Nayara yang baru sadar bahwa dirinya tengah memeluk Rei, langsung melepas pelukan itu dengan panik. Wajahnya merona hebat, begitu pula dengan daun telinganya. Ia buru-buru menghindari tatapan mata lelaki itu.“A-aku pikir kamu ibuku,” elaknya dengan nada gugup, mencoba terdengar santai meski jelas salah tingkah.Rei tertawa kecil melihat ekspresinya. “Pfft… jadi, ibumu sekarang namanya Rei?” godanya sambil mengangkat sebelah alis. “Padahal setahuku, ibumu itu Mariam Adinata.”“Ah, lupakan!” Nayara cepat-cepat bersedekap, menyembunyikan rasa malunya di balik wajah jutek. “Terus, ngapain kamu ke sini, hah?”“Jangan marah-marah gitu, nggak bagus buat kesehatan jantung,” ujar Rei sambil menarik kursi, lalu duduk di sisi ranjang. Tatapannya lalu tertuju pada sebuah novel berilustrasi pastel di meja kecil. Ia mengambilnya. “Ngomong-ngomong, ternyata kamu masih suka baca cerita model begini, Tuan Putri?” katanya, meletakkan novel itu di pangkuan Nayara.Nayara menatap novel itu sejenak, lalu
Huling Na-update : 2025-07-29 Magbasa pa