Suara jam di dinding berdetak pelan, berpacu dengan detak jantung Raka yang tak menentu. Hujan semalam sudah reda, tapi udara pagi masih lembab dan dingin menusuk. Tirai jendela bergoyang perlahan, menyingkap sedikit cahaya yang menyorot wajah pucat Raka.Di hadapannya, Nayara berdiri dengan jarak aman — jarak yang tak kasat mata namun cukup untuk membuat dada Raka terasa sesak.“Kalau kamu sudah sadar, jalan sendiri ke ruang makan,” ucap Nayara datar.Nada suaranya lembut tapi tegas. Dingin, seperti tak ingin ada percakapan lebih jauh.Raka menatapnya, lalu menunduk perlahan. “Nayara... aku—”Belum sempat ia melanjutkan, tubuhnya sedikit oleng. Ia menutup mata, menekan pelipisnya, berpura-pura pusing.“Aduh...” gumamnya lirih, berharap wanita itu akan mendekat.Dan benar.Refleks, Nayara melangkah cepat ke arahnya. Tangannya sempat terulur, tapi segera ditarik kembali seolah sadar sesuatu. Nafasnya berat. Ia menatap Raka dari jarak setengah meter, bingung antara naluri dan logika.“J
最終更新日 : 2025-10-11 続きを読む