08-16 Magbasa pa