Home / Romansa / Skandal sang Nyonya Muda / BAB-90 APA-APAAN INI?

Share

BAB-90 APA-APAAN INI?

Author: UMMA LAILA
last update Last Updated: 2025-08-18 21:52:23

Nayara yang sudah selesai berdandan turun perlahan dari lantai dua menuju ruang makan. Gaun kerja warna navy membalut tubuhnya, rambut hitamnya dibiarkan tergerai rapi. Namun, langkahnya terhenti sejenak di anak tangga terakhir. Rumah besar itu terasa terlalu hening. Sepi—lebih sepi dari biasanya.

Dahinya berkerut. Seperti bukan rumah, tapi kuburan.

Ia akhirnya duduk di kursi panjang ruang makan. Seorang pembantu muda datang mendekat dengan langkah sopan, meletakkan secangkir kopi hitam dan sepiring American breakfast di depannya. Aroma roti panggang dan telur mata sapi memenuhi meja, namun tidak mampu mengusir kekosongan di ruangan itu.

“Suamiku mana?” tanya Nayara datar. Di depan pembantunya, ia tidak mungkin menyebut Raka dengan kata “bajingan,” meski hati dan pikirannya penuh dengan luka itu.

“Tuan sudah berangkat, Nyonya,” jawab si pembantu sopan.

“Sudah berangkat?” Nayara mengulang pelan sambil melirik jam tangan emas elegan di pergelangan tangannya. Jarumnya baru menunjuk pukul
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Skandal sang Nyonya Muda   BAB-91 DEAL

    "Yah, seperti yang Anda lihat." Rei menyilangkan tangan di dada, suaranya tenang namun setiap kata terasa seperti bilah yang mengiris perlahan. "Pihak Mahendra Grup secara resmi mengirimkan surat kerjasama dengan Aldebaran Grup yang saya pimpin. Dan Anda bisa melihat dengan jelas, tanda tangan yang menyetujui dokumen itu adalah Bagas Mahendra—bukan Anda."Raka membeku. Pandangannya terpatri pada lembaran kontrak di atas meja. Setiap huruf terasa menghakiminya.Rei menyeringai tipis. "Saya juga tahu betul, kalau bukan karena kondisi amat sangat mendesak, Anda tidak akan pernah mau menjalin kerja sama dengan perusahaan saya. Bukan begitu, Tuan Raka Mahendra?"Kalimat itu menghantam tepat ke jantung. Raka merasakan wajahnya panas, lalu buru-buru mengusap kasar wajahnya sendiri. "Ah... bagaimana ini bisa terjadi..." gumamnya parau, setengah tidak percaya.Namun Rei tidak berhenti. Ia maju selangkah, menundukkan tubuhnya sedikit, suaranya ditekan dengan nada penuh provokasi."Dan satu lagi

  • Skandal sang Nyonya Muda   BAB-90 APA-APAAN INI?

    Nayara yang sudah selesai berdandan turun perlahan dari lantai dua menuju ruang makan. Gaun kerja warna navy membalut tubuhnya, rambut hitamnya dibiarkan tergerai rapi. Namun, langkahnya terhenti sejenak di anak tangga terakhir. Rumah besar itu terasa terlalu hening. Sepi—lebih sepi dari biasanya.Dahinya berkerut. Seperti bukan rumah, tapi kuburan.Ia akhirnya duduk di kursi panjang ruang makan. Seorang pembantu muda datang mendekat dengan langkah sopan, meletakkan secangkir kopi hitam dan sepiring American breakfast di depannya. Aroma roti panggang dan telur mata sapi memenuhi meja, namun tidak mampu mengusir kekosongan di ruangan itu.“Suamiku mana?” tanya Nayara datar. Di depan pembantunya, ia tidak mungkin menyebut Raka dengan kata “bajingan,” meski hati dan pikirannya penuh dengan luka itu.“Tuan sudah berangkat, Nyonya,” jawab si pembantu sopan.“Sudah berangkat?” Nayara mengulang pelan sambil melirik jam tangan emas elegan di pergelangan tangannya. Jarumnya baru menunjuk pukul

  • Skandal sang Nyonya Muda   BAB-89 RENCANA REI

    Raka duduk di tepi ranjang kamarnya yang luas dan mewah, kepalanya tertunduk, kedua tangannya mengusap wajah dengan kasar. Tubuhnya membungkuk, menatap lantai kosong yang memantulkan redup cahaya lampu tidur.“Salahku apa, sih? Bukannya nggak masalah kalau lelaki punya dua istri? Aku memang nggak dekat sama Tuhan, tapi hal seperti itu kan aku juga tahu… tanpa harus jadi orang suci,” gumamnya lirih, terdengar getir.Ia menghela napas panjang, lalu menghentakkan kaki ke lantai.“Ah! Sialan… harusnya aku tahan mulutku tadi.”Dengan gerakan malas, Raka akhirnya menjatuhkan tubuh ke kasur. Tangannya meraba kaus lusuh yang terlipat di sisi bantal—kaus pemberian Nayara dulu. Jemarinya mengusap lembut kain itu, bibirnya melengkung kecil.Masih ada, pikirnya. Nayara masih menyimpan bajuku di lemarinya.Senyum tipis terbit, seolah itu pertanda kalau hubungan mereka belum sepenuhnya mati.“Sudahlah…” desahnya pasrah, memejamkan mata, berusaha menenggelamkan semua kekacauan di kepalanya dengan ti

  • Skandal sang Nyonya Muda   BAB-88 DUA WAJAH REINHARD ALDEBARAN

    Raka terdiam sejenak, menatap Nayara yang duduk di atas ranjang. Air mata membasahi pipinya, tapi sorot matanya tetap menusuk seperti belati.“Nay…” suaranya terdengar ragu, nyaris berbisik, saat ia mencoba melangkah mendekat.Namun Nayara langsung meraih lampu tidur di meja samping.“Melangkah lagi, kepalamu akan pecah!”Nada suaranya bergetar, tapi tatapannya tak gentar sedikit pun. Jemarinya mencengkram kuat kaki lampu, urat di punggung tangannya menegang.Raka mematung. Pandangannya berpindah pada lampu tidur yang kini terangkat di tangan Nayara—siap melayang kapan saja. Tegangan di udara kian pekat. Ia menatap lama, seolah menimbang, sebelum akhirnya bibirnya melengkung tipis.“Baiklah, aku akan pergi,” ucapnya, memaksakan senyum meski wajahnya kaku. “Tidur yang nyenyak, Nay.”Ia mundur perlahan, mengangkat kedua tangan seperti menyerah, lalu berbalik meninggalkan kamar. Tak lama, suara pintu depan tertutup keras, memastikan ia benar-benar pergi.Begitu Raka hilang dari pandangan

  • Skandal sang Nyonya Muda   BAB-87 WHAT THE HELL

    Nayara sudah mengganti pakaiannya ketika mendapati Raka tertidur di sofa. Lelaki itu masih mengenakan kemeja kerja dan celana formalnya, bahkan dasinya pun sudah longgar tapi belum dilepas.“Ck,” desis Nayara, melangkah mendekat sambil menatap lelaki berstatus suaminya itu.Ia berjongkok di samping sofa, menggerakkan telapak tangan di depan wajah Raka. Kelopak mata itu terpejam rapat.“Sudah tidur beneran rupanya,” gumamnya.Dengan satu tangan menopang pipi, kepala sedikit miring, Nayara menatap wajah yang dulu pernah ia cintai. Aroma wangi lembut bercampur maskulin menyeruak dari tubuh Raka—anehnya, meski lelaki itu tak mandi seharian dan tidak berganti pakaian.Andai saja Raka tidak berselingkuh, pikir Nayara. Meski pernikahan mereka hanyalah kesepakatan bisnis keluarga, ia mungkin akan menjadi istri yang berbakti. Tapi semua hancur karena pengkhianatan itu—membuatnya menderita.Tanpa sadar, Nayara menampar pipinya.“Ah!” Raka terperanjat, bangun karena kaget.“Nay, kamu kok…” suara

  • Skandal sang Nyonya Muda   BAB-86 DIA WANITAKU

    "Tidur sekamar katanya? Ha-ha-ha!" Rei tertawa terbahak di sofa ruang tamu rumahnya. Lelaki itu mengenakan kemeja putih dengan celana formal hitam, sedangkan jasnya disampirkan begitu saja di sandaran sofa."Bajingan Mahendra sialan itu..." gumamnya. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini, tapi jelas tangan Rei menggenggam erat sampai otot-otot di lengannya menegang. Rahangnya terkunci, dan urat di pelipisnya terlihat menonjol.Tatapan matanya jatuh ke ponsel yang tergeletak di meja. Mata itu melotot penuh frustasi."Ah, sial! Percuma aku telepon, yang angkat pasti bajingan sialan itu juga!" Rei mengacak rambutnya kasar dengan jemari.Beberapa saat kemudian, ia bangkit dan melangkah menuju minibar di sudut ruangan. Tangannya mengambil sebuah gelas kristal dan sebotol red wine berusia puluhan tahun—labelnya menunjukkan tahun pembuatan 1990. Minuman itu mahal dan langka, hanya dinikmati oleh mereka yang tahu betapa berharganya setiap tetesnya.Dengan gerakan tenang namun penuh tekana

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status