Dinikahi Sang Penguasa : Suami Kontrakku Memberi Segalanya のすべてのチャプター: チャプター 431 - チャプター 440

Arsen meraih tangan Lily lagi, menggenggam erat dan berkata,” Kamu belum menjawab pertanyaanku, dari mana kamu tahu aku ada di sini?”Lily mengembuskan napas kasar.“Dini menghubungiku,” jawabnya.“Dini?” Arsen mengerutkan kening. Dia hanya memandang Lily sambil menduga mungkin Dini berada di sana untuk berpesta.Melihat Arsen hanya diam, Lily pun hendak melangkah. Dia serius ingin menarik rambut perempuan yang berada di ruang VIP tadi.“Tunggu dulu! Bagaimana kalau kita duduk sebentar dan menikmati malam ini?”Kening Lily berkerut samar mendengar ajakan Arsen.“Aku mau membuat perhitungan dengan perempuan tadi, Audrey aku titipkan ke Hera, setelah ini aku mau pulang, kamu tahu sendiri dia tidak bisa tidur kalau belum dibacakan buku cerita,” tolak Lily.Arsen hanya memulas senyum, dia menarik tangan Lily ke bagian belakang klub yang agak sepi lalu mendial nomor Bibi Jess.Dia menanyakan keadaan Audrey.“Nona Audrey sedang bersama Hera, sepertinya aman saja jika Tuan dan Nona pulang te

Lily sangat terkejut sampai bola matanya membulat sempurna karena ucapan Audrey, tetapi detik berikutnya dia berusaha tenang.“Kalau berteman itu harus tulus, tidak boleh berpikir memberi uang atau yang lainnya,” kata Lily menjelaskan.“Tapi, papanya Oddy bilang Audy harus kasih uang kalau mau temenan sama Oddy,” kata Audrey lagi dengan tatapan polosnya.Lily mengembuskan napas kasar, lalu berkata, “Suruh papanya Oddy menemui Papa atau Mama kalau papanya Oddy minta uang lagi dari Audrey.”Audrey mengangguk-angguk pelan.Saat Lily masih bicara dengan Audrey, Hera tampak masuk ke kamar Audrey.“Ajak Audrey ke bawah dulu, ya,” kata Lily pada Hera.“Baik, Nona.” Hera segera menatap Audrey lalu menggandengnya untuk pergi ke lantai bawah.Sedangkan Lily, dia mengajak Arsen ke kamar untuk mengikatkan dasi Arsen seperti biasanya.“Apa aku perlu bicara langsung ke Alan soal apa yang tadi Audrey katakan?” tanya Arsen.“Tidak usah, pura-pura saja tidak tahu,” jawab Lily, “aku malah miris membaya

Siang itu, Lily bertemu dengan Pak Wiyo, pengacara Mahesa yang mengurus kasus pemalsuan produk Mahesa. Mereka duduk berhadapan di sofa ruang kerja Lily. “Saya sudah mendapat informasi dari polisi soal temuan pabrik mana yang membuat skincare palsu Mahesa,” kata Pak Wiyo sambil menyerahkan berkas berisi data yang dimilikinya. Lily mengambil berkas itu dari tangan Pak Wiyo, sebelum membacanya, Pak Wiyo sudah kembali bicara. “PT Wisnu Pratama Sejahtera adalah pabrik yang membuat skincare palsu itu.” Lily membulatkan bola mata mendengar nama pabrik yang pengacara sebutkan. Bukankah pabrik itu milik keluarga pamannya Ella? “Dan ternyata sudah sejak tiga tahun lalu, pabrik itu sudah tidak dipimpin oleh putra pak Wisnu yang bernama Teddy. Tiga tahun lalu pabrik itu sudah berganti kepemimpinan,” kata Pak Wiyo lalu menunjukkan bagian informasi soal pabrik Pratama di berkas yang Lily pegang. Lily membaca berkas itu, dia sangat terkejut saat melihat nama Stella tercantum sebagai

Bibi Jess sangat terkejut.“CEO, bagaimana bisa?” tanya Bibi Jess.“Tidak tahu bagaimana caranya, yang jelas sekarang Ella sudah hidup enak. Bahkan Ella sudah mengatakan kalau akan mempekerjakanku sebagai asistennya. Jadi, Mama juga tidak perlu cemas, nanti uang untuk Oddy pasti akan aku kirimkan setiap bulan.”Bibi Jess benar-benar syok, lalu menjelaskan, “Bukan begitu, tapi–”“Mungkin beberapa waktu ini aku tidak akan datang-datang lagi ke mansion karena sibuk, titip salam saja untuk Oddy,” potong Alan dari seberang panggilan.Bibi Jess ingin bicara, tetapi panggilan itu diakhiri begitu saja sampai membuat Bibi Jess kebingungan. ***Di kamar.Lily masih marah pada Arsen, bahkan dia mengabaikan Arsen yang berusaha mengajaknya bicara.Arsen bingung harus bagaimana membujuk Lily. Dia ikut naik ke atas ranjang, lalu mencoba kembali bicara.“Maksudku tidak spesial itu waktu di awal, kalau sekarang kamu sangat spesial untukku.”Lily tidak mau mendengarkan ucapan Arsen, dia langsung menimp

Bibi jess menoleh ke pelayan, dengan ekspresi datar dia membalas, “Kalau dia memikirkan anaknya, harusnya dia datang kemari untuk melihatnya, bukan hanya mengirim makanan.” Bibi Jess memandangi satu persatu makanan di meja, lalu dia mengeluarkan ponsel dan mencoba menghubungi Ella. Tetapi sayangnya, Ella tak menjawab panggilannya seperti biasanya. Saat semua orang masih berkumpul di teras. Mobil Arsen memasuki halaman rumah dan membuat para pelayan terkejut. Beberapa di antaranya menyambut kedatangan Arsen dan Lily lalu membantu mengeluarkan barang-barang dari bagasi, sebagian lagi melanjutkan pekerjaan mereka. Arsen dan Lily melangkah menuju teras untuk masuk ke mansion, tetapi mereka menatap heran saat melihat banyak makanan di meja. “Kenapa ada makanan sebanyak ini di luar, Bi?” tanya Lily sambil menunjuk ke makanan. “Itu, Nona. Ella yang mengirimnya, saya juga tidak tahu, kenapa dia mengirim makanan sebanyak ini,” jawab Bibi Jess dengan kepala tertunduk. “Ella?” Keni